Saya punya pengalaman unik mengenai utang, pada waktu itu ada usaha kecil-kecilan sama teman dan saya terlibat utang untuk modal usaha. Beberapa berselang istri dari teman saya menagih utang tersebut, karena ada kesulitan keuangan maka saya cicil dan akhirnya sudah lunas.
Istri teman saya tersebut berpesan jangan kasih tahu suaminya, saya berkesimpulan mungkin uang itu punya istrinya maka dia berkata seperti itu. Beberapa bulan kemudian suaminya menagih utang saya yang sudah lunas tersebut, karena saya menghargai pesan istrinya, maka saya katakan nanti kalau sudah ada dana akan saya kembalikan.
Saya berpikir tidak apa-apalah saya harus bayar dua kali kalau memang dananya ada. Begitu dananya tersedia saya bermaksud mengembalikan utang tersebut, tetapi telah kehilangan kontak dan saya tidak berhasil menemuinya, ya mungkin belum rezekinya.
Dalam kehidupan kita ada kalanya dihadapkan untuk terpaksa berutang, sebenarnya sah-sah saja selama kita punya komitmen untuk melunasinya. Baik dalam segi jumlah dan ketepatan waktu dalam hal membayarnya.
Saya sendiri menggunakan satu kartu kredit untuk memudahkan transaksi dan biasanya saya bayarkan pada bulan berikutnya, kecuali pembelian yang nilainya besar biasanya saya angsur sebanyak tiga bulan.
Sesuai dengan pengalaman dalam berumah tangga beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dalam berutang :
1. Sedapat mungkin utang yang kita lakukan jangan melebihi dari sepertiga penghasilan yang diterima setiap bulannya. Hal ini penting agar tidak terlalu memberatkan dalam melunasinya.
2. Apabila mengajukan pinjaman dengan pihak bank sedapat mungkin bukan agunan konsumtif seperti kendaraan atau barang elektronika karena nilainya akan turun. Tetapi kalau agunannya adalah barang produktif seperti tanah atau properti maka begitu cicilan lunas maka harga agunan akan naik.
3. Prioritaskan untuk melunasi pinjaman pada waktu menerima penghasilan, baru sisanya dipergunakan untuk keperluan lain. Agar kita tidak tergoda untuk menggunakan uang dan menjaga nama baik dengan bank pemberi kredit.
4. Apabila ada teman atau saudara yang ingin meminjam uang, sebaiknya kita tolak secara halus dan berikan pinjaman yang tidak begitu besar. Sehingga apabila tidak sanggup membayar maka kita ikhlaskan saja. Karena tidak sedikit terjadi persahabatan terganggu gara-gara pinjam-meminjam.
5. Menyisihkan uang menjadi sesuatu yang perlu karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kalau kita mempunyai persediaan dana yang cukup maka akan menghindarkan kita untuk berutang.
6. Apabila menggunakan kartu kredit pakailah hanya satu kredit saja supaya kita tidak tergoda untuk menggunakannya dan memudahkan dalam mengontrol pinjaman dan melunasinya.
Kiranya kita menjadi orang yang bijak dalam mengelola keuangan khususnya utang, bagi yang sudah berumah tangga dibutuhkan keterbukaan antara suami-istri supaya dapat saling mengingatkan dan menghindari salah paham. Dan kepada generasi milenial yang cenderung konsumtif sedapat mungkin menghindari pinjaman khususnya barang-barang yang tidak penting hanya untuk penampilan dan gengsi.
Untuk menjaga pertemanan dan persaudaraan dibutuhkan saling pengertian baik antara yang berutang maupun yang berpiutang, agar jangan sampai hanya masalah utang pertemanan atau persaudaraan menjadi renggang. Berutang juga dapat menjadi kebiasaan yang tidak baik bagi mereka yang meremehkan utang dengan mengabaikan harga diri.
Apalagi dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti ini, apabila mempunyai utang agar segera diselesaikan supaya tidak menjadi beban. Hiduplah dengan bersahaja, mencukupkan apa yang ada dan selalu bersyukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H