Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perlukah Menerapkan Prinsip Pareto di Perusahaan?

31 Maret 2021   08:15 Diperbarui: 31 Maret 2021   11:31 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di perbankan mengenal apa yang dinamakan nasabah prioritas

Mengapa disebut prioritas karena mereka mempunyai tabungan cukup besar di bank tersebut, sehingga pihak bank memberikan keistimewaan.

Perlakuan yang diberikan dapat berupa pemberian hadiah, pelayanan khusus dan kemudahan lainnya. Hal itu dilakukan untuk memberikan kepuasan pelanggan agar nasabah tidak berpindah ke bank lain.

Dengan memberikan keistimewaan kepada para nasabah prioritas minimal dapat mengamankan dananya di bank itu. Bisa jadi jumlah nasabah prioritas hanya sedikit. Namun, nilai tabungannya cukup besar.

Bank tersebut sebenarnya sedang menjalankan prinsip Pareto, yaitu memberikan perhatian kepada sedikit nasabah. Namun, kontribusinya besar terhadap jumlah tabungan.

Walaupun harus diakui memberikan perlakuan istimewa kepada pelanggan tertentu, mendapatkan kritik dari sebagian pelaku ekonomi. Mereka menduga mengandung unsur diskriminasi pelayanan.

Namun, jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi, praktik ini justru dianjurkan. Karena hanya dengan memberikan perhatian pada sedikit pelanggan, kinerja perusahaan dapat terjaga. 

Siapa yang akan menanggung kalau sampai perusahaan tidak memperoleh keuntungan? Selain perusahaan itu sendiri yang dapat menanggung.

Pengertian Prinsip Pareto

Prinsip Pareto dipopulerkan oleh Joseph M. Juran seorang ahli manajemen bisnis. Ia terinspirasi oleh ekonom berkebangsaan Italia bernama Vilfredo Pareto. 

Pada tahun 1906, Pareto mengamati bahwa 20% populasi orang Italia menyumbangkan 80% pendapatan.

Fenomena prinsip Pareto dapat terjadi dalam seluruh bidang. Angka 20% sebab akan berpengaruh terhadap 80% akibat, atau 80% sebab dapat berpengaruh terhadap 20% akibat. Walaupun angka ini tidak mutlak.

Seperti dalam contoh perbankan di atas berarti 80% nasabah hanya berkontribusi terhadap 20% jumlah tabungan. Hal ini disebabkan rata-rata nasabah memiliki jumlah saldo tidak besar.

Namun jangan sampai nasabah minoritas dikesampingkan, mereka tetap mendapatkan pelayanan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur), hanya tidak mendapatkan pelayanan istimewa.

Implementasi Prinsip Pareto

Di dalam organisasi bisnis prinsip Pareto, dapat diimplementasikan dengan cara mempelajari data-data yang ada dalam perusahaan. Apakah ada indikasi prinsip Pareto, misalnya:

1. Kinerja SDM

Misalnya mengenai SDM di bagian penjualan, dengan melihat kinerja dari tenaga penjualan. Biasanya hanya ada beberapa orang tenaga penjualan yang memberikan sumbangsih cukup besar terhadap penjualan.

Angkanya tidak harus mutlak 20% / 80%. Namun, dapat bergeser misalnya menjadi 30% / 70%. Nah, perusahaan dapat memperhatikan 30% tenaga penjualan karena memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Perusahaan bisa memberikan kenaikan gaji, bonus atau insentif. Agar dapat memacu penjualan lebih cepat lagi dan menumbuhkan semangat kepada tenaga penjualan yang kinerjanya kurang bagus.

Bagian HRD sebaiknya mengevaluasi kinerja karyawan melalui KPI (Key Performance Indicators). Secara umum kinerja karyawan terdapat 3 tingkatan, sekitar 20% merupakan karyawan unggul, 60% karyawan dengan kinerja standar, dan 20% adalah karyawan dengan kinerja rendah.

Kemudian Manajer HRD membuat program rewards & punishment untuk memberikan penghargaan lebih kepada karyawan unggul, meningkatkan kemampuan kepada karyawan standar dan memberikan hukuman kepada karyawan yang berkinerja rendah.

Bisa jadi 20% karyawan unggul ini merupakan karyawan kunci yang selama ini menggerakkan organisasi perusahaan. Mereka tersebar di beberapa departemen yang ada.

2. Produk dan Keuangan

Dari data keuangan akan terlihat jumlah pemasukan dari produk yang terjual. Biasanya akan akan ada produk-produk unggulan yang laris manis. Produk itu hanya beberapa saja tetapi menyumbang omzet penjualan yang besar.

Produk best seller ini perlu mendapatkan perhatian khusus supaya dijaga kualitasnya, syukur-syukur dapat ditingkatkan. 

Bagian keuangan hendaknya memberikan data kepada bagian produksi untuk melakukan inovasi produk agar pelanggan tidak berpindah ke produk pesaing.

Jika perusahaan itu mempunyai unit usaha yang banyak misalnya mempunyai 10 cabang toko. Akan ditemukan ada beberapa toko yang membukukan omzet yang besar.

Terhadap yang demikian pimpinan memberikan pendekatan khusus kepada toko yang berprestasi. Misalnya menjaga manajer toko agar tidak pindah ke perusahaan lain, dengan menambah gaji, bonus atau insentif.

Kemudian pimpinan membuat program kompetisi antar toko, agar masing-masing karyawan toko tergerak untuk meningkatkan kinerjanya.

***

Kecenderungan prinsip Pareto dapat terjadi di dalam perusahaan baik menyangkut orang maupun barang. Perusahaan harus sering melakukan evaluasi berdasarkan data-data yang ada.

Jika menyangkut orang maka buatlah program yang dapat memberikan penghargaan kepada karyawan berprestasi dan hukuman kepada karyawan dengan kinerja buruk.

Tidak adanya program akan membuat karyawan berprestasi menjadi demotivasi, karena merasa telah bekerja lebih, namun hasilnya sama dengan orang yang tidak berprestasi.

Apabila prinsip Pareto menyangkut barang atau produk yang dihasilkan. Maka perusahaan dapat menerapkan strategi mempertahankan mutu barang atau meningkatkannya agar kinerja penjualan dapat terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun