Kesetiaan acapkali dikaitkan dengan kecintaan seseorang pada negara, biasanya orang menyebut kesetiaan pada NKRI, yang menunjuk pada suatu pendirian bahwa NKRI menjadi harga yang dapat ditawar-tawar.
Dalam pernikahan juga menggunakan istilah kesetiaan akan hubungan suami istri yang diikat oleh janji pada waktu akad nikah untuk sehidup semati. Meskipun di dalam perjalanan pernikahan mengalami pasang surut, seharusnya tidak memengaruhi komitmen yang telah disepakati.
Pada praktiknya kesetiaan tidak mudah, ketika janji diucapkan akan banyak alasan yang menguatkan untuk berkata setia, namun ketika menghadapi persoalan akan banyak alasan pula untuk mengingkari kesetiaan.
Jika kita melihat pasangan selebritis misalnya, kita dapat menemukan pasangan suami istri yang disematkan menjadi teladan kesetiaan oleh masyarakat, tetapi sayang tanpa disangka setelah usia pernikahan mencapai puluhan tahun mereka memutuskan untuk berpisah.
Umumnya ketika ditanyakan alasan bercerai, mereka mengatakan sudah tidak ada kecocokan lagi, sementara tahun-tahun sebelumnya mereka menikmati kebersamaan dan perbedaan itu dapat diterima oleh mereka.
Sedangkan orang yang menyebut dirinya orang percaya juga dapat dikaitkan dengan kesetiaan terhadap keyakinannya dan kesetiaan pada Sang Pencipta. Kesetiaan sebagai wujud suatu ketaatan akan apa yang diyakini dan itu dipercayai akan membawa kebaikan.
Dalam tulisan ini kita akan sedikit belajar mengenai kesetian orang percaya atau orang beriman kepada Sang Pencipta, sebagai sumber kehidupan. Lalu bagaimanakah caranya kita dapat mewujudkan kesetiaan pada Sang Pencipta?
Pertama, Komitmen
Komitmen dapat dimengerti sebagai kesepakatan untuk melakukan sesuatu berdasarkan janji yang telah dibuat. Jika kita berkomitmen untuk menempatkan Sang Pencipta sebagai sumber kehidupan maka kita akan berjuang untuk segala sesuatu yang dapat menyenangkan-Nya.
Sehingga kita terikat janji dengan Sang Pencipta dan berpegang teguh pada kebenaran yang akan membawa kebaikan baik selama di bumi maupun kehidupan setelah bumi berakhir.
Kedua, Keteguhan hati
Keputusan untuk menjadi pengikut Sang Pencipta didasari dengan keteguhan hati bahwa menjadi pengikut-Nya merupakan keputusan yang tepat. Keputusan berdasarkan kesadaran dan merupakan hasil perenungan sehingga tidak mudah digoyahkan oleh apapun dan siapa pun.
Dalam praktiknya akan banyak tawaran-tawaran kenikmatan dunia yang menggoda keteguhan hati sebagai orang percaya dan sepertinya tawaran itu masuk akal, namun hanya untuk kenikmatan sesaat di bumi.
Ketiga, Ketaatan
Orang yang meyakini Sang Pencipta sebagai pribadi yang akan membawa kita kepada kekekalan, maka mereka akan taat pada ajaran-ajaran-Nya. Ketaatan itu ditandai dengan melakukan kehendak-Nya dan menjauhi larangan-Nya.