Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berdandan, Inner Beauty Jauh Lebih Penting

25 Maret 2022   14:57 Diperbarui: 26 Maret 2022   08:59 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berdandan (Woman face photo created by freepik - www.freepik.com)

"Di jaman perubahan ini, mereka yang terus belajarlah yang akan mewarisi bumi, sementara mereka yang selalu merasa dirinya pintar akan menemukan diri mereka telah berdandan lengkap dan rapi untuk menghadapi dunia yang sudah tidak ada lagi." - Eric Hoffer, penulis dari Amerika Serikat 1902-1983.

Apakah kamu suka berdandan? Bagi kaum Hawa berdandan menjadi hal yang biasa, malahan jika tidak berdadan akan menjadi aneh, namun saat ini dengan semakin maraknya produk kecantikan untuk pria, maka kaum Adam pun berusaha untuk bersolek.

Tuntutan berpenampilan sempurna para wanita akan berlama-lama berada di depan cermin. Konon seorang artis terkenal membutuhkan waktu untuk berdandan hingga tiga jam. Tidak itu saja mereka perlu mengoleksi baju, sepatu, dan tas untuk memperindah penampilannya.

Bagi sebagian orang bahkan berani melawan kodrat untuk melakukan operasi wajah, karena wajahnya dinilai belum pantas. Mereka mau merogoh kocek dalam-dalam demi penampilan agar terlihat menawan.

Perhiasan juga tidak luput dari bagian penampilan mulai dari cincin, gelang, arloji hingga kalung, dari imitasi, perak, emas hingga berlian. Mereka menganggap tidak lengkap jika tidak mengenakan perhiasan dalam acara-acara tertentu.

Apakah berdandan menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi? Ataukah kita tidak perlu untuk berdandan? Berikut ini saya bagikan hasil survei mengenani perilaku dalam berdandan.

Ilustrasi berdandan (Sumber: www.pexels.com)
Ilustrasi berdandan (Sumber: www.pexels.com)

Survei Berdandan

Sebuah survei yang dilakukan oleh merek kecantikan St Ives menemukan bahwa kaum pria menganggap wanita terlalu banyak menggunakan kosmetik. Sementara sebanyak dua dari tiga perempuan atau 67% mengaku tidak akan keluar rumah tanpa merias wajahnya. Selain itu ditemukan 10% wanita mengaku berdandan dengan tujuan untuk menarik perhatian para pria.

Tidak mau kalah dengan para wanita ternya kaum pria semakin memperhatikan penampilan mereka. Survei yang dilakukan perusahaan pemasaran Amerika, J. Walter Thomson terhadap 1000 pria di Amerika dan Inggris, hasilnya pria dituntut untuk mempertampan diri.

Para pria ketika berada di salon, maka 29% akan melakukan manikur, 24% mengerjakan perawatan wajah, dan 13% menjalankan waxing alis. Sedangkan survei yang dilakukan oleh sebuah situs RoxyPalace.com pada 2012 silam menemukan, Pria menghabiskan dana sebesar 2.760 USD (sekitar Rp 37 juta) untuk perawatan dan pakaian selama satu tahun.

Dari hasil survei tersebut dapat digambarkan bahwa ketertarikan untuk berdandan begitu besar, terlepas dari apa pun motivasi yang melatar belakangi. Lalu bagaimakan kita harus bersikap dalam berdandan. Berikut ada 4 panduan yang perlu dipahami

Pertama, Berdandan secara wajar

Berdandan dengan memaksakan diri tidak sesuai dengan kemampuan hanya akan menyiksa diri. Mereka seperti menggunakan topeng orang lain, penuh dengan sandwara dan kepura-puraan.

Sebalinya berdandan secara wajar, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan akan membuat ketenangan hati. Kewajaran masing-masing orang akan berbeda-beda, yang terpenting adalah mengenakan atau menggunakan sesuatu secara lazim.

Kedua, Bukan mencari pujian

Jika kita harus berdandan jangan sekali-kali mengharapkan pujian, namun apabila ada yang memuji kita hendaknya itu diterima dengan ucapan syukur, kerendahan hati dan bukan untuk kesombongan.

Berdandan juga bukan untuk menarik perhatian orang di sekitar kita, tetapi semata-mata untuk kepatutan dan kepantasan sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain.

Ketiga, Menempatkan diri

Mengenakan dan menggunakan apa dalam acara tertentu perlu menjadi perhatian kita. Misalnya jika kita menghadiri keluarga yang berduka, maka sebaiknya memakai busana, make up, dan perhiasan yang sederhana.

Jangan sampai kita menjadi pembicaraan orang lain gegara tidak dapat menempatkan diri dengan baik. Pertimbangkan bmatang-matang sebelum kita menghadiri pertemuan dengan memilih pakaian dan berdandan secara pantas.

Keempat, Kecantikan batin (inner beauty)

Orang yang hanya sibuk berdandan perkara-perkara fana akan merasa tidak puas, dan akan terus berusaha tampil menawan demi gengsi, popularitas, dan tidak mau kalah dengan orang lain.

Berdandan secara lahiriah penting, namun lebih penting berdandan perihal batiniah. Mungkin kita sudah tidak melanggar hukum agama, tetapi pikiran dan hati perlu dibarui sampai mencapai kemurnian.

***

Sebagai orang percaya sebaiknya kita tetap berdandan secara wajar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Berdandan bukan merupakan keharusan yang perlu dipenuhi, sehingga kita menjadi terikat dengan hal-hal lahiriah.

Berdandan batiniah menjadi keharusan untuk mempersiapkan kehidupan baru setelah dunia ini berakhir. Mungkin kita bisa gagal untuk berdandan lahiriah, namun berdandan batiniah sebaiknya tidak boleh gagal. (KB)

Rujukan:

Survei: Wanita Kerap Berlebihan Berdandan, Viva.co.id, 9 September 2014

Survei: 54 Persn Pria Berdandan, Gaya.Tempo.co, 21 Juni 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun