Penghambat Powerful Questions
Pertama, Egosentris yaitu ketidakmampuan seseorang untuk melihat dari perspektif (sudut pandang) orang lain. Hal ini meliputi gagalnya seseorang untuk menarik kesimpulan dari apa yang orang lain pikirkan, rasakan, dan lihat.
Kedua Apatis, yaitu sikap acuh tak acuh; tidak peduli; masa bodoh kepada orang lain. Sikap ini membuat ia tidak bersedia untuk menanyakan sesuatu pada orang lain.
Ketiga over confidence yakin dengan pengetahuannya sendiri dan berpikir sudah tahu jawabannya. Ia termasuk cepat menilai orang lain, seolah sudah mengetahui apa jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan.
Keempat Khawatir, yaitu khawatir mengajukan pertanyaan yang salah dan dianggap tidak kompeten. Ini menjadi sikap minder dan merupakan kebalikan dari over confidence.
Dari ke empat alasan tersebut ada hal yang paling besar penghambatnya di luar itu yaitu mereka tidak mengerti betapa bermanfaatnya pertanyaan yang baik.
Powerful Questions dalam Coaching
Powerful questions atau pertanyaan berbobot merupakan inti dari percakapan kreatif dalam proses coaching. Melalui serangkaian pertanyaan coach membantu klien menyadari situasinya saat ini (present) dan mengetahui apa yang akan dilakukan (future) untuk mencapai tujuan yang dinginkan.
Pertanyaan tidak diajukan dengan sembarangan, namun melalui proses dari mendengarkan, merenungkan dan memahami pembicaraan atau informasi yang diperoleh dari klien.
Coach bukan mewawancarai klien dan pertanyaan disampaikan dalam momen yang tepat dan merupakan pertanyaan terbuka. Dengan pertanyaan tersebut membuat klien berpikir, mengingat dan merenungkan untuk mendapatkan jawaban yang objektif.
Jenis pertanyaan yang berbobot umumnya merupakan pertanyaan terbuka diawali dengan kata apa, seberapa, bagaimana, siapa, kapan dan di mana.
Sedapat mungkin hindari pertanyaan dengan kata mengapa, kenapa, dikarenakan mengandung unsur judgment. Juga jangan gunakan pertanyaan dengan kata berakhiran "kah" karena cenderung merupakan pertanyaan tertutup.