Sub budaya ke tiga adalah warga net yang dapat mengubah dari dunia maya menjadi dunia nyata 'Citizens' atau masyarakat.
Opini publik yang terbangun bukan hanya ditentukan oleh konsumen dan perusahaan, namun penetrasi warga net di sosial media. Ia dapat memproses secara mendalam & luas (deep & wide) atas produk atau layanan.
Proses komunikasi ini dapat menggerakkan jutaan orang sehingga peran Netizens memainkan peran penting dalam mengelola hati (organizing the heart).
***
Mencermati perubahan sub budaya di era pandemi ini dan menuju sub budaya baru pasca pandemi, maka perusahaan perlu mempertimbangkan dalam membuat strategi promosi.
Promosi yang disampaikan kepada publik bersifat komunikasi dua arah yang berfokus pada Generasi Milenial. Gunakan media iklan yang biasanya digunakan Generasi Milenial.
Begitu pula brand ambasador pilihlah yang dapat mewakili generasi tersebut, walaupun tentunya perlu mempertimbangkan produk atau layanan yang di tawarkan.
Terakhir perlu dipahami bahwa Netizens ikut mengawasi kinerja produk atau layanan, maka perusahaan harus hati-hati dalam melakukan komunikasi, terlebih dalam menangani keberatan konsumen.
Rujukan:
Marketing for Competitiveness, Philip Kotler, Hermawan Kartajaya dan Hooi Den Huan, Bentang Pustaka, Jogjakarta 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H