Keadaan itu mengakibatkan penurunan penjualan industri properti secara nasional. Masalah menjadi berat ketika pengembang tidak mampu melanjutkan pembangunan dan banyak konsumen membatalkan pembelian dengan meminta kembali uang muka yang telah dibayarkan.
Misalnya yang terjadi di proyek Apartemen Bintaro Pavilion, pembangunan terbengkalai  (Metro Sindo News.com, 5 Juni 2020). Apartemen El Centro di Kota Bogor yang diputuskan PKPU-S (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara) oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Inilah Online.com, 26 Januari 2021).
5. Konsep Produk tidak Jelas
Di tengah persaingan bisnis properti yang cukup ketat dibutuhkan kreativitas pengembang. Terlebih dahulu perusahaan harus melakukan riset pasar dan mempelajari pesaing yang ada, kemudian membuat konsep yang baru dan berbeda (unik) di bandingan pesaing.
Pusat perbelanjaan Senayan City misalnya ia harus lebih mewah dari Plaza Senayan yang berada di seberangnya untuk dapat bersaing menarik simpati pengunjung.
***
Perusahaan yang terjun di bisnis properti dibutuhkan komitmen dari pemilik bisnis, kecukupan modal dan SDM yang ahli pada bidang masing-masing.
Komitmen dan permodalan akan beriringan menghantar suatu proyek properti dibangun sampai selesai apa pun kendala yang dihadapi.
SDM yang ahli akan menghasilkan produk properti yang berkualitas dan dapat dinikmati oleh pelanggan. Organisasi bisnis menjadi efisien dan efektif serta meraih laba untuk kesejahteraan karyawan dan pemilik modal.
Rujukan: Kompas.com