Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Siap-siap Oktober 2020, Indonesia Resesi

6 Agustus 2020   07:58 Diperbarui: 6 Agustus 2020   13:46 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bursa Anjlok oleh Kompas.com

Mencermati wabah pandemi Covid-19 yang mulai menjalar di Indonesia mulai Maret 2020 dan telah memusingkan dua ratus enam puluh juta penduduk. Semula kita berharap kajian-kajian dari perguruan tinggi ternama UGM dan ITB yang memprediksi Covid-19 akan berakhir bulan Juni atau Juli, menjadi kenyataan.

Ternyata hingga memasuki awal Agustus ini yang merupakan bulan sakral bangsa dalam memperingati kemerdekaan, Covid-19 masih menjadi monster yang mengerikan jauh lebih ganas dari penjajahan. Curva terus naik, sempat melandai sebentar untuk menumbuhkan sedikit harapan, tetapi setelah itu terus mengalami pasang.

Hingga sampai (05/08) tercatat 116.871 positif, sembuh 73.889 dan merenggut nyawa 5.452, sampai-sampai seorang Yurianto kelelahan sebagai jubir Covid-19 dan digantikan dokter cantik Reisa. Sungguhpun demikian tidak sedikit masyarakat yang lelah mengikuti konferensi pers, kalau tidak mau dikatakan frustasi karena statistik tak beranjak turun.

Sedikit angin segar beberapa negara maju yang menerapkan lockdown namun tidak berhasil menurunkan korban Covid-19, dibayar mahal dengan ekonomi yang Senen-Kemis. Minimal Indonesia punya teman yang gagal juga dalam menangani virus mematikan tersebut, lho.

Di kuartal 1 Indonesia masih membusungkan dada dengan pertumbuhan ekonomi 2.97%, sedangkan negara lain mengalami pertumbuhan negatif, Italia minus 4.7%, Perancis minus 5.8%, Jerman minus 2.2%, Jepang minus 0.9%, Singapura minus 3.3%, Korsel minus 1.3% (Kumparan,24 Juli 2020).

Namun kwartal II dengan segala upaya pemerintah, tidak sanggup mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif. Kemarin (05/08) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan negatif 5.32%, serem.

Pertumbuhan ekonomi Kota Singa Singapore minus 41.2%, Negeri Paman Sam AS minus 32,9%, Negeri Hitler Jerman minus 10,1%, Negeri Ginseng Korsel minus 3.3% dan negara-negara tersebut telah mengumumkan mengalami resesi (CNBC, 31 Juli 2020).

Indonesia Memasuki Resesi Ekonomi

Resesi atau kemerosotan adalah suatu kondisi ekonomi suatu negara ketika pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan minus selama dua kali kuartal berturut-turut atau lebih dalam rentang satu tahun. Melihat kondisi saat ini kemungkinan pada kuartal III, Negeri Zamrud Khatulistiwa ini masih mengalami pertumbuhan minus, walaupun kita berharap sebaliknya.

Dan pada awal bulan Oktober nanti siap-siap Presiden Jokowi atau kalau kurang percaya diri akan di wakili sang srikandi menteri keuangan Sri Mulyani, mengumumkan kalau bangsa ini memasuki resesi, atau menolak disebut resesi?, wallahualam.

Sebagai bangsa besar masyarakat harus menghadapi dengan optimisme dengan menunjukkan keberanian keluar rumah untuk bekerja, dengan memperhatikan protokol kesehatan. Lupakan lockdown karena tidak cukup efektif untuk mematikan virus.

Indonesia juga sudah berusaha untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) namun jumlah korban terus naik dan ekonomi menjadi lumpuh. Siapapun pengambil kebijakan di negeri ini akan dihadapakan pada buah simalakama.

Kita harus melawan Corona layaknya kita berjuang menghadapi penjajah yang telah menewaskan ribuan bahkan jutaan rakyat. Semangat kemerdekaan bulan Agustus kiranya dapat membakar keberanian setiap insan untuk berbuat yang terbaik bagi negeri ini.

Peran Masyarakat Besar

Berikut diharapkan peran serta masyarakat memasuki tatanan New Normal, ekonomi tetap berjalan dan kesehatan harus dijaga :

#1 Merubah mindset melawan Corona dengan bekerja kembali, tetapi tetap memperhatikan protokol kesehatan : menghindari berkerumun, pembatasan jarak, memakai masker dan selalu mencuci tangan.

#2 Untuk menggerakkan roda perekonomian tidak ada pilihan lain kecuali kembali bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bagi yang terkena PHK harus mencari pekerjaan lain atau beralih merintis usaha baru, jangan menunggu sampai Covid-19 berakhir.

#3 Hindari produk luar negeri dan belilah produk-produk lokal, lupakan barang-barang bermerek global.

#4 Mulailah hidup bersahaja, karena kita tidak mengetahui kapan wabah ini akan berakhir, sedapat mungkin atur pengeluaran yang di butuhkan bukan yang di inginkan.

#5 Menjaga kesehatan dengan asupan gizi yang cukup, ber-olahraga, istirahat cukup dan bantu dengan konsumsi vitamin untuk ketahanan tubuh.

Sebaik apapun program pemerintah dalam menangani Covid-19 tanpa peran serta masyarakat, mustahil akan berhasil. 

Para aktivis hendaknya memasuki gencatan senjata sementara waktu, menciptakan iklim sejuk dan memberikan kesempatan para pemimpin negeri ini dari pusat sampai ke daerah berkonsentrasi melenyapkan Corona dari bumi pertiwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun