"Kemurnian di dalam hati menghasilkan kekuatan dalam kehidupan." -- Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, Raja di Kesultanan Yogyakarta 1880-1939.
Dunia yang serba tidak pasti ini membutuhkan kemurnian, segala sesuatu jika murni akan memiliki nilai yang tinggi. Lihatlah dari dulu hingga sekarang orang suka mengenakan atau mengoleksi emas murni, dan bukan emas imitasi.
Demikian juga dalam kehidupan nikah, jika pasangan suami-istri memiliki kemurnian cinta maka pasangan akan berbahagia, namun apabila cintanya sudah tidak murni lagi bisa jadi pasangan menjadi tidak harmonis.
Pengertian Kemurnian
Kemunian dari kata dasar murni yang berarti tidak bercampur dengan unsur lain, tulen, belum mendapat pengaruh luar, polos, lugu, tulus, suci, sejati (tentang cinta) dan asli. Sedangkan kemurnian dapat diterjemahkan sebagai perihal murni, keaslian, kesucian dan kebersihan.
Dalam kehidupan, kemurnian menjadi sasaran insan bertuhan, apa artinya kita bisa mengerjakan dan meraih segala sesuatu dengan cara yang tidak murni. Mungkin kita akan berhasil di dunia, namun apakah apa yang kita lakukan sudahkan sesuai dengan kaidah Sang Pencipta?
Bagi orang yang telah mencapai tingkat rohani yang tinggi, kemurnian menjadi tujuan yang harus diperjuangkan jika ingin menikmati kehidupan baru. Tanpa kemurnian kita akan sukar berjumpa dengan Sang Pencipta.
Mungkin kita sudah menjalankan ibadah sesuai dengan perintah-Nya dan berkarya demi mencukupi kebutuhan keluarga, namun cara-cara yang kita gunakan belum mempraktikkan kemurnian.
Ada pekerjaan rumah yang mesti kita selesaikan, misalnya memurnikan usaha atau pekerjaan kita. Praktik curang dalam berbisnis, berbohong dengan konsumen, menimbun barang, mengambil keuntungan yang terlalu tinggi, mengelabuhi teman atau mitra bisnis, dan sebagainya.
Jika kita tidak memurnikan tangan (berbicara perbuatan) dan hati kita, maka usaha yang kita jalani menjadi sia-sia. Kita telah membuang banyak waktu yang berakibat kehidupan rohani kita berjalan di tempat. Sementara kehidupan rohani mestinya terus kita tumbuhkan hingga kematian menjemput.
Kemurnian membutuhkan proses yang tidak singkat, adakalanya jatuh-bangun, namun terus diperjuangkan hingga mencapai kedewasaan rohani sesuai dengan standar Sang Pencipta.
Berikut ini paling tidak ada tiga kemurnian tangan dan hati yang perlu kita perbaiki:
Satu, Tidak bercampur dengan yang lain
Cara-cara dunia yang diperagakan terkadang efektif dalam meraih tujuan, namun cara-caranya berbenturan dengan etika dan norma. Lebih baik kita meraih sedikit keuntungan tetapi dilakukan dengan cara-cara yang elegan dan jujur. Menjaga kemurnian yang tidak bercampur dengan cara-cara dunia mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan.
Dua, Ketulusan
Dunia sekarang ini telah banyak diisi oleh kepura-puraan, untuk itu ketulusan menjadi bagian penting dalam kita berinteraksi dengan sesama. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah membuang segala sesuatu yang kotor di dalam pikiran  dan memasukkan segala sesuatu yang suci.
Tiga, Kesucian
Suci dapat diartikan sebagai bebas dari dosa, bukan berarti tidak berbuat dosa, namun jika kita jatuh dalam dosa kita segera bertobat dan minta ampun pada Sang khalik serta tidak melakukan dosa lagi. Sedangkan dosa dapat dipahami sebagai sesuatu yang meleset dari kehendak Sang Pencipta.
***
Untuk dapat menghasilkan emas murni perlu proses yang panjang, demikian juga kemurnian tangan dan hati memerlukan proses yang panjang, namun kelak ketika kita mencapai kemurnian memiliki harga yang tidak ternilai bahkan dibandingkan emas murni sekali pun. (KB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H