Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

E-Commerce: Jual Beli Barang di Era Revolusi 4.0

11 Mei 2019   08:48 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:18 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, arus globalisasi memengaruhi berbagai lini kehidupan manusia. Arus globalisasi diakui sebagai sebuah arus baru yang membawa dampak dan perubahan dalam hidup manusia. 'Anak kandung' dari arus baru ini adalah teknologi dan komunikasi. 

Teknologi dan komunikasi ini mulai merasuki kehidupan manusia di berbagai belahan dunia, bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Inilah yang disebut dengan era industri 4.0 atau era internet. Dalamnya, dunia siber berperan penting dalam kehidupan manusia.

Era industri ini menghadirkan dua wajah ganda. Di satu sisi, era ini merupakan sebuah harapan baru bagi manusia. Dunia yang dulunya dipandang begitu luas dan sulit terjangkau, kini, lewat berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi, dunia menjadi kecil dan mudah dijangkau. Dunia pun dilihat hanya 'selebar daun kelor'.

Sealur dengan fenomena ini, manusia yang satu dapat tehubung dengan manusia yang lain di berbagai belahan dunia dengan begitu gampang dan mudah. Alhasil, dunia terbentuk menjadi semacam dusun global (global village). 

Dalam dusun global, manusia mengalami berbagai kemudahan di mana manusia yang satu dapat saling terhubung dengan manusia yang lainnya secara mudah.

Meski demikian, di sisi lain, era industri ini menghadirkan sebuah tantangan bagi manusia. Jika seseorang menyerah dan tidak ikut bersaing dalam era ini, ia akan tertinggal dalam sebuah siklus lama dan tradisional. 

Sebaliknya, bila manusia ikut berkompetisi dan berpartisipasi aktif di dalamnya, ia akan menjadi manusia yang optimis dan mampu melihat masa depan dengan cerah.

Trend E-Commerce di Indonesia

Seperti dirilis dari Kompas.com, menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (AJII) tahun 2017, dari total jumlah penduduk Indonesia (262 juta orang), lebih dari 50% atau sekitar 143 juta orang terhubung dan menggunakan media internet.

Di Indonesia, media internet tidak hanya digunakan untuk menjalin relasi jarak jauh dengan orang lain, melainkan juga menjalankan bisnis secara online. 

Sektor ini menjadi minat dalam banyak orang saat ini karena dapat membawa keuntungan yang besar. Sektor ini acapkali disebut sebagai e-commerce atau perdagangan elektronik yang lazim disebut toko online. Banyak orang mulai mencemplungkan diri dan terlibat aktif dalam sektor ini.  

Sebuah pertanyaan yang muncul adalah, mengapa banyak orang berminat dalam mendirikan took online? Sederhananya, pola perilaku manusia Indonesia beralih dari perbelanjaan manual ke perbelanjaan online. Mana buktinya? Kompas.com merilis berita sebagai berikut:

"Di Indonesia sendiri, jumlah online shopper terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Di tahun 2018, jumlah online shopper diperkirakan mencapai 11,9 persen dari total populasi di Indonesia, demikian keterangan tertulis dari CupoNation yang diterima Kompas.com pada Jumat (7/9/2018). Public Relations and Communications Manager CupoNation, Olivia Putri, menjelaskan, dari studi internal pihaknya, didapati pertumbuhan pembeli secara online atau online shopper di Indonesia terjadi dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2016, jumlah pembeli online mencapai 9,6 persen dari jumlah populasi dan meningkat menjadi 10,7 persen pada tahun 2017. 

Persentase tersebut didapat dengan membagi jumlah populasi dan jumlah pembeli secara online di Indonesia setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah pembeli online ini didukung oleh pendapatan dari pasar e-commerce Indonesia, di mana ada 6,1 miliar dollar AS pada 2016 dan mencapai 7,5 miliar dollar AS untuk tahun 2017. Tahun 2018 diperkirakan pendapatan pasar e-commerce bisa mencapai 9,1 miliar dollar AS."

Pola perilaku dan minat orang-orang Indonesia yang tinggi dalam belanja online mengakibatkan banyak orang sepatutnya menjalankan bisnis kreatif yang menggiurkan ini. Hal ini bisa kita lihat dalam situs belanja online seperti Bukalapak, Tokopedia, dan masih banyak lagi. Sudah pasti, portal dan situs belanja online ini meraup keuntungan yang besar.

E-Commerce bagi Petani Indonesia

Di tengah era industri 4.0, manusia Indonesia mesti bersaing dalam segala sektor agar tidak ketinggalan negara-negara lain. Salah satu sektor penting adalah pertanian. 

Dari berbagai sumber yang diperoleh, sektor pertanian dianggap sangat penting karena alasan berikut: menjadi sumber devisa negara, sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, salah satu sector yang membantu pembangunan nasional dan penyedia bahan baku yang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. 

Oleh karena itu, pertanian Indonesia mesti mengikuti pola industri 4.0. Salah satu tantangan yang mesti dibuat oleh petani Indonesia adalah mendirikan portal atau situs-situs belanja online.

Era milenial ini membutuhkan pula gaya hidup milenial. Di tengah maraknya penggunaan media internet dan online shooper di Indonesia, para petani kita mesti menjadi petani milenial yang bisa menjadi CEO atau pendiri (pemilik) toko online. Di sana, para petani kita diharapkan mampu menyediakan dan menawarkan barang-barang hasil produksinya.

download-5cd50e5f95760e393e7a57f2.png
download-5cd50e5f95760e393e7a57f2.png
Hal ini bukanlah sebuah perkara gampang. Sebab, Sumber Daya Manusia (SDM) para petani kita masih lemah. Banyak petani kita yang tidak pernah menginjakkan kaki di bangku sekolah. Meski demikian, kita tidak boleh putus asa. Kita mesti optimis bahwa ada jalan keluarnya.

Oleh karena itu, mesti ada kerja sama dari berbagai pihak. Penulis menawarkan bentuk kerja sama sebagai berikut: Pertama, pemerintah mesti memberikan pelatihan yang memadai kepada para petani kita untuk sampai pada tahap melek teknologi. 

Para petani kita mesti diberikan wawasan yang utuh tentang persaingan dunia yang ditandai oleh era industri 4.0. Dengan itu, mereka dapat berusaha keras menjadi petani-petani milenial yang mampu bersaing di era baru ini.

Kedua, para petani kita diharapkan untuk tidak boleh merasa bosan dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang dibuat oleh pemerintah. 

Para petani kita mesti.memberikan respon positif kepada pemerintah dengan cara bekerja sama dengan pemerintah membangun situs-situs belanja online di daerahnya, dalamnya barang-barang dan hasil alam para petani ditawarkan secara online.

Sesudah berhasil dalam pelatihan, sistem kerja para petani sebagai berikut: para petani membagi tugas, ada yang bekerja di ladang atau sawah, ada bekerja di bagian administrasi dan ada yang bekerja di bagian pemasaran online. Sistem pembayaran bisa dilakukan secara online, bisa juga dilakukan secara manual.

Ketika semua ini berjalan sukses, kita dapat melihat bahwa petani-petani kita adalah petani milenial yang diakui negara lain.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun