Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Meludah di Langit Biru

14 Juni 2020   13:34 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:46 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meludah di Langit Biru

***

Dulu aku senang berdiri di atas gunung tinggi

Dan sering kali meludah di langit biru

Amarah siap meledak, bagai petasan dengan sumbu pendek

***

Aku tak paham arti hidup, hanya mengejar perkara kasat mata

Bukankah itu yang nyata, makan-minum, bermain dan tidur?

Selama senang itu yang kulakukan, walau kadang mengecewakan orang

***

Aku tak bisa diam ketika harga diriku diinjak

Akan protes ketika hakku dirampas orang

Melawan pada ke tidak adilan dan perbedaan

***

Seolah-olah yang kulakukan benar, atas nama kebebasan

Kadang kala tampil jadi pahlawan, membela teman 

Hati ini lega kalau sudah memaki orang yang melakukan kesalahan

***

Aku merasa bertanggung jawab atas hidup sesuai pengertianku

Kebebasan yang orang lain tidak bisa campuri

Jumawa dan congkak seolah tak punya kesalahan yang tersentuh

***

Akhirnya aku bertemu kebenaran, hatiku hancur, pada apa yang kuperbuat

Enggan bercermin karena kelakuanku yang berdebu

Apa yang kulakukan  telah menyakiti banyak orang

***

Sadar kalau aku bukan milikku, tetapi milik Sang Khaliq yang berkuasa atas jagat raya ini

Selama ini aku telah menyalah-gunakan kebebasan untuk memuaskan kehendakku

Kebebasan sejatinya untuk melakukan kebaikan bagi sesama

***

Sungguh kebenaran telah mengubah pikiran dan cara pandang tentang kehidupan

Ingin sekali aku membuang kemunafikan yang telah menjerat aku selama ini

Walau harus jatuh bangun dan berjuang  tanpa henti

***

Aku tahu mana yang baik, tapi terkadang aku melakukan yang jahat

Sungguh aku pribadi yang lemah, tanpa-Mu aku tak bisa melakukan kebaikan

Aku berdoa pimpin-ah langkah ini, supaya berjalan sesuai kehendak-Mu

***

Ketika aku sabar ada damai, ada kekuatan baru manakala bersyukur

Aku bersuka cita dan menuai kebahagiaan yang tak ternilai

Kiranya kebenaran itu ada padaku dan mengubah hidupku

***

Depok, 14/06/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun