Walaupun mendapatkan rezeki yang banyak, Pak Ganjar tidak pernah bersyukur dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha. Pak Ganjar termasuk orang yang:
a. Beruntung        b. Beriman  c. Rugi         d. Sukses
Demikian salah satu soal yang terdapat dalam buku pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 3 Sekolah Dasar. Nama Ganjar kemudian dihubungkan dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Ganjar yang merasa namanya disebut langsung memberikan tanggapan. Pria kelahiran Karanganyar 52 tahun silam itu memerintahkan stafnya untuk melakukan klarifikasi kepada penulis buku.
Ia belum menduga kalau hal itu dikaitkan dengan politik. Malah menilai itu sebagai kritik terhadap Ganjar agar rajin beribadah dan berkurban saat Idul Adha.
#Klarifikasi Penerbit
Tiga Serangkai yang menerbitkan buku pelajaran tersebut mengaku bahwa nama Ganjar tidak ada kaitannya dengan figur Ganjar Pranowo.
Mas Admuawan selaku General Manager  Tiga Serangkai menjelaskan bahwa buku dimaksud diterbitkan pertama kali tahun 2009. Pada tahun itu Ganjar masih menjadi Anggota DPR-RI dan belum sepopuler seperti sekarang ini sebagai gubernur terpadat ke tiga di Indonesia.
Buku tersebut kemudian terus di cetak sampai tahun 2020 dan tidak ada revisi karena tidak ada perubahan kurikulum secara signifikan.
#Anies dan Mega
Ternyata peristiwa Ganjar juga dialami oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri dalam materi ujian SMP di Jakarta.
Yang membedakan adalah dalam satu soal ada dua nama tokoh, satu sebagai tokoh yang buruk dan satu lagi sebagai tokoh yang baik.
Bunyi soal tersebut adalah
Anies selalu diejek Mega karena memakai sepatu yang sangat kusam, walaupun demikian Anies tidak pernah marah. Perilaku Anies merupakan contoh...
O Pemaaf    O Istiqomah  O Sabar     O Ikhlas
Setelah melakukan penelusuran, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Nahdiana telah menemukan guru yang membuat materi ujian dan telah memberikan teguran.
Sementara guru yang membuat materi ujian itu mengaku redaksi soal memiliki kesamaan dengan nama tokoh, tetapi tidak bermaksud untuk mendukung atau mencemarkan nama baiknya.
***
Menyikapi peristiwa tersebut agar tidak terulang di kemudian hari ada baiknya penulis maupun editor harus berhati-hati menggunakan nama dalam soal atau buku.
Penulis buku pelajaran sekolah harus netral dan mengedepankan toleransi, nasionalisme dan persatuan bangsa.
Jika ingin aman gunakan nama-nama yang lazim digunakan dalam buku selama ini, misalnya nama Budi, Ani dan Badu.
Tokoh yang kebetulan dirugikan dengan penyebutan namanya akan kelihatan kedewasaan berpolitik dalam menanggapi peristiwa tersebut. Bagi yang dapat memanfaatkan sebagai kesempatan meraih simpati sebagai pihak yang teraniaya.
Rujukan:
- Kompas.com
- Detik.com