"Dia yang mengontrol orang lain mungkin kuat, tetapi dia yang telah menguasai dirinya sendiri lebih kuat lagi." - Lao Tzu, ahli filsafat dari Tiongkok.
Di dalam menjalani kehidupan siapa pun individu akan mengalami pilihan keputusan, menemukan suatu peristiwa yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun berhubungan dengan individu lain.
Misalnya dalam menghadapi peristiwa yang menimpa ada individu yang menghadapinya dengan tenang dan penuh kesabaran, namun ada individu yang menghadapinya dengan reaktif dan penuh emosional.
Jika peristiwa yang menimpanya ringan mungkin kita dapat mengelola emosi dengan baik, tetapi apabila peristiwa yang dihadapi itu berat karena menyangkut harga diri atau kepentingan maka tidak sedikit yang emosinya mudah tersulut.
Individu yang dilengkapi dengan emosi, hawa nafsu, dan keinginan harus dikelola dengan baik agar kehidupan yang kita jalani menjadi efektif dan tidak berdampak buruk bagi individu dan orang lain.
Self control atau penguasaan diri merupakan kemampuan dan usaha untuk mengendalikan, mengontrol, mengatur, dan mengelola emosi agar tindakannya ke arah yang benar atau berdampak positif untuk diri kita dan orang lain.
Apabila emosi tidak kita kelola dengan baik maka akan berpengaruh negatif bagi diri kita dan berpengaruh buruk dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Penguasaan diri penting karena jika tidak dilakukan maka emosi akan liar dan menjadi kontra produktif.
Lalu hal-hal apa saja yang perlu dikendalikan?
Pertama: Penguasaan diri dari keinginan
Setiap individu memiliki keinginan, hasrat, kehendak, dan harapan yang mesti diarahkan dengan baik. Apabila individu gagal dalam mengarahkan dan membimbing keinginan pribadi maka tujuan yang hendak kita raih akan meleset.
Seringkali kita melakukan apa yang sebenarnya tidak kita kehendaki. Sementara apa yang kita kehendaki justru tidak dilakukan. Kita kalah dengan keinginan yang bertujuan untuk memuaskan hawa nafsu dan kepentingan sesaat.
Kedua: Penguasaan diri dari emosi
Emosi dimengerti sebagai luapan perasaan yang berkembang dan akan surut dalam waktu singkat. Karena emosi dapat berubah dalam waktu yang singkat, maka diperlukan tindakan yang cepat berdasarkan nalar sehat.
Pengendalian emosi perlu dilatih melalui kesadaran akan hakiki kehidupan dengan perenungan yang menghasilkan nilai-nilai diri yang positif dan tekad untuk menjadi individu yang bernilai tinggi.
Ketiga: Penguasaan diri atas watak pribadi
Watak yang merupakan sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, perlu dimurnikan dengan ajaran-ajaran kebaikan yang akan mengubah paradigma dalam berpikir.
Apabila pikiran yang individu miliki positif makan akan menghasilkan tindakan-tindakan yang positif. Watak lama yang akan menghambat tindakan yang positif harus diubah menjadi watak yang baru.
Setelah kita mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dikendalikan, maka kita perlu mengetahui manfaat-manfaat pengendalian diri.
Satu: Mendapat kedamaian
Setiap individu pasti merindukan kehidupan penuh dengan kedamaian, aman, tenteram, dan tenang. Untuk dapat memperolehnya maka diperlukan ucapan syukur atas apa yang dimiliki dan hidup tidak dikuasai oleh hawa nafsu.
Terkadang banyak hal yang terjadi di luar harapan, kita dapat mengambil hikmahnya dan dapat memutuskan tindakan yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan kita. Jika perlu kita dapat berdiskusi dengan teman-teman yang kita anggap lebih berpengalaman.
Dua: Menjadi pribadi yang kuat
Penguasaan diri merupakan bukti kedewasaan individu. Penguasaan diri sangat dibutuhkan pada zaman teknologi digital yang sangat cepat berubah saat ini, tanpa penguasaan diri keputusan dan tindakan tidak akan sesui dengan sasaran.
Penguasaan diri akan menjadikan kita pribadi yang kuat, yang tidak mudah digoyahkan oleh tawaran-tawaran kenikmatan sesaat dan keuntungan jangka pendek. Pribadi yang kuat penting sebagai citra diri dan akan menambah kepercayaan diri
Tiga: Menjaga keharmonisan
Agar kehidupan kita dapat efektif maka keharmonisan menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial. Hidup yang disertai dengan semangat kolaborasi, menghormati sesama, dan hidup berdampingan.
Dalam berinteraksi dengan individu lain, maka diperlukan perilaku yang baik. Penguasaan diri dapat menjaga keharmonisan atau keselarasan dalam menjalin komunikasi dan relasi dengan lingkungan.
Empat: Mampu menghadapi segala keadaan
Tidak dapat dihindari kita akan menghadapi pasang surut kehidupan. Individu yang dapat menguasai diri adalah individu yang dapat menghadapi kehidupan dalam segala keadaan, tidak hanya mampu menghadapi keadaan yang baik saja, namun yang tidak baik sekalipun, ia akan mampu.
Mengapa demikian? Karena ia mampu memahami bahwa persoalan yang terjadi tidak akan melebihi kemampuannya. Ia yakin apapun masalah yang dihadapi akan ada jalan keluar dan pasti dapat diselesaikan dengan baik.
***
Demikian tadi empat manfaat dari penguasaa diri dan saya akan menutup tulisan ini dengan kisah dari Amerika.
Siapa sih yang tidak senang memiliki mobil baru? Adalah seorang ayah yang tinggal di Negeri Paman Sam, ia baru saja membeli mobil baru. Ia bangga karena bisa memiliki mobil yang sudah dirindukannya.
Pria ini sudah membayangkan akan menggunakan mobil itu untuk berpergian bersama keluarganya. Selama ini mereka harus menyewa taksi atau menggunakan transportasi umum untuk berpergian.
Mobil yang baru saja dikirim diparkirlah di garasi, setelah diadakan pengecekan dan serah terima dari dealer ke pemilik mobil. Pria separuh baya itu bergegas masuk ke rumah karena ada kesibukan yang mesti diselesaikan.
Sementara ayahnya sibuk dengan aktivitasnya, anak laki-lakinya yang baru berumur tiga tahun merasa senang dengan kehadiran mobil barunya. Pada awalnya dia hanya meraba-raba, kemudian mengetok-ketok, dan untuk melampiaskan kegembiraannya anak itu mulai memukul-mukul dengan palu.
Sudah dapat kita duga mobil yang baru itu penyok dengan pukulan-pukulan palunya.
Tidak lama berselang sang ayah menghampiri mobilnya karena mendengar bunyi pukulan, terang saja ayah ini marah besar, dengan spontan ia mengambil palu dan memukul tangan anaknya sebagai hukuman.
"Sakit daddy, sudah daddy, aku salah" berkali-kali anak ini berteriak kesakitan, namun rupa-rupanya ayah ini tidak dapat mengendalikan emosinya dan memukul tangan anaknya berkali-kali, seperti anaknya memukul-mukul mobil ayahnya.
Selang beberapa menit kemudian ayahnya tersadar telah melukai anaknya sendiri dan lebih mencintai mobilnya dari pada anaknya. Ia segera membawa anaknya ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan dari dokter.
Namun, nampaknya jari-jari si anak malang itu tidak dapat diselamatkan dan harus menjalani amputasi karena bekas pukulan palu yang cukup keras.
Singkat cerita setelah selesai diamputasi anak ini berkata kepada ayahnya. "Daddy, aku minta maaf telah memukul mobil Daddy, aku tidak akan mengulangi lagi, namun bolehkah aku bertanya, kapan jari-jariku bisa tumbuh kembali?"
Pertanyaan anak tersebut menggores hati sang ayah dan menyesal atas perbuatannya menyakiti anaknya sendiri, ia tak mampu membendung kekecewaan dan penyesalan yang amat dalam, namun semua sudah terlambat.Â
"Mengapa aku begitu tega melakukan semua itu" serunya dalam hati.
Ayah ini tidak kuat menanggung kenyataan pahit yang dialaminya, ia segera pulang kerumah dan tanpa berpikir panjang ia mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri!
(KB)
Rujukan
Blessedday4us.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H