Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Allah yang Tidak Kelihatan

14 Mei 2020   09:37 Diperbarui: 15 Januari 2021   16:06 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup seorang diri, ia harus berinteraksi dan berhubungan sosial dengan manusia lain, lingkungan dan alam semesta.

Didalam menjalani kehidupan ini sering kali ada permasalahan yang harus diselesaikan, ketika tidak dapat menyelesaikannya sendiri maka kita membutuhkan pertolongan orang lain.

Terkadang kita akan bercerita ke teman atas persoalan yang kita hadapi tetapi sering kali tidak mendapatkan solusi yang memuaskan. Kemudian kita lari kepada Allah yang adalah Sang Pemilik jagat raya ini, kita berdoa dengan sungguh tetapi tidak ada jawaban nyata. 

Sehingga kerap kali kita tidak menaruh kepercayaan pada-Nya, ternyata Allah tidak mudah ditemui dan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Jika kita berdoa, lantas situasi tetap begitu-begitu saja, tidak ada yang berubah, bukan berarti doa kita tidak makbul, boleh jadi, Tuhan sedang menguji agar hati kitalah yang berubah terlebih dulu".-Tere Liye

Bagi sebagian orang mereka percaya pengenalan akan Allah membutuhkan proses. Seperti seorang anak belum mengenal secara utuh orang tuanya, tetapi ketika sudah dewasa ia semakin mengenal orang tuanya.

Sebagai anak hanya menuntut dan meminta dari orang tua, sama ketika iman kita masih anak isi doa kita adalah meminta terus menerus kepada Allah. Ketika iman sudah dewasa ia akan berdoa apa yang harus saya lakukan ya Allah, apakah hidupku sudah berkenan, apa rencana-Nya atas hidupku.

Lebih Merasakan Kehadiran Setan Daripada Allah

Tapi bagi sebagian orang yang tidak memahami bahwa pengenalan akan Allah membutuhkan proses, ia akan menempuh jalan pintas dengan kekuatannya sendiri.

Apalagi ia seorang yang pandai, ia bisa gunakan kepandaiannya untuk mendapatkan pekerjaan atau usaha yang baik dan menghasilkan banyak uang.

Demikian juga orang kaya, ia mengklaim kekayaannya di dapat dari hasil keringat sendiri, ia begitu terikat dengan kekayaannya, hatinya ada dalam hartanya, sehingga menjadi angkuh dan melupakan Allah. 

Bukan berarti orang kaya itu tidak baik, tetapi kekayaan dapat berpotensi untuk melupakan Allah, ketika ia lebih mencintai hartanya daripada mencintai Allah.

"Yang lebih kalian cari bukanlah kebaikan melainkan kekayaan, yang lebih kalian buru bukanlah keluhuran melainkan kenyamanan, dan pada posisi seperti itu kalian selalu merasa lebih tinggi derajat dibanding orang kecil".-Emha Ainun Nadjib

Tetapi orang kaya yang mencintai Allah akan menjadi berkat bagi banyak orang, membantu tempat ibadah, membantu fakir miskin dan kegiatan sosial lainnya.  

Bagi sebagian orang yang berpikiran pendek dan sesat untuk menyelesaikan masalah, ia akan datang ke para normal, dengan syarat tertentu maka masalah atau keinginan dapat terpenuhi, ia menganggap para normal lebih realistis dari pada Allah.

Kadang kita mengalami juga, setan lebih dirasakan kehadirannya dari pada Allah, kalau masuk ruangan yang angker maka kita merasa merinding seolah ada setan, tetapi kalau kita berdoa kita tidak merasa Allah itu ada.

Sejatinya Manusia Makhluk yang Lemah

Sejatinya manusia makhluk yang lemah, kita tidak dapat melakukan kehendak-Nya tanpa penyertaan dari Allah. Setan begitu cerdik untuk menggeser kepercayaan manusia pada Allah, supaya banyak orang yang ditolak Allah pada saat penghakiman kelak.

Memang manusia dapat melakukan apa saja tanpa Allah, kalau orang bekerja keras, kreatif dan hidup hemat, maka ia bisa menjadi orang kaya. Tetapi apakah hidup kita hanya kita arahkan di dunia ini saja, tanpa kita arahkan kehidupan setelah kematian?

Menemukan Allah

Membaca buku agama tidak otomotis akan menemukan Allah, juga sekolah agama tidak dengan sendirinya akan menemukan Allah, tetapi dua hal tadi dapat menjadi pengetahuan untuk membantu mengenal Allah. 

Mengenal Allah harus mengalami langsung, belajar dari setiap peristiwa kehidupan yang kita alami, melibatkan Allah dalam setiap sendi kehidupan dan selalu berdoa minta petunjuk dari-Nya, dan itu membutuhkan proses yang panjang.

Mari kita datang kepada Allah sebagai orang apa adanya, orang yang penuh dosa dan membutuhkan pengampun, orang bodoh yang harus diajar, datang dengan ketulusan dan berkata aku ini orang lemah, tanpa Allah aku tidak dapat melakukan kehendak-Mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun