Para pendukung Whisnu Sakti Buana (45) kecewa mendengar keputusan Calon Walikota Surabaya yang dibacakan Ketua Bidang Politik DPP -- PDIP Puan Maharani, 2 September 2020. Mereka mengamuk lantaran jagoan mereka tidak mendapatkan rekomendasi.
Whisnu Sakti Buana adalah kader partai PDIP dan wakil walikota Surabaya selama dua periode mendampingi Tri Rismaharini. Sementara rekomendasi dijatuhkan kepada Eri Cahyadi dan Armudji.
Eri Cahyadi (43) adalah seorang PNS dengan jabatan terakhir Kepala Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota), sedangkan Armudji merupakan kader internal partai dan pernah menjabat Ketua DPRD Surabaya.
Kenapa Bukan Whisnu?
Hubungan Whisnu dengan Risma terjadi pasang surut, pada tahun 2011 sempat terjadi pemakzulan Risma selaku walikota yang dilakukan oleh DPRD Surabaya, sedangkan Whisnu menjabat sebagai wakil ketua.
Alasan pemakzulan sebagai bentuk ketidak puasan keputusan Risma yang menaikkan tarif reklame sebesar 25%. Namun upaya itu dapat di gagalkan Risma.
Hubungan kembali memanas ketika wakil walikota Bambang DH mengundurkan diri, sebagai konsekuensi maju dalam Pilgub 2013. PDIP lantas menunjuk Whisnu Sakti Buana menggantikannya.
Sebagai wujud protes, Risma tidak menghadiri pelantikan Whisnu sebagai wakil wali kota, bahkan wanita pertama sebagai wali kota Surabaya itu, beberapa hari tidak hadir ke kantor.
Hubungan diketahui membaik ketika Risma-Whisnu diusung oleh PDIP dalam Pilkada Surabaya tahun 2015. Kedua tokoh ini dikenal sama-sama dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati.
Risma dekat karena sebagai kader partai dapat menjalankan amanatnya dengan baik selama dua periode. Sedang Whisnu dekat karena anak dari politikus kawakan PDIP Soetjipto Soedjono.
Partai Memilih Eri-Armudji
Dalam beberapa kesempatan kunjungan kerja Eri selaku kepala perencanaan dan pembangunan kota, sering terlihat mendampingi Risma. Hal ini menunjukkan kedekatan keduanya dan dapat bekerja sama.
Walaupun ketika ditanya siapa pengganti dirinya, Risma selalu enggan menjawab dan memilih tutup mulut.