Adalah Joko Widodo yang membuat jejak baru seorang presiden di negeri Bhineka Tunggal Ika ini, meraih jabatan presiden dari kursi gubernur. Dan gubernur dari sebuah provinsi bergengsi yang sekaligus sebagai ibu kota negara, DKI Jakarta.
Semenjak itu diyakini siapa pun gubernur DKI Jakarta yang dahulu bernama Batavia itu menjadi jabatan yang strategis sebagai batu pijakan ke kursi RI-1. Â Maka tidak dapat dihindari pilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 silam, menjadi perebutan yang sangat sengit.
Saat itu ada tiga pasangan yang memperebutkan kursi DKI-1, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Isu SARA sempat dilemparkan sebagai senjata yang cukup efektif untuk menjatuhkan lawan.
Duet Anis-Sandi memenangkan pertarungan setelah melalui pemilihan sebanyak dua tahap. Dan kini Anies Baswedan berpeluang besar bertarung dalam Pilpres (Pemilihan Presiden) tahun 2024.
Survei Elektabilitas
Hasil survei elektabilitas dari Akurat Poll menempatkan Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra pada posisi wahid dengan 12.7%. Disusul Anies Baswedan 5.2%, Sandiaga Uno di peringkat ketiga dengan 3.9% dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di angka 3%. Survei dilakukan tanggal 15-24 Juli 2020 dengan jumlah responden 1.210 orang. (CNN Indonesia, 5 Agustus 2020).
Sedangkan lima lembaga survei lainnya masing-masing Indo Barometer, Cyrus Network, New Indonesia Research & Consulting, Charta Politica dan Indikator Politik. Secara kompak merilis hasil yang serupa yaitu menempatkan Prabowo, Anies, Ganjar, Sandiaga, Ridwan Kamil & AHY sebagai enam kandidat terkuat Pilpres 2024.
Prabowo-Puan
Mencermati kedekatan antara ketua umum partai moncong putih PDIP Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto pasca Pilpres 2019, menjadi sinyal kuat akan adanya koalisi dua partai besar PDIP dan Gerindra.
Adalah pertemuan di Jl. Teuku Umar Jakarta antara tuan rumah Megawati dengan Prabowo pada tahun 2019 lalu, telah mencairkan kebuntuan sejak pertarungan sengit pada gelaran Pilpres 2019. Seperti diketahui jagoan Megawati yaitu Joko Widodo-Ma'ruf Amin menaklukkan pasangan Prabowo-Sandi.
Berkat campur tangan Megawati akhirnya Prabowo masuk jajaran kabinet sebagai Menteri Pertahanan dan belakangan diberikan tambahan tugas sebagai bos lumbung pangan nasional.
Bisa jadi strategi cantik Megawati untuk mendekatkan Prabowo dengan PDIP dan sekaligus meredam pendukung Prabowo yang beraliran keras. Sebagai menteri tentu Prabowo akan banyak di liput media, dengan harapan elektabilitas tetap terjaga sampai empat tahun ke depan.
Dari sisi Prabowo menerima pinangan putri proklamator Soekarno itu, ibarat gayung bersambut karena PDIP merupakan partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut tahun 2015 dan 2019. Apabila berkolaborasi dengan partai Gerindra sebagai pemenang ke dua bakal mempunyai kekuatan yang luar biasa.
Mempertimbangkan hal tersebut kerja sama politik antara Mega dan Prabowo menjadi kerja sama saling menguntungkan. Setelah kubu Prabowo sempat kecewa dengan perjanjian Batu Tulis karena PDIP urung mengusung Prabowo jadi Capres tahun 2014, yang menjadi butir inti perjanjian.
Megawati secara tidak langsung kecewa pada Joko Widodo yang sudah sukses menghantarkannya meraih kursi DKI-1 dan RI-1. Hal itu disampaikan pada saat pidato pembukaan kongres V PDI Perjuangan (PDIP) di Grand Inna Bali Beach Hotel, Agustus 2019 yang lalu.
Megawati secara terang-terangan meminta jatah kursi dari PDIP paling besar dalam kabinet, mengingat sebagai partai pemenang pemilu. Mega tidak mau pengalaman tahun 2015 terulang, karena hanya 5 kader PDIP yang masuk jajaran menteri untuk masa bakti lima tahun itu.
Namun kenyataannya Jokowi hanya menempatkan empat kader PDIP pada jajaran menteri tahun 2019-2024 itu, disusul NasDem, Golkar dan PKB masing-masing tiga menteri. Realitas itu yang menyebabkan Megawati trauma menempatkan orang di luar keluarga yang tidak mudah dikendalikan.
Pengalaman buruk itu membuat jera untuk mengusung orang luar. Dengan alasan itulah semakin menguatkan niatnya untuk menghantarkan putri mahkota, Puan Maharani sebagai kandidat wakil presiden.
Wanita bernama lengkap Dr. (H.C.) Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.I.Kom. ini dinilai telah memiliki segudang pengalaman. Mulai dari Ketua DPP (Dewan Pimpinan Pusat) PDIP, Ketua Fraksi PDIP di DPR-RI, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan Ketua DPR-RI.
Momentum 2024 dinilai tepat untuk mengorbitkan Puan sekaligus sebagai penerus trah Soekarno. Walaupun harus mengorbankan kader lain yang mempunyai elektabilitas tinggi yaitu Ganjar Pranowo.
Pilkada di Solo
Semula DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PDIP telah memutuskan Achmad Purnomo-Teguh Prakosa sebagai pasangan calon wali kota dan wakil dalam gelaran Pilkada Solo pada Desember 2020. Achmad Purnomo (71) pria lulusan S3 Farmasi UGM ini adalah kader partai dan wali kota Solo selama dua periode dan Teguh Prakosa (61) adalah Ketua DPRD Solo periode 2014-2019.
Gegara hasil survei elektabilitas Pilkada Solo 2020, yang dilakukan UNISRI (Universitas Slamet Riyadi) Surakarta yang menempatkan putra sulung presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (32) berada pada posisi kedua setelah Achmad Purnomo.
Hasil survei itu membuat Gibran berkeinginan untuk meramaikan pesta demokrasi lima tahunan di kota Solo tersebut. Walaupun Jokowi sempat memberikan pernyataan bahwa anak-anaknya tidak berminat untuk terjun ke dunia politik.
Gibran, pria jebolan University of Technology Sydney (UTS Insearch), dikenal sebagai pengusaha martabak Markobar dan ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.
Walaupun tahu DPC PDIP Solo sudah ketok palu, namun Gibran tidak patah arang, dia lantas menemui ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk meminta rekomendasi. Dan benar melalui DPD (Dewan Pimpinan Daerah) PDIP Jawa Tengah keluarlah keputusan yang menetapkan Gibran-Teguh Prakosa sebagai calon wali kota dan wakil.
Keputusan itu muncul setelah Achmad Purnomo mengundurkan diri dari pencalonan wali kota. Tentunya untuk memuluskan Gibran menjadi kandidat wali kota. Purnomo memberikan alasan keputusan PDIP tersebut, karena Gibran adalah anak presiden dan usia masih muda, sedang dirinya sudah tua.
Pilkada Medan
Setali tiga uang, peristiwa di Solo juga terulang di Kota Medan. Adalah survei elektabilitas wali kota Medan dalam Pilkada 2020 yang menempatkan menantu presiden Joko Widodo, Bobby Nasution (29) sebagai salah satu kandidat kuat.
Yang membedakan pria alumnus S2 IPB (Institut Pertanian Bogor) ini sudah mempersiapkan diri sebagai calon pemimpin daerah, walaupun relatif singkat. Dia berguru dan sekaligus melakukan study banding kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Dia juga aktif berkomunikasi dengan pengurus partai PDIP.
Bobby dikenal sebagai seorang praktisi bisnis yaitu Direktur Marketing Takke Group sejak 2016 dan memiliki saham di perusahaan properti tersebut. Pengalaman organisasi sebagai Wakil Ketua BPP HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) untuk Periode 2019-2022.
Suami dari Kahiyang Ayu yang merupakan putri dari Joko Widodo itu aktif melakukan lobi kepada partai Golkar dan Gerindra. Akhirnya Bobby-Aulia Rahman, resmi diusung partai keroyokan PDIP, Golkar, NasDem, PAN, Hanura, PPP dan PSI dalam kontestasi Pilwalkot Medan 2020.
Hal ini membuat kecewa Akhyar Nasution (54) yang adalah kader partai PDIP yang saat itu sebagai Pjs Walikota Medan. Pria kelahiran Medan itu memutuskan keluar dari PDIP dan bergabung dengan Partai Demokrat.
Kemudian Akhyar Nasution menggandeng Salman Alfarisi maju sebagai calon Pilwalkot Medan yang di usung partai Demokrat dan PKS. Salman adalah kader dari PKS menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Medan
Kesimpulan
Terpilihnya Gibran yang belum mempunyai pengalaman politik yang cukup sebagai calon wali kota Solo. Menguatkan dugaan akan adanya kekuatan sebagai anak seorang presiden yang masih berkuasa.
Achmad Purnomo yang sudah memiliki pengalaman cukup baik dalam partai maupun pemerintahan harus merelakan tiketnya direbut Gibran.
Demikian juga Bobby Nasution dengan pengaruh sang mertua dapat menyingkirkan seniornya di PDIP yang notabene Pjs. Wali Kota Medan, Akhyar Nasution. Sehingga Akhyar harus berganti kendaraan partai karena kecewa dengan keputusan pengurus PDIP.
Melihat pola penentuan calon kepala daerah baik di kota Solo dan Medan, akan dipakai pada waktu pemilihan calon presiden atau wakil dalam kontestasi Pilpres 2024. Ada kemungkinan Ganjar Pranowo sekalipun memiliki elektabilitas tinggi dapat digeser oleh calon lain.
Putri Mahkota Puan Maharani rupa-rupanya telah dipersiapkan Megawati sebagai calon wakil presiden sekaligus untuk melanggengkan dinasti politik. Melihat kedekatan Megawati dan Prabowo kemungkinan besar PDIP dan Gerindra akan mengusung pasangan Prabowo-Puan sebagai calon presiden dan wakil dalam kontestasi Pilpres 2024.
Rujukan :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H