Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Author: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memanfaatkan Employee Branding untuk Membangun Brand Perusahaan

25 Juni 2021   14:20 Diperbarui: 27 Juni 2021   20:06 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi strategi membangun brand (sumber Foto oleh Tracy Le Blanc dari Pexels)

Mereka merupakan representasi perusahaan. Dan masyarakat lebih mempercayainya karena merupakan aktivitas alami.

Mari setelah memahami pengertian employee branding, kita akan mengulik apa itu corporate branding.

Pengertian Corporate Branding

Saya sependapat dengan pengertian branding menurut Landa (2006). Menurutnya branding bukanlah sekedar merek atau nama dagang dari sebuah produk, jasa, atau perusahaan.

Namun semuanya yang berkaitan dengan hal-hal yang kasat mata dari sebuah merek mulai dari nama dagang, logo, ciri visual, citra, kredibilitas, karakter, kesan, persepsi, dan anggapan yang ada di benak konsumen perusahaan tersebut.

Kalau saya menyebut brand Aqua misalnya, maka apa yang ada dalam pikiran kamu? Mungkin akan berkata air mineral yang jernih, segar, terpercaya, harga terjangkau dan mudah ditemukan di mana saja.

Jadi secara sederhana corporate brand diartikan sebagai persepsi yang ada di benak konsumen mengenai produk atau layanan yang ia gunakan dan itu menyangkut keseluruhan produk atau layanan yang diberikan perusahaan.

Ilustrasi strategi membangun brand (sumber Foto oleh Tracy Le Blanc dari Pexels)
Ilustrasi strategi membangun brand (sumber Foto oleh Tracy Le Blanc dari Pexels)

Hasil Penelitian

Sebuah hasil penelitian berjudul "Brand consistent behavior of employees on social media: the role of social media governance and policies" yang ditulis oleh Alessandra Mazzei dan Alfonsa Butera, menawarkan ide bahwa karyawan yang biasa berperilaku di media sosial merupakan peluang perusahaan untuk membangun brand perusahaan.

Mengapa demikian karena konsumen menganggap apa yang dilakukan karyawan tersebut sangat autentik atau dapat dipercaya, asli, murni dan orisinal. 

Dengan kata lain apa yang dilakukan karyawan bukan rekayasa perusahaan.

Namun bagaimana jika karyawan menyebarkan konten yang tidak pantas bahkan melanggar norma dan aturan? Terhadap yang demikian akan menyebabkan citra perusahaan terganggu. Lalu apa yang harus dilakukan perusahaan?

Model SMP (Social Media Policies)

Alessandra Mazzei dan Alfonsa Butera menyarankan agar perusahaan mengadopsi SMP (Social Media Policies) atau kebijakan media sosial, yaitu sebuah pedoman tata kelola media sosial yang harus dilakukan karyawan melalui pelatihan, komunikasi dan manajemen SDM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun