Mohon tunggu...
Krishnaliza Zulfasha A
Krishnaliza Zulfasha A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Prodi: Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang. Asal Kota: Blitar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Profesi yang Berintegritas di Bidang IT: Peran Kode Etik dan Standar Kualifikasi

11 November 2024   19:45 Diperbarui: 11 November 2024   20:32 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan kecerdasan teknologi buatan (Artificial Intelligence atau AI) berkembang sangat cepat dan sangat menjanjikan saat ini. Pembelajaran mesin adalah salah satu teknik terpenting dalam pengembangan kecerdasan buatan. Saat ini, para peneliti telah berhasil mengembangkan algoritma pembelajaran mesin yang lebih baik dan lebih efisien, seperti pembelajaran mendalam dan pembelajaran pemahaman. Hal ini memungkinkan sistem kecerdasan buatan untuk mempelajari data dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta memecahkan masalah yang lebih kompleks.

Teknologi AI (kecerdasan buatan) juga telah membuat kemajuan yang signifikan dalam pengenalan suara dan gambar. Misalnya, sistem pengenalan wajah dapat mengenali orang degan lebih baik bahkan dalam situasi yang sulit. Selain itu, teknologi pengenalan ucapan semakin baik, sehingga memudahkan sistem untuk memahami ucapan orang - orang dengan aksen yang berbeda. Perkembangan kecerdasan teknologi buatan juga telah menyebabkan perubahan besar di bidang robotika dan kendaraan otonom. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak mobil self-driving yang dilengkapi kecerdasan buatan telah dikembangkan untuk membantu mengemudi dan menghindari kecelakaan. Selain itu, semakin banyak robot cerdas yang dapat digunakan untuk membantu orang dengan pekerjaan berbahaya atau berat. 

Teknologi kecerdasan buatan juga dapat membantu menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar yang sebelumnya sulit diproses secara manual. Menggunakan teknik mesin pembelajaran, sistem AI dapat mengenali pola dalam data dan memberi perusahaan wawasan yang berharga. Secara umum perkembangan teknologi AI saat ini sangat menjanjikan dan akan membawa perubahan besar di berbagai bidang seperti kesehatan, transportasi, pendidikan dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa perkembangan teknologi AI juga dapat menghadirkan berbagai tantangan dan risiko yang harus dikelola, seperti keamanan data dan privasi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi kecerdasan buatan harus dilakukan dengan hati-hati dan disertai regulasi yang sesuai.

Saat ini komputer telah menggunakan kecerdasan buatan berdasarkan pemrograman logika. Di mana komputer dapat mengolah stimulasi yang diberikan manusia menjadi suatu keputusan berdasarkan ahli. Misalnya perangkat lunak yang bisa mengenali suara manusia dan melakukan perintah sesuai dengan suara yang diberikan. Ada juga program komputer yang diciptakan untuk bermain catur dan dinamakan Deep Blue IBM. Hebatnya Deep Blue IBM dapat mengalahkan juara dunia catur gary Kasparov pada tahun 1997. Artificial intelligent terus berkembang dengan tujuan menciptakan kecerdasan yang mirip dengan manusia. Kismet dapat mengenali dan menampilkan emosi selayaknya manusia. Tidak hanya seputar robot, artificial intelligent juga melingkupi sistem otomasi mesin misalnya mobil dengan kemampuan auto pilot atau menyetir sendiri.

Profesionalisme dan kode etik sangat penting di era TIK dan Generative AI untuk menjaga privasi, keamanan, dan kepercayaan publik. Teknologi ini sangat bergantung pada data sensitif, sehingga profesionalisme mengharuskan para praktisi untuk menjaga kerahasiaan data dan mengikuti protokol keamanan ketat, sementara kode etik mencegah penyalahgunaan informasi. Selain itu, Generative AI mampu menghasilkan informasi manipulatif, yang dapat menyesatkan masyarakat jika tidak digunakan secara etis. Kode etik dan profesionalisme juga membantu membangun transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan publik terhadap teknologi, sambil memastikan bahwa pengembang tetap memegang nilai moral dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, keduanya menjadi fondasi penting yang menjaga integritas para profesional dan dampak positif teknologi bagi masyarakat.

ACM (Association for Computing Machinery) memiliki panduan kode etik yang relevan bagi profesional di bidang TIK. Kode etik ini meliputi prinsip-prinsip seperti menghormati privasi pengguna, menghindari penyalahgunaan informasi, berkomitmen pada keadilan dan non-diskriminasi, serta memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pekerjaan. Secara khusus, ACM menekankan pentingnya tidak menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan dan menjaga integritas dalam pengembangan teknologi. Panduan ini tidak hanya menjadi aturan tertulis, tetapi juga sebagai pedoman moral yang mendorong para profesional TIK untuk bekerja dengan tanggung jawab sosial. Dengan mematuhi kode etik ini, profesional TIK dapat menjamin bahwa teknologi yang mereka kembangkan atau kelola benar-benar berdampak positif dan tidak membahayakan masyarakat atau lingkungan.

Bagi mahasiswa Informatika yang ingin menjadi profesional di bidang TIK, persiapan teknis saja tidak cukup. Selain mengasah keterampilan teknis seperti pemrograman, pengelolaan data, dan analisis sistem, mereka juga harus mempersiapkan diri dari segi soft skills dan pemahaman etis. Soft skills seperti komunikasi, kerja sama tim, dan kemampuan problem-solving sangat dibutuhkan agar mampu bekerja efektif di dunia nyata yang penuh tantangan. Mahasiswa juga perlu memahami kode etik dan pentingnya profesionalisme, yang mungkin selama ini tidak terlalu disorot dalam pendidikan formal. Dengan memahami standar profesionalisme dan etika ini, mereka akan lebih siap menghadapi berbagai situasi sulit dan dapat membuat keputusan yang benar. Di era yang serba digital ini, mahasiswa juga perlu memperbarui pengetahuan mereka secara berkelanjutan, karena teknologi terus berkembang dan menuntut adaptasi cepat.

Profesionalisme bagi seorang ahli di bidang TIK lebih dari sekadar bekerja dengan baik. Profesionalisme berarti memiliki etos kerja yang tinggi, integritas, dan komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi klien, pengguna, dan masyarakat luas. Karena bidang TIK sering kali melibatkan data pribadi atau informasi sensitif, seorang profesional TIK dituntut untuk mampu menjaga kepercayaan tersebut. Mereka harus bekerja dengan hati-hati, teliti, dan mematuhi standar tertentu yang tidak hanya menguntungkan perusahaan atau diri sendiri tetapi juga masyarakat. Dengan profesionalisme yang baik, seorang ahli TIK bisa menjadi contoh dalam menjaga kualitas, tanggung jawab, dan kepercayaan, yang pada akhirnya akan menguatkan reputasi pribadi maupun industrinya.

Dampak profesionalisme di industri TIK saat ini sangat terasa dalam berbagai aspek, dari peningkatan kualitas produk hingga terbentuknya kepercayaan masyarakat terhadap teknologi yang digunakan sehari-hari. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi seperti AI, big data, dan Internet of Things (IoT), profesionalisme menjadi landasan penting yang membantu memastikan bahwa inovasi teknologi tidak hanya bermanfaat, tetapi juga aman dan etis. Sayangnya, banyak kasus yang menunjukkan bahwa kurangnya profesionalisme dalam industri ini, baik dari sisi perusahaan maupun individu, dapat berdampak serius---dari penyalahgunaan data pengguna hingga manipulasi informasi yang merugikan publik.

Untuk mengatasi ini, saya memiliki beberapa saran dan kebijakan yang dapat dipertimbangkan oleh para stakeholder. Pertama, industri TIK sebaiknya mengadopsi regulasi yang lebih ketat terkait privasi, keamanan, dan transparansi, yang bisa menjadi pedoman bagi perusahaan. Sertifikasi profesional yang mencakup aspek etika dan profesionalisme juga perlu didorong agar setiap individu yang bekerja di industri ini memahami tanggung jawabnya. Kedua, perusahaan perlu meningkatkan investasi dalam pelatihan karyawan untuk mengasah kesadaran dan keahlian dalam menangani data dan teknologi secara etis. Pelatihan ini tidak hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang penerapan nilai-nilai etis dan standar profesional yang penting dalam menjaga kepercayaan publik.

Selain itu, pemerintah dan organisasi profesional seperti ACM perlu terus mengawasi praktik-praktik di lapangan dan melakukan penegakan hukum jika terjadi pelanggaran. Regulasi yang fleksibel tetapi tegas dapat membantu membatasi penyalahgunaan teknologi tanpa menghambat inovasi. Pendidikan formal juga dapat memasukkan kurikulum yang mencakup kode etik dan profesionalisme agar mahasiswa di bidang TIK memiliki kesadaran lebih tinggi akan tanggung jawab mereka sebagai profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun