Mohon tunggu...
Christophorus Daniel Kurniawan
Christophorus Daniel Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMP Kolese Kanisius

Suka turu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Forced Learning di Cina Tidak Membuat Pelajar yang Efektif

13 April 2023   09:17 Diperbarui: 13 April 2023   09:23 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Forced Learning, atau pembelajaran yang dipaksakan, merupakan sistem belajar dilakukan oleh para orang tua dan guru dengan tujuan untuk mempersiapkan para pelajar menghadapi masa depan. Umumnya, Forced Learning terjadi pada negara-negara yang mempunyai penekanan besar terhadap para pelajar yang produktif dan berkualitas di era pendidikan yang semakin kompetitif. Walaupun setiap negara memiliki kurikulum dan sistem pembelajaran masing-masing, Cina merupakan suatu fokus dari banyak media yang menyiarkan kebiasaan Forced Learning yang bersifat eksesif. Artikel ini akan melihat penyebab dari terbentuknya budaya Forced Learning di Cina, melihat dampak dari sistem ini, dan solusi yang dapat diberikan kepada para orang tua dan guru.

Penyebab terjadinya Forced Learning di Cina
Cina sudah terkenal sebagai suatu negara yang memiliki penekanan besar terhadap sosialisme, dan edukasi para pelajar merupakan prioritas dikarenakan dampaknya yang mendikte karir masa depan para pelajar. Hal ini direfleksikan dalam sistem ujian Gaokao. Ujian Gaokao dinyatakan sebagai ujian yang paling adil di seluruh Cina, yang paling dikenal dan diterima oleh seluruh masyarakat Cina. Sebagai negara yang sosialis, Gaokao mempunyai tujuan untuk mencari orang-orang yang berpotensi dari seluruh Cina. Tujuan ini yang menjadikan Gaokao suatu ujian yang wajib dilakukan oleh semua pelajar di Cina apabila mereka ingin mempunyai karir yang baik.

Banyak orang tua mempercayai bahwa pemberlakuan Forced Learning akan membantu anak-anak mereka untuk lebih mendedikasikan diri mereka untuk belajar, sehingga lama-kelamaan, anak-anak mereka menjadi lebih ingin untuk belajar tanpa perlu untuk dipaksa. Namun, hal ini tidak menjadi sesuai dengan kenyataannya.

Dampak Forced Learning di Cina
Sebagai ujian terpenting bagi pelajar di Cina, para pelajar diharapkan oleh orang tua dan guru mereka untuk mempersiapkan yang sebaiknya. Hal ini diperlihatkan dalam semua aksi-aksi yang dilakukan oleh para orang tua dan guru untuk memaksimalkan waktu yang dimiliki oleh para pelajar untuk belajar dan meminimalisir semua kegiatan yang tidak berkaitan. Tentunya, hal ini membuat para pelajar lebih rentan memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk. Ditambah lagi dengan sifat orang tua banyak pelajar Asia, terutama Cina, yang mengajarkan anak mereka menggunakan pola represif sehingga para pelajar lebih rentan untuk dihukum oleh orang tuanya apabila tidak mencapai nilai yang diinginkan.

Forced Learning yang berlangsung dalam jangka waktu juga sebaliknya membuat anak-anak mereka berkurang dalam potensi mereka sebagai pelajar yang mendedikasikan diri mereka untuk belajar dengan sungguh, seperti pada apa yang diinginkan oleh orang tua mereka. Akhirnya, Forced Learning berlawanan antara ekspektasi dan realita yang terjadi, tetapi dikarenakan sistem pendidikan Cina yang bertujuan untuk menguji para pelajar secara maksimal, maka para pelajar tetap dipaksa untuk belajar terus-menerus.

Solusi untuk Forced Learning di Cina
Solusi pertama yang dapat diberikan merupakan keperluan guru dan orang tua untuk bersifat toleran terhadap potensi setiap pelajar, dan memberikan kesempatan para pelajar untuk belajar sesuai dengan kebiasaan para murid yang membuat mereka produktif. Solusi ini akan membantu para pelajar untuk lebih terbuka untuk belajar karena mereka tidak dipaksa, atau setidaknya tidak terlalu dipaksa, untuk belajar apa yang mereka inginkan, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan cara mereka walaupun harus diadaptasikan dengan kompetensi yang dipertanyakan oleh Gaokao. Namun, hal ini dapat dikompensasi dengan kesehatan mental dan fisik para pelajar yang lebih baik, sehingga pembelajaran tersebut akan lebih berguna.

Solusi kedua yang bersifat lebih radikal adalah untuk menghapuskan Gaokao dan menggantikannya dengan sistem pengujian yang lebih efektif daripada harus menyerahkan kesehatan mental dan fisik demi nilai. Gaokao tidak merefleksikan kemampuan para pelajar karena standardisasi ujian tersebut mengukur kompetensi mereka dengan standar yang tidak memperbolehkan mereka dengan ketertarikan mereka. Dengan menggantikan Gaokao dengan sistem ujian yang lebih beragam, maka setiap pelajar tidak perlu untuk dipaksa belajar, dan dapat menyesuaikan pembelajaran mereka dengan karir mereka.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun