Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Orang Percaya, Ini 3 Sikap yang Perlu Dimiliki

7 Mei 2022   11:35 Diperbarui: 19 Mei 2022   10:03 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apabila kita menginginkan hal besar terjadi di hidup kita, maka kita juga harus siap untuk melakukan perjuangan yang lebih besar juga."

Pada artikel terdahulu saya sudah bagikan makna dari percaya yaitu berani mempercayakan seluruh hidup kita kepada Sang khalik sebagai nakhoda kehidupan.

Namun, bukan berarti melepaskan tanggung jawab terhadap persoalan fana dan hanya mengarahkan pada perkara kekekalan.

Menempatkan Sang Khalik sebagai nakhoda kehidupan sebagai bentuk ketidakberdayaan dan ketidakmampuan kita untuk melakukan perkara-perkara rohani. Karena menjadi manusia yang agung mustahil diraih tanpa pertolongan dari Sang Khalik.

Dengan demikian cita-cita duniawi bukan sebagai keharusan yang mesti diraih, kegagalan menjadi hal yang wajar, akan tetapi melakukan kebaikan menjadi yang utama. Keberhasilan untuk berbuat baik menjadi tujuan hidup orang percaya.

Tantangan orang percaya dalam dunia kerja seringkali dihadapkan pada tawaran-tawaran miring demi meraih suatu tujuan. Sementara mereka mesti berkomitmen untuk menjaga integritas.

Bagi mereka yang tidak kuat akan mudah terseret oleh bujukan negatif dan meninggalkan komitmen yang sebelumnya telah dicanangkan. Mereka mau merendahkan citra diri untuk sesuatu yang sifanya fana.

Ilustrasi pekerja (Sumber www.freepik.com)
Ilustrasi pekerja (Sumber www.freepik.com)

Kemajuan Teknologi

Sementara itu kemajuan teknologi telah mengubah gaya organisasi dan para pekerja untuk menyesuaikan perubahan itu. Organisasi yang tidak mampu mengikuti selera kosumen akan sulit untuk tetap bertahan.

Adanya perubahan organisasi menuntut para pekerja bekerja secara ekstra, tidak cukup hanya berkerja keras, namun mesti bekerja cerdas agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi organisasi.

Berikut ini paling tidak terdapat tiga ciri dunia kerja di era informasi sekarang ini.

Satu, Perubahan begitu cepat

Globalisasi dan kemajuan teknologi sebagai penyebab perubahan dunia begitu cepat. Informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah serta banyaknya pilihan sarana komunikasi. Banyak perusahaan start-up bermunculan dan perusahaan-perusahaan global semakin menggurita.

Dua, Ketidakpastian

Byrne dan Cadman (1984) mendefinisikan ketidakpastian sebagai segala sesuatu yang tidak diketahui atas hasil usaha pada saat pengambilan keputusan ditetapkan. Ketidakpastian tersebut perlu diantisipasi dengan manajemen risiko yang baik.

Tiga, Tidak dapat diprediksi

Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran yang berharga bagi para pelaku bisnis. Tidak sedikit perusahaan yang terkena dampaknya, manajemen jangan terlalu yakin bahwa bisnis akan meraih keuntungan dan tetap bertahan.

Menghadapi karakteristik bisnis modern saat ini, seringkali dihadapkan pada dilema antara menjaga integritas dan eksistensi sebagai pekerja.

Maka sebagai orang percaya mesti memiliki hikmat dan menyiapkan keahlian agar dapat berkontribusi kepada organisasi

 Lantas apa saja yang perlu dilakukan?

Pertama, Pentingnya membangun relasi

Tajamnya persaingan bisnis perlu disikapi oleh para pekerja untuk membangun relasi, tidak saja dengan para rekan-rekan, namun juga para pemangku kepentingan yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam organisasi.

Kedua, Penguasaan teknologi

Penguasaan teknologi bukan menjadi pilihan, namun menjadi keharusan yang mesti dimiliki, jika ingin pekerjaan yang dilakukan menjadi efektif. Orang percaya tidak boleh puas dengan keahlian yang dimiliki, tetapi terus belajar.

Ketiga, Sikap Adaptif 

Perubahan yang begitu cepat memerlukan sikap adaptif dari orang percaya. Jika tidak maka akan ketinggalan dan kalah bersaing dengan para pekerja lainnya. Bisa jadi orang percaya malah menjadi batu sandungan bagi organisasi.

***

Orang percaya jangan eksklusif hanya melakukan perkara rohani dan melupakan tanggung jawab persoalan dunia, namun justru mereka menjadi teladan karena dapat memperagakan kedewasaan rohani dan bekerja secara profesional.

Perpaduan antara kedewasaan rohani dan keahlian menjadi dua kekuatan yang membuat orang percaya berbeda dengan lainnya.

Meskipun mungkin mereka menghadapi penolakan ketika tidak mau berkompromi dengan praktik menyimpang.

(KB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun