Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Author: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bauran Pemasaran 7P untuk Properti, Seperti Apa Sih?

15 Oktober 2020   06:48 Diperbarui: 18 Januari 2021   20:47 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah.| Sumber: Dok. PPDPP Kementerian PUPR via Kompas.com

Konsep bauran pemasaran atau yang dikenal dengan istilah marketing mix banyak digunakan perusahaan di seluruh dunia. Walaupun konsep ini sudah lama dikenal namun masih up to date di era teknologi informasi seperti saat ini.

Istilah marketing mix pertama kali digunakan oleh Neil Borden (1964). Dia terinspirasi ide dari Profesor James Cullington (1948) dari Harvard Business School. Idenya adalah bahwa seorang pelaku bisnis harus berperan sebagai "mixer of ingredients" atau menyesuaikan resep dengan bahan yang ada.

Neil Borden kemudian menyusun 12 aspek bauran pemasaran. Dari 12 aspek tersebut disederhanakan dan dipublikasikan oleh Jerome McCarthy (1968) menjadi 4 aspek, yang selanjutnya dikenal dengan istilah 4P yaitu Product, Price, Place, dan Promotion.

Konsep 4P lebih cocok diterapkan untuk produk barang murni, sedangkan produk jasa menggunakan pendekatan yang berbeda. Maka Booms & Bitner (1981), menambahkan 3 P yaitu Participants, Physical evidence dan Process. Sehingga dikenal sebagai marketing mix 7P.

Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2006) memodifikasi bauran pemasaran 4P sebagai perubahan dari manajemen pemasaran atau disebut holistic marketing yaitu People, Process, Programs (Product, Price, Place, Promotion), dan Performance.

Penerapan Bauran Pemasaran

Penerapan bauran pemasaran dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:

#1. Barang Murni

Penerapan bauran pemasaran 4P untuk produk berupa barang murni misalnya sabun, pasta gigi, obat-obatan, dan sembako. Para pemasar cukup menyediakan produk yang bagus, harga yang sesuai, distribusi yang merata, dan melakukan promosi. Maka barang yang dijual akan diterima pasar dengan baik.

#2. Jasa Murni

Produk jasa murni misalnya konsultan, pengacara, dan notaris, lebih tepat menggunakan konsep bauran jasa 3P. Jasa akan diterima pengguna melalui tempat/kantor yang representatif, karyawan yang ahli, dan proses yang jelas dan singkat.

#3. Campuran Barang dan Jasa

Sedangkan produk campuran antara barang dan jasa menggunakan konsep 7P (4P+3P). Produk campuran antara barang dengan jasa misalnya: mobil, rumah, hotel, rumah sakit, dan salon.

Selain barang yang bagus, harga kompetitif, distribusi merata, dan melakukan promosi, masih diperlukan bangunan gedung yang memadai, karyawan ahli, dan proses yang jelas dan cepat.

Salah satu perumahan di Kota Bogor (Dok Yogi bukit-cimanggu-city.com)
Salah satu perumahan di Kota Bogor (Dok Yogi bukit-cimanggu-city.com)

Contoh Penerapan 7P untuk Properti Khususnya Perumahan

Berikut ini adalah contoh penerapan bauran pemasaran 7P pada proyek perumahan. Selain menjual rumah, ada elemen jasa yang menyertainya, sehingga rumah menjadi produk mix barang dan jasa.

#1. Product

Produk untuk perumahan berarti varian tipe rumah yang bervariasi baik luas tanah dan luas bangunan, satu lantai atau dua lantai. Juga ketersediaan kebutuhan penghuni meliputi ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur, dan garasi. 

Kualitas bangunan harus unggul dalam hal ini spesifikasi bangunan, kusen, keramik, atap, dan sebagainya. Mengenai desain rumah gunakan yang diminati pembeli baik tampak depan maupun denah ruangan.

#2. Price

Harga harus sesuai dengan kualitas rumah yang dijual. Pembayaran yang fleksibel dengan cara angsuran atau KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Pengembang sebaiknya bekerja sama dengan beberapa bank, minimal 3 bank supaya konsumen tersedia banyak pilihan. Berikan potongan harga dan hadiah yang menarik untuk konsumen.

#3. Place/Distribution

Lokasi perumahan yang strategis sebisa mungkin dilalui oleh angkutan umum. Fasilitas di dalam perumahan yang memadai misalnya PLN, PAM (Perusahaan Air Minum), sekolah, tempat ibadah, sarana bermain, sarana olahraga, tempat perbelanjaan, taman, jalan lingkungan, saluran air, dan sebagainya. 

Kemudian fasilitas pendukung di sekitar perumahan misalnya rumah sakit, terminal, pasar, hotel, universitas, dan lain-lain. Serta layanan purna jual dan keamanan yang memadai.

Baca juga: Ini 5 Langkah Studi Kelayakan Proyek Perumahan

#4. Promotion

Promosi menggunakan iklan baik media cetak (majalah, koran, news letter), media elektronik (televisi, radio, e-mail), atau secara online (internet, website, blog), maupun melalui media sosial (Instagram, Twitter, Facebook). 

Media luar ruang misalnya billboard, umbul-umbul, spanduk, dan signage. Mengadakan event launching, lomba, bazar, undian berhadiah dan sebagainya. Membuat pameran rumah dengan melibatkan SPG (Sales Promotion Girls). Dan program-program promosi yang menarik untuk konsumen.

#5. Participant/People

Perusahaan harus mempunyai SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki kemampuan dan kepribadian yang baik. Karyawan garis depan (frontliner) misalnya Sales Executive, Customer Service, dan Security benar-benar telah mendapatkan pelatihan mengenai pengetahuan produk dan cara melayani konsumen. 

Pelayanan yang prima mulai konsumen datang ke kantor pemasaran sampai serah terima bangunan, sedapat mungkin konsumen puas atas pelayanan yang diberikan.

#6. Physical evidence

Physical evidence atau bukti fisik, dapat berarti kantor pemasaran yang representatif. Banyak pengembang membangun marketing gallery yang megah seperti lobi hotel yang dilengkapi dengan cafe. 

Konsumen dilayani dengan baik oleh tenaga penjualan dan diberikan hidangan minum dan snack. Kemudian yang tidak kalah penting adalah adanya rumah contoh (show unit) untuk meyakinkan konsumen, selain itu konsumen akan mendapatkan gambaran rumah yang akan dibeli.

#7. Process

Proses adalah urutan pelaksanaan yang saling terkait yang mengubah masukan menjadi keluaran. Dengan kata lain konsumen harus mendapatkan informasi yang jelas dari tenaga penjualan mengenai urutan pembelian, proses kredit, serah terima bangunan dan hak untuk melakukan complain. Pembayaran sudah termasuk apa saja, juga status sertifikat apakah HGB (Hak Guna Bangunan) atau SHM (Sertifikat hak Milik).

Demikian contoh penerapan bauran pemasaran 7P pada proyek perumahan. Apabila konsep 7P benar-benar diterapkan maka pengembang tidak akan kesulitan dalam memasarkan rumah. Dan keuntungan akan mudah diraih.

Sedangkan bagi konsumen akan mendapatkan rumah dengan segala fasilitas pendukungnya. Konsumen merasa puas dan dapat menikmati kebahagiaan bersama keluarga. Hubungan antara pengembang dan penghuni menjadi harmonis.

Rujukan: wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun