Dengan adanya keputusan yang ditanda tangani Megawati itu, menganulir keputusan dari DPC Kota Solo. Achmad Purnomo (71) wali kota dua periode dan aktivis partai itu telah di singkirkan oleh Gibran yang belum berpengalaman di birokrasi dan juga belum berkeringat di partai moncong putih.
Korban Bobby
Setali tiga uang dengan sepak terjang kakak ipar, Bobby Nasution juga menyingkirkan para senior partai. Bobby kebelet terjun di dunia politik dengan kendaraan sama yaitu partai besutan Megawati Soekarnoputeri.
DPP-PDIP menetapkan pasangan Bobby Nasution dan Aulia Rahman dari partai Gerindra sebagai calon Pilwalkot Kota Medan tahun 2020. Sekjen DPP PDIP Harsto Kristiyanto memberikan alasan keputusan itu berdasarkan pengamatan selama ini Bobby begitu proaktif datang ke kantor dan menjadi bagian dari partai.
Bobby secara diam-diam juga melakukan study banding ke Bupati Banyuwangi Abudullah Azwar Anas. (New Detik.com, 11 Agustus 2020). Apakah dua pertimbangan itu sudah cukup sebagai dasar keputusan?
Dampak keputusan tersebut membuat kecewa Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan Akhyar Nasution (54) yang adalah kader partai banteng gemuk itu. Pria alumnus Universitas Sumatera Utara (USU) Medan itu lantas berganti kendaraan politik ke partai Demokrat.
Kekecewaan juga di alami para loyalis Akhyar, tercatat empat ketua PAC (Pengurus Anak Cabang) Kota Medan menolak Bobby-Aulia. Dan berbuntut pemecatan yang dilakukan oleh Ketua DPC Kota Medan, Hasyim. (New Detik.com, 1 September 2020).
Belakangan partai Demokrat mengusung Akhyar Nasution berpasangan dengan kader PKS Salman Alfarisi untuk berhadapan dengan Bobby-Aulia.
Yah, begitulah politik sangat dinamis dan keputusan pencalonan menjadi hak prerogatif sang Ketua Umum partai, walaupun pasti setelah menerima masukan dari para pengurus atau tim seleksi.
Bobby telah menang di awal dengan menyingkirkan Akhyar Nasution. Akhyar seorang insinyur sipil dikenal sebagai aktivis partai PDIP, mantan anggota DPRD, mantan walikota dan saat ini menjabat Plt Walikota Medan.