Lidah ludahi tubuh, menyingkap malu rapuh
Malam beku, perawan subuh terengkuh
Purnama kesatu, sebelum janji diteguh
Keluh kemaluan keluar suara lenguh
Hari penuh peluh, layu
Menanti dalam rentang waktu
Dan hari terus lalu, lupa kau, dengan hari tanpa tuju
Terpojok di sudut pilu, rongga dada bergelantung debu
Tiba saatmu, kau, pelacur hancurkan kalbu batu
Jiwa berteriak dalam raga yang dungu
Air mata dari dada yang lepuh
Menyeka jejak yang akan kau tempuh
Setitik mur di tapak Tuhanmu
Bercampur air mata pengakuan penuh haru
Diseka seribu urat rambut yang tertunduk
Magdalena, Kau bukan pelacur terkutuk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H