Manajer yang baik semestinya mampu menyusun rencana kerja departemen yang dipimpinnya. Biasanya perusahaan hanya memberikan panduan secara umum mengenai tugas dan tanggung jawabnya. Namun, manajer yang menerjemahkan secara detail dalam bentuk rencana kerja.Â
Tanpa rencana kerja akan kehilangan arah dan sulit mencapai kinerja yang baik.
#2. Sistem tidak berjalan
Sistem penting untuk meringankan beban manajer. Dengan sistem manajer tidak perlu pasang telinga dan mata sepanjang jam kerja. Misalnya terlambat absensi dikenakan denda, membuat laporan setiap usai mengerjakan tugas dan sebagainya.Â
Adanya sistem akan melatih karyawan bekerja berdasarkan inisiatif bukan perintah semata.
#3. Kurangnya pengawasan
Manajer jangan percaya seratus persen atas kerja karyawan. Namun, manajer hendaknya memberikan pengawasan kepada supervisor dan karyawan.Â
Pengawasan sebagai bentuk perhatian kepada bawahan. Sebaliknya karyawan merasa nyaman jika diperhatikan oleh atasan.
#4. Tidak melakukan evaluasi
Evaluasi yang dilakukan manajer bisa harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester, dan tahunan, disesuaikan dengan bisnisnya. Evaluasi dapat berupa kuantitatif dan kualitatif.
Evaluasi kuantitatif untuk menghitung kuantitas kinerja secara terukur, misalnya berapa banyak produksi yang dihasilkan atau berapa volume penjualan.Â
Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi berdasarkan kualitas seseorang. Karena tidak terukur manajer bisa membuat evaluasi 360 derajat, dengan menanyakan kepada karyawan pada departemen lain yang menjalin kerja sama.
#5. Tidak ada pengembangan
Karyawan membutuhkan pengembangan diri. Dengan banyaknya karyawan yang ahli akan memudahkan organisasi mencapai tujuan.Â
Pengembangan diri bisa melalui pelatihan baik dari dalam perusahaan atau luar perusahaan. Akan lebih baik manajer juga dapat mentransfer pengetahuan kepada tim secara berkala.