Cerpenis dan novelis Naning Pranoto dalam Creative Writing, jurus-jurus menulis kreatif dan efektif menyebutkan bahwa bahasa bahasa yang seperti SMS adalah sebuah model penulisan dengan materi yang aneh, yang hanya ditangkap dan dimengerti oleh 'kalangan sendiri', yakni antara mereka (para pelajar) yang mengerti singkatan-singkatan, simbol-simbol tersebut.
Lebih lanjut, kekayaan simbol, bentuk penulisan yang menggunakan banyak singkatan justru menunjukkan sebuah keunikan dan kekhasan bahasa ‘aneh’ tersebut. Dan bagi saya, penggunaan bahasa yang demikian tidak bertentangan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Toh...pesan yang mau disampaikan jelas, kendatipun untuk mencernanya agak sulit dan butuh waktu.
***
Kendatipun memang tidak bertentangan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa ‘aneh’ ini harus selalu diwaspadai agar tidak kehilangan arah. Apalagi para pelajar adalah agen intelektual yang sudah sedang belajar mengetahui lebih banyak, dan memahami lebih mendalam segala bentuk ilmu pengetahuan.
Dalam batas tertentu, khususnya dalam system pergaulan remaja penggunaan bahasa yang demikian bisa dipahami, lantaran mereka memiliki dunianya sendiri dengan system bahasa yang sendiri pula. Namun dalam batas yang lain, ketika mereka harus keluar dari sitemnya untuk menyapa dunia pembaca (pendengar) yang lebih luas dan sebuah system social yang lebih kompleks, mereka harus mampu meninggalkan dunia bahasa mereka dan menggunakan bahasa yang bisa dipahami dan dicerna oleh semua orang. Ini adalah tantangan dunia pendidikan kita? Bagaimana dan dari mana kita harus memulai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H