Mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Jarang kita menemukan orang yang membenci dirinya sendiri. Jika kita mengasihi diri kita maka sudah sewajarnyanya kita dapat mengasihi orang lain.
Sesama berarti siapa saja yang kita temui dan membutuhkan pertolongan dari kita. Memberikan pertolongan sebagai bukti kemanusiaan dan rasa empati pada sesama. Tentu mengasihi dengan ketulusan hati dan tanpa pamrih.
Ketiga, Mengasihi musuh
Mengasihi kepada orang lain yang telah mengasihi kita menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak orang dapat melakukannya. Namun, mengasi kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita menjadi sikap yang mulia.
Sang Pencipta menghendaki kita untuk hidup berdampingan, saling mengasihi, saling memaafkan, dan membangun. Demikian juga kita sebagai ciptaan-Nya harus dapat memperagakan sebagai ciptaan yang paling mulia di muka bumi ini.
Keempat, Bersedia berkorban
Orang yang bersedia berkorban adalah mereka yang mengerti kemahakuasaan Sang Pencipta. Mereka telah merasakan kebaikan-kebaikan dari-Nya dan berusaha mengungkapkan rasa syukur dengan melakukan kebaikan.
Bahkan bersedia berkorban demi kebaikan orang lain. Seringkali mengasihi menuntut kita berkorban. Bahkan berani kehilangan sesuatu demi mempertahankan integritas dan komitmen kepada Sang Pencipta.
Kelima, Lakukan seperti apa yang kita harapkan
Melakukan sesuatu kepada orang lain, seperti harapan akan apa yang orang lain lakukan untuk kita. Dalam hati kita sering mengharapkan orang lain melakukan sesuatu untuk kita. Nah, harapan itulah yang kita lakukan untuk orang lain.
Melakukan sesuatu tidak semata-mata berupa sesuatu yang kasat mata. Namun, perhatian atau penghargaan terkadang menjadi sesuatu yang berharga bagi orang yang memerlukan. Bahkan menjadi pendengar yang baik misalnya, sudah lebih dari cukup untuk menyenangkan orang lain.
Keenam, Rasa takut demi kebaikan
Murid sekolah yang benar-benar memahami makna studi akan merasa takut kalau sampai niainya jelek, maka ia akan belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan nilai yang baik.
Demikian juga orang beriman takut untuk berbuat dosa karena tidak ingin membuat Sang Pencipta berduka. Ia selalu berpikir dan berjuang untuk dapat menyenangkan-Nya dengan perbuatan dan perilaku yang terpuji.
Ketujuh, Menjalankan agenda
Hidup bukan berbicara bagaimana kita hidup menurut kemauan kita sendiri, namun berjuang untuk hidup bagi Sang Pencipta. Jika kita telah merasakan berkat dari atas maka sebaiknya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.