Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kehadiran Coach dalam Organisasi Dapat Mempercepat ROI

14 Juli 2021   07:57 Diperbarui: 19 Juli 2021   11:39 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan yang menerapkan coaching untuk keperluan bisnis ternyata memperoleh ROI (Return On Investment) atau tingkat pengembalian investasi sebesar 7 kali lipat dari nilai investasi yang ditanamkan. (studi coaching global oleh Internasional Coaching Federation tahun 2012.

Brian O.Underhill, PhD, seorang coach bisnis, penulis, pembicara dan founder Coach Source di AS, melakukan penelitian tahun 2008 dan menyimpulkan bahwa 45 persen CEO dan 71 persen eksekutif senior memiliki coach pribadi.

Dari 92 persen pemimpin organisasi yang telah diberikan coaching merencanakan untuk meneruskan kerja sama dengan coach. Kemudian sebanyak 62 persen organisasi bisnis merencanakan untuk mengadakan program coaching periode 5 tahun ke depan.

Coaching diyakini membawa manfaat untuk pengembangan potensi karyawan, meningkatkan kinerja, terwujudnya tim yang solid dan berujung pada peningkatan keuntungan perusahaan.

Sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam bisnis, maka seorang coach harus memiliki kompetensi yang mumpuni. ICF (Internasional Coaching Federation) sebagai organisasi yang menaungi para coach di seluruh dunia telah menentukan 8 kompetensi yang wajib dimiliki coach.

info grafis 8 kompetensi coach (sumber erickson.edu)
info grafis 8 kompetensi coach (sumber erickson.edu)

Inilah 8 kompetensi coaching standar ICF :

1. Demonstrates Ethical Practice

Mendemonstrasikan praktik etis adalah memahami dan secara konsisten menerapkan etika dan standar pembinaan coaching. Menunjukkan integritas dan kejujuran dalam berinteraksi dengan klien.

Peka terhadap identitas, lingkungan, pengalaman, nilai, dan keyakinan klien, menggunakan bahasa yang pantas dan menghormati klien. Menjaga kerahasiaan informasi dari klien.

2. Embodies a Coaching Mindset 

Mewujudkan pola pikir coaching dengan cara mengembangkan dan mempertahankan pola pikir yang terbuka, sifat ingin tahu dan  fleksibel yang berpusat pada klien bukan pada masalah.

Coach terlibat dalam pembelajaran dan pengembangan secara berkelanjutan. Mengembangkan praktik, mempertahankan kesadaran dan selalu terbuka terhadap pengaruh budaya yang ada.

3. Establishes and Maintains Agreements 

Menetapkan dan memelihara perjanjian yaitu bermitra dengan klien untuk menciptakan kejelasan kesepakatan tentang hubungan pembinaan, proses, rencana dan tujuan. Menjelaskan apa itu coaching dan mencapai kesepakatan tentang apa yang pantas dan tidak pantas serta apa saja yang ditawarkan pada klien.

Bermitra dengan klien dan pemangku kepentingan terkait untuk membangun keseluruhan rencana, tujuan coaching, mengidentifikasi atau menegaskan kembali apa yang ingin dicapai dalam coaching.

4. Cultivates Trust and Safety 

Menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yaitu bermitra dengan klien untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung klien untuk berbagi secara bebas. Menjaga hubungan saling menghormati dan kepercayaan.

Coach harus berusaha memahami klien dalam konteks mereka yang mencakup identitas, lingkungan, pengalaman, nilai, dan kepercayaan. Menunjukkan rasa hormat terhadap identitas, persepsi, gaya, dan bahasa klien.

5. Maintains Presence 

Mempertahankan kehadiran dengan cara sepenuhnya sadar dan hadir bersama klien, menggunakan gaya yang terbuka, fleksibel, membumi dan percaya diri. Tetap fokus, jeli, empati dan responsif terhadap klien, menunjukkan rasa ingin tahu selama proses coaching.

Mengelola emosi seseorang untuk tetap hadir dengan klien, menunjukkan kepercayaan diri dalam bekerja dengan emosi klien yang kuat selama proses pembinaan.

6. Listens Actively 

Mendengarkan secara efektif dengan berfokus pada apa yang dikatakan klien dan sepenuhnya memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mendukung klien berekspresi diri.

Mempertimbangkan konteks klien, identitas, lingkungan, pengalaman, nilai dan keyakinan untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang klien komunikasikan. Coach merangkum apa yang dikomunikasikan klien untuk memastikan kejelasan dan klarifikasi pemahaman.

7. Evokes Awareness 

Membangkitkan kesadaran dengan memfasilitasi wawasan dan pembelajaran klien dengan menggunakan alat dan teknik seperti: pertanyaan yang berbobot, keheningan, metafora atau analogi.

Mempertimbangkan pengalaman klien saat memutuskan dan mempertimbangkan apa yang paling berguna. Coach mengajukan pertanyaan tentang klien, seperti cara berpikir, nilai, kebutuhan, keinginan dan keyakinan.

8. Facilitates Client Growth 

Memfasilitasi pertumbuhan klien dengan cara bermitra dengan klien untuk mengubah pembelajaran dan wawasan menjadi tindakan. Mempromosikan otonomi klien dalam proses pembinaan. Mengintegrasikan kesadaran, wawasan, atau pembelajaran baru ke dalam pandangan dunia dan perilaku.

Bersama dengan klien merancang tujuan, tindakan, dan ukuran tanggung jawab yang mengintegrasikan dan memperluas pembelajaran baru. Mengakui dan mendukung otonomi klien dalam merancang tujuan serta tindakan yang bertanggung jawab.

Roberto Mancini with Italy players after a UEFA Nations League match. (AP Photo)
Roberto Mancini with Italy players after a UEFA Nations League match. (AP Photo)

Ibarat pemain bola yang membutuhkan kehadiran coach karena ia tidak memahami bagaimana meningkatkan keahlian, menerapkan taktik dan strategi. Demikian juga para pemilik bisnis, direktur, manajer dan karyawan.

Keberhasilan tim nasional Italia menjuarai Euro 2020 tidak lepas dari sentuhan tangan dingin sang coach Roberto Mancini. Banyak yang meragukan kemampuan Italia setelah gagal total dalam ajang Piala Dunia 2018.

Praktis Mancini hanya memiliki waktu 3 tahun mempersiapkan pesta akbar sepak bola Eropa itu. Ia dapat mempertahankan identitas catenacio dengan sentuhan sepak bola modern dan selalu membangkitkan semangat tim.

Sudah saatnya organisasi bisnis menggunakan jasa coach untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki karyawan dan manajer. Supaya tidak salah dalam menilai diri sendiri dan tujuan yang akan dicapai. (KB)

Referensi: Falaq Arsendatama, Al. (2021). Professional Coach Certification Program. Jakarta: Kognisio PT Cipta Adhi Potensia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun