Cahaya dalam Gulita
***
Individu layaknya garam, menjadi berguna ketika berjumpa santapan
Tetapi menjadi sia-sia manakala jatuh di samudra luas
Ketika menjadi hambar, dengan cara apa di asinkan?
Selain di hempas di tempat yang tak pantas
Demikian halnya pribadi yang bernilai sanggup membuat orang takjub
Ia menjadi perbincangan karena anggun budi pekertinya
Kehadirannya selalu dinanti, bibirnya menyegarkan dahaga
Sikapnya nan elok dan ujarannya santun melekat di sanubari
Tidak sedikit pribadi memuja, karena pikirannya dewasa
Sebaliknya pribadi yang tak bernilai dan enggan di ubahkan
Telah menutup pikiran dan hati dari ajaran
Pada waktunya akan dibuang dalam kelam
Kehidupan juga layaknya menjadi terang di tengah gulita
Ia bersinar bagi sekitar, dibutuhkan dikala siang berganti
Tetapi cahaya tak tampak, tatkala bersembunyi di dalam kolong
Hanya berteman sepi dan hidup percuma
Hendaklah kebaikan jangan kau sembunyikan
Bukankah pohon dikenal dari buahnya?
Engkau berfaedah manakala menjadi berkah
Dan tak akan mudah insan melupakan budi yang melimpah
***
Sisi Ibu Kota, 11 Juli 2020
KB