Tanggal 10 Mei 2020 atau 43 hari setelah menulis pertama, saya baru tahu pentingnya blog walking. Setelah saya mulai berkunjung ke blog teman-teman dan memberi nilai, maka nilai langsung naik dari sebelumnya 2 atau 3 menjadi di atas 20. Jadi di K juga berlaku hukum timbal baik, take and give.
Pemahaman di atas tidak otomatis mengerti hal yang lain, misalnya label artikel pilihan atau label artikel utama. Bahkan admin K pernah menegur dalam percakapan dinakun, karena salah menuliskan sumber gambar, Â dan saya baru membuka 3 bulan kemudian, duh.
Baru sekitar 2 bulan saya baru paham apa itu label pilihan dan artikel utama, dan cara memposting ke media yang lain. Bahkan saya pernah diperingatkan admin K karena artikel berisi promosi. Artikel tetap dimuat namun ada beberapa kalimat yang mengandung unsur promosi dihapus admin.
Sempat tergiur dengan jumlah viewer, saya memberanikan diri menulis bertopik politik. Terbukti lumayan mendapatkan K-Reward, dari biasanya sekitar Rp. 100.000,- melejit hampir Rp. 500.000,- lumayan bisa untuk ngopi, hehe.
Berniat Menyusun Buku
Saya terkejut artikel yang saya kumpulkan telah cukup untuk menyusun buku. Maka saya berencana membuat buku dari artikel yang ada di K. Satu buku berisi konten humaniora dan puisi epigram dan satu lagi kumpulan artikel bisnis. Mudah-mudahan akhir tahun ini satu buku rampung.
Label yang diberikan admin sangat membantu untuk menyeleksi artikel yang akan dibukukan. Artikel utama menjadi prioritas dan label pilihan menjadi pertimbangan, tentunya yang tidak berlabel dikesampingkan.
Setelah 6 bulan lebih berinteraksi di K, beberapa hal yang saya rasakan adalah :
#1. K menjadi rumah yang nyaman untuk berliterasi, baik belajar menulis maupun membaca artikel dari berbagai topik dan sudut pandang. Komentar-komentar yang diberikan membangun, praktis tidak ada satu komentar pun yang menyudutkan tulisan.
#2. Admin atau editor K sepertinya diam tetapi sebenarnya mereka berbicara atas artikel yang kita tulis. Kalau tidak mendapatkan label pilihan berarti Kners diminta untuk mengevaluasi artikel itu. Lalu kita menemukan jawaban sendiri dan berusaha memperbaiki pada artikel berikutnya.
#3. Pengalaman saya dengan menulis memaksa untuk membaca. Karena dikala kita tidak membaca maka tidak akan mendapatkan ide dan materi untuk menulis artikel.
#4. Menulis menjadi jembatan untuk menerbitkan buku. Kalau kita sediakan waktu khusus untuk menulis buku, mungkin malah tidak terwujud. Tetapi dengan menulis artikel secara konsisten maka lama-lama jumlah artikel telah memenuhi syarat untuk penyusunan buku, khususnya jumlah halaman.