Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menebar Berita Kebenaran: Harapan Saat Merdeka dari Pandemi

27 Oktober 2021   21:42 Diperbarui: 27 Oktober 2021   22:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan 

Menarik lomba yang diadakan oleh Universitas Parahyangan (Unpar) untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2021. Lomba yang bertema "Merdeka Belajar dan Berkarya" ini terbuka bagi pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum (adapun ketentuannya dapat dilihat dalam link berikut: https://unpar.ac.id/) dan terbagi atas dua mata lomba: Lomba Video Kreatif dan Lomba Blog. Harapan dari lomba ini adalah setiap peserta memberikan kontribusi berarti demi membawa perubahan bagi dunia, khususnya negeri kita, yang sementara dilanda pademi Covid-19.

Penulis tertarik untuk mengikuti Lomba Blog yang diselenggarakan oleh Unpar dan dalam tulisan ini, penulis mencoba menelusuri lebih jauh tentang harapan pasca-pandemi dengan melihat betapa pentingnya menebar berita kebenaran bagi sesama di sekitar kita.  

Covid-19 dan Arus Informasi

Dunia saat ini tengah dilanda pandemi Covid-19. Berbagai sektor yang menopang kehidupan manusia menjadi mandek. Banyak orang merasa resah dengan kehadiran virus baru ini, serentak khawatir akan kepunahannya yang belum mendapat titik terang. Wabah yang melanda dunia ini memporak-porandakan wajah dunia dan membawa tatanan baru bagi dunia.

Di tengah tatanan baru akibat pandemi ini, dalam berbagai bidang, kita dituntut untuk mengikuti berbagai adaptasi baru, seperti bekerja dan belajar dari rumah. Berbagai perusahaan dan lembaga pun menerapkan sistem bekerja dan belajar daring (dalam jaringan). Mau tidak mau, demi menghambat laju pandemi, bekerja dengan sistem online dan pembelajaran online mesti diterapkan.

Di saat yang sama, dunia sedang berada dalam pusaran globalisasi. Arus ini menawarkan berbagai macam perubahan gaya hidup manusia. Salah satunya adalah informasi. Seseorang akan dianggap kolot dan tradisionalis apabila tidak mengetahui berita-berita yang menjadi tren atau viral di media sosial. Kemodernan seseorang dikurung dalam konsep "up to date": sejauh ia mengetahui sebuah informasi aktual ia adalah orang kekinian. Akibatnya, banyak orang berburu informasi, mengumpulkan informasi, serentak membagi informasi yang menjadi hot news.

Di tengah surplus informasi inilah, oknum-oknum tertentu memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan: mereka memroduksi berita-berita bohong. Berita tersebut dikemas sedemikian bombastis dan disuguhi berbagai bumbu untuk meyakinkan pembaca seolah-olah berita tersebut benar. Naasnya, ketika seseorang tidak memiliki penyaring rasional untuk berpikir kritis terhadap berita tersebut, ia rentan menjadi korban.

Menebar Berita Kebenaran

Harian Kompas versi digital bertanggal 5 April 2020 merilis video tentang pentingnya kehati-hatian masyarakat dengan berita-berita hoax yang menyebar di jagat virtual. Berita itu antara lain mengatakan bahwa mandi air panas dan menyemprotkan cairan disinfektan ke tubuh dikabarkan bisa mematikan virus korona. Padahal, mandi air panas bisa menyebabkan kulit terbakar. Selain itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyemprotkan alkohol/disinfektan dapat membahayakan selaput lendir seperti mata dan mulut. Dan, masih banyak contoh lain mengenai kasus ini.

Naasnya, informasi bohong ini dengan cepat sampai ke pelosok kampung-kampung kecil sehingga berakibat pada kepercayaan masyarakat kecil pada berita tersebut. Hoaks pun bertebaran di mana-mana, sampai-sampai orang sulit membedakan berita bohong dari berita yang benar. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Menteri Propaganda Nazi, Joseph Goebbles: "Kebohongan yang diulangi secara terus menerus akan menjadi sebuah kebenaran."

Berseliwernya berita hoaks yang mendominasi ruang publik kita di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 ini disebabkan karena kita terlalu cepat percaya dengan berbagai citra yang disuguhkan oleh berbagai media massa yang tidak bertanggung jawab dan orang-orang yang ada di balik media tersebut adalah orang-orang yang angkuh dan tidak peduli dengan sesama.

Tentang hal ini, Silvester Ule dalam bukunya "Terorisme Global. Tinjauan, Kritik, dan Relevansi Pandangan Jean Baudrillard", menulis tentang Jean Baudrillard, seorang filsuf Perancis, yang dalam salah satu karyanya, The Evil Demons of Images (1987) menegaskan bahwa pelbagai citra di media massa adalah iblis jahat dan kotor di dalam masyarakat. Hal ini beralasan, citra di media massa merupakan penciptaan realitas baru yang tidak sesuai dengan realitas konkrit masyarakat sekitar. Akhirnya, media menampakkan keangkuhan dan ketakpedulian (Ule: 2011, hlm.30). Apa yang ditegaskan oleh Baudrillard sepatutnya dialamatkan kepada orang-orang yang hari-hari ini menebarkan berita bohong untuk menimbulkan kepanikan massa.

Fenomena menjamurnya fake news ini apabila tidak ditanggapi secara serius, akan mengakibatkan suatu kondisi yang kritis dan membawa dampak destruktif bagi kehidupan sosial kemasyarakatan. Masyarakat akan digiring sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kepanikan berhadapan dengan situasi pandemi. Apabila keadaan ini dibiarkan begitu saja dan dipandang sebagai sebuah keabsahan, bukan tidak mungkin, esensi kehidupan itu sendiri akan raib. Hal ini dirasa penting dan amat mendesak karena hari-hari ini ruang publik kita dikacaukan dengan berita yang simpang siur tentang wabah virus korona ini. Kita pun menjadi jenuh dengan adanya fenomena berita bohong ini.

Ketika teknologi berkembang begitu pesat dan informasi bisa diperoleh dengan mudah, kita ditantang untuk bersikap kritis. Jangan sampai, kita semakin panik karena bertebarnya berita bohong. Kita mesti mengecek kebenaran sebuah berita dengan cara membandingkannya dengan media lain atau bertanya kepada orang-orang yang pakar/ahli dalam bidang (informasi) tersebut.

Paus Fransiskus (pemimpin tertinggi Gereja Katolik) dalam Pesannya di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-54 tahun 2020 menegaskan pentingnya menebarkan berita kebenaran kepada sesama di sekitar kita. "Supaya tidak tersesat, kita perlu menghirup kebenaran dari cerita-cerita yang baik: cerita yang membangun, bukan yang menghancurkan; cerita yang membantu untuk menemukan kembali akar dan kekuatan untuk bergerak maju bersama", tandas beliau. Paus Fransiskus mengharapkan agar setiap kita senantiasa mewartakan nilai-nilai kebenaran kepada sesama. Selain itu, setiap orang dituntut untuk selalu bijaksana dalam menerima dan menciptakan cerita-cerita kebenaran dan kebenaran.

https://i1.wp.com/parokisukasari.org/
https://i1.wp.com/parokisukasari.org/

Kita yang hidup di era di mana setiap infomasi yang palsu dibungkus semakin canggih, kita mesti membangun semacam advocatus diaboli, argumen penantang. Artinya, setiap kita selain dituntut untuk memiliki penyaring rasional agar mampu menolak cerita-cerita palsu dan jahat, kita serentak menebarkan berita-berita kebenaran. Narasi-narasi kebenaran tersebut mesti dibalut dalam nuansa cinta kasih. Hal ini merupakan sebuah kemendesakan agar setiap orang memiliki semangat baru ketika pandemi berlalu. Harapan ini daya yang membangkitkan semangat bagi setiap orang yang masih terkukungkung dalam kesedihan akibat pandemi yang berimbas pada bertembarnya berita bohong. Dengan demikian, kita menjadi agent of change yang menciptakan ruang kedamaian pasca-pandemi ini.

Mari kita memupuk harapan-harapan baru kepada sesama yang ada di sekeliling kita dengan cara menebarkan berita-berita kebenaran. Dengan ini, penulis yakin, kita mampu mencapai kesejahteraan bersama (bonum commune).*

*Photo Credit:

 1. http://ppid.ngawikab.go.id/wp-content/uploads/2019/02/stop-hoax.png.

2. https://i1.wp.com/parokisukasari.org/wp-content/uploads/2020/05/Hari-Komunikasi-Sosial-Sedunia.jpg?fit=1280%2C720&ssl=1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun