Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Inilah 4 Kaidah Memaknai Substansi Kehidupan

24 Mei 2022   12:40 Diperbarui: 26 Mei 2022   11:26 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesederhanaan (Photo by Mehmet Turgut Kirkgoz from www.pexels.com)

"Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya." - Pramoedya Ananta Toer, salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia.

Salah satu filosofi hidup orang Jawa yaitu "Wong urip iku mung mampir ngombe" yang dapat diterjemahkan sebagai "Hidup itu hanya singgah untuk minum." Hal ini menunjuk bahwa kehidupan manusia di bumi hanya sementara karena akan ada kehidupan setelah dunia berakhir.

Kehidupan yang sesungguhnya itu bersifat kekal selamanya. Dengan kata lain kehidupan manusia di dunia ini singkat, hanya sementara dan dalam rangka mempersiapkan kehidupan kekal.

Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan hebat yang telah melahirkan 50 karya dan telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa asing memahami betul akan substansi kehidupan, dalam kutipan di atas ia mengatakan bahwa hidup itu sederhana yang hebat adalah tafsiran-tafsirannya.

Sederhana dapat dimaknai hidup yang bersahaja, tidak berlebih-lebihan, dan tidak mengada-ada. Hidup dari penghasilan yang ada, mencukupi kebutuhan, dan bukan keinginan. Selebihnya bukanlah suatu kebutuhan wajib yang harus dipenuhi.

Namun, sekarang ini kehidupan telah banyak ditafsirkan menyimpang dari substansinya. Dunia mengajarkan akan kenyamanan hidup yang membawa manusia hanya berjuang memenuhi keinginan di dunia tanpa memikirkan kekekalan.

Memburu harta, jabatan, gelar, dan popularitas menjadi agenda utama. Dan realitas yang ada jika orang memiliki kedudukan dan kekayanan akan mendapat kehormatan. Sedangkan orang yang biasa sekalipun melakukan kebaikan terkadang diabaikan.

Menebarkan kebaikan seolah tertutupi oleh spirit dunia yang mengajarkan kekayaan dan kemewahan. Tidak sedikit para selebritas mempertontonkan kenyamanan hidup: rumah mewah, mobil mewah, perhiasan, dan kemudahan meraih kekayaan.

Akhirnya orang-orang yang tidak memahami substansi kehidupan akan memilih mengikuti ajaran-ajaran dunia. Mereka menghalalkan segala cara demi meraih tujuan memuaskan hawa nafsu dan keangkuhan hidup.

Ilustrasi kemewahan (Photo by from www.pexels.com)
Ilustrasi kemewahan (Photo by from www.pexels.com)

Lalu bagaimanakah agar kehidupan seimbang, tetap hidup di tengah dunia, namun dapat mengarahkan kehidupan menuju kekekalan? Berikut ini ada 4 kaidah dalam memaknai substansi kehidupan.

Satu, Hidup sesuai kebutuhan

Kebutuhan akan barang atau jasa merupakan keperluan yang harus dipenuhi, misalnya makan, pakaian, tempat tinggal, sekolah dan sebagainya. Sedangkan keinginan akan barang atau jasa bukan merupakan kewajiban, misalnya orang tidak harus memiliki mobil karena bisa menggunakan transportasi umum.

Namun, seringkali yang terjadi orang lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Akibatnya tidak sedikit orang yang memaksakan diri untuk memiliki sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan.

Dua, Bersyukur akan apa yang dimiliki

Sikap bersyukur akan apa yang dimiliki menjadikan suasana hati kita menjadi tenteram dan bahagia. Namun, jika kita menginginkan akan sesuatu di luar kemampuan maka akan menjadikan kita tergesa-gesa, ngoyo, dan tidak tenang.

Dalam keadaan baik-baik saja akan mudah untuk mengucap syukur, namun ketika mengalami persoalan akan sulit untuk mengucap syukur. Kita dapat belajar filosofi dari orang Jawa yang mudah untuk mengatakan "untung.". Misalnya mengatakan untung yang cacat tangan kiri bukan tangan kanan.

Tiga, Hidup bertanggung jawab

Hidup di dunia hanya sementara dan dalam rangka mempersiapkan untuk kehidupan kekal bukan berarti melepaskan tanggung jawab selama di dunia. Tanggung jawab sebagai bentuk persiapan menuju kehidupan setelah kematian.

Mengerjakan aktivitas dan berinteraksi dengan sesama merupakan sarana untuk melatih kedewasaan dan memproses kesucian hati. Tanpa itu makan proses pendewasaan dan kesucian tidak akan terwujud dengan baik.

Empat, Apa yang fana bukan suatu keharusan

Banyak filosofi dunia yang mengajarkan keberhasilan untuk meraih perkara yang fana. Perkara dunia menjadi yang utama dan menjadi suatu keharusan untuk dapat mencapainya. Akhirnya banyak orang yang terikat dan berjuang mati-matian untuk perkara yang fana ini.

Sementara ketika kita menghadap Sang Khalik maka perkara yang fana itu akan ditinggalkan dan kita hanyalah membawa kesucian hidup dan perbuatan baik. Dua hal inilah yang sebenarnya menjadi agenda utama kehidupan.

***

Kehidupan yang kita lakukan bukan hanya meraih sesuatu yang kelihatan, namun perjuangan untuk mengubah karakter hingga sesuai dengan kehendak Sang Khalik. Jika diibaratkan berpergian maka kita harus berkemas-kemas, membawa bekal yang cukup, dan memastikan kita akan sampai pada tujuan.

Manakala kita telah memiliki keyakinan bahwa dunia ini bukan kehidupan yang sesungguhnya, maka kita akan bergumul, memperkarakan, dan serius mempersiapkan diri untuk dapat masuk bumi yang baru. Memiliki isi dunia bukan merupakan ukuran kesuksesan, namun ketika kita diterima oleh Sang Khalik merupakan kesuksesan yang sejati. (KB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun