Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Fadli dan Fahri, Terima Saja Penghargaan Itu

13 Agustus 2020   08:22 Diperbarui: 13 Agustus 2020   11:29 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Fahri Hamzah dan Fadli Zon sumber Tribunnews.com

Rencana penganugerahan Bintang Mahaputera Nararya kepada dua tokoh kontroversial Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang disampaikan  Menko Polhukam melalui Twitter telah menjadi polemik pro dan kontra.

Dua bintang panggung Senayan tahun 2014-2019 ini dikenal kritis kepada pemerintahan Joko Widodo baik melalui media sosial maupun ucapan-ucapan di media elektronik. Beragam tanggapan yang disampaikan warga net yang rata-rata mereka mempertanyakan penghargaan tersebut.

Apabila melihat Pasal 25 Undang-Undang No. 20 / 2009, kriteria untuk memperoleh tanda kehormatan adalah :

1. Warga Negara Indonesia yang berjuang di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

2. Memiliki integritas moral dan keteladanan

3. Berjasa terhadap bangsa dan negara

4. Berkelakuan baik

5. Setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara

6. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Syarat diatas merupakan kriteria yang bersifat relatif dan subjektif khususnya nomor 1 sd 5, dan hanya nomor 6 yang mensyarakan secara jelas dan terverifikasi. Namun menurut Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono penghargaan tersebut telah melalui proses seleksi, verifikasi dan penilaian oleh tim pemberian tanda jasa.

Kesamaan Fadli-Fahri

Sebenarnya Fadli dan Fahri mempunyai banyak kemiripan, nama depan keduanya diawali dengan huruf F. Mereka juga sama-sama alumnus UI (Universitas Indonesia), tahun kelahiran juga persis 1971 (49 tahun) dan jabatan di legislatif sejajar yaitu sebagai Wakil Ketua DPR-RI periode 2014-2019. Dan sebelum terjun ke dunia politik keduanya adalah aktivis mahasiswa ketika masih kuliah di Kampus Perjuangan UI.

Bersama Prabowo Subianto, Fadli yang bergelar Datuak Bijo Dirajo Nan Kuniang mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tahun 2015. Fadli selalu pasang badan atas sepak terjang Prabowo, sembari menabur kritik atas kinerja pemerintahan Joko Widodo.

Sedangkan Fahri yang dilahirkan di Nusa Tenggara barat, ikut mendirikan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan menjabat sebagai ketua periode 1998-1999. Tahun 2004 terpilih sebagai anggota DPR-RI dari daerah pemilihan NTB.

Karakter Jokowi

Terlepas dari setuju dan tidak pemberian penghargaan Bintang Mahaputera Nararya kepada dua jagoan yang berseberangan dengan pemerintah, merupakan fenomena yang menarik. Apabila melihat karakter Jokowi, sejak menjadi Wali Kota Surakarta dikenal sebagai pribadi yang suka merangkul siapa saja tanpa melihat latar belakangnya.

Adalah 130 PKL (Pedagang Kaki Lima) yang di relokasi ke Pasar Notoharjo Semanggi melalui pendekatan manusiawi dan membebaskan retribusi di tempat yang baru selama enam bulan. Disini dapat dilihat tipe kepribadian 'Plegmatis' Jokowi yang suka damai dan mencari keharmonisan.

Juga pada masa menjabat Gubernur DKI-Jakarta setiap pagi menerima tamu dari masyarakat yang menyampaikan berbagai keluhan, dan ditanggapi secara langsung. Mencerminkan sifat keterbukaan atas kritik dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat.

Jokowi juga dikenal pribadi yang menghindari konflik, misalnya menunjuk Ali Moctar Ngabalin sebagai Tenaga Ahli Utama Bidang Komunikasi Politik Presiden, padahal sebelumnya dikenal sebagai politikus yang gemar menyerang pemerintah.

Pada masa jabatan kedua Jokowi sebagai presiden, merangkul kembali musuh bebuyutan Prabowo Subianto untuk bergabung di pemerintahan sebagai Menteri Pertahanan dan belakangan mempercayakan sebagai bos Lumbung Pangan Nasional. Walaupun tentunya tanpa mengabaikan peran Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Namun Jokowi juga termasuk tipe kepribadian 'Koleris' yang cerdas, analitis, logis dan praktis terbukti sebagai presiden dengan penuh percaya diri berani mencanangkan pembangunan infrastuktur yang selama ini mandek, mulai dari pembangunan jalan, jembatan, waduk, pelabuhan dan sebagainya.

Jadi tidak heran kalau dia memberikan penghargaan kepada Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang selama ini mengkritisi pemerintahan yang dipimpinnya. Sekaligus membuktikan bahwa Jokowi adalah pribadi yang cinta damai, menjunjung keharmonisan, menjaga hubungan dan menghindari konflik. Jadi menurut hemat saya terima saja penghargaan itu Bang Fadli dan Fahri.

Rujukan :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun