Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

The 5 Levels of Love: Anda Berada di Tingkat Berapa?

7 Mei 2020   14:29 Diperbarui: 15 Januari 2021   18:20 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada jaman purbakala manakala peradaban masih jauh tertinggal, berlaku hukum siapa yang kuat itu yang menang, dan hukum alam yang kuat akan memakan yang lemah.

Bagaimana kepintaran otak belum berlaku tetapi kekuatan otot menjadi faktor penentu bagi orang untuk bertahan hidup. Survival menjadi gol masa itu, sehingga orang harus melatih fisik supaya siap menghadapi tantangan apa saja yang akan terjadi di hutan.

Mereka hidup berkelompok dan berpindah-pindah tempat (nomaden) untuk aktif mencari tempat baru yang aman. 

Mereka bisa berperang untuk mempertahankan wilayahnya yang dia anggap telah memberikan penghidupan baginya. Kehidupan kasih belum tampak pada orang di jaman itu, mereka berpikir sempit hanya untuk pemenuhan kebutuhan bertahan untuk hidup.

Kasih misalnya hanya sebatas orang tua memberikan makan pada anaknya dan melindungi dari ancaman binatang buas, tetapi ketika anak itu sudah dewasa maka ia bertanggung jawab atas hidunya sendiri. 

Sejatinya kasih mereka layaknya induk binatang yang memberikan makan anaknya dan melindungi anaknya dari ancaman dari binatang buas.

Sesuai dengan perkembangan jaman maka kasih mengalami evolusi dan menjadi beraneka ragam respons kasih kepada orang lain, sebagai bentuk sebab-akibat atas suatu peristiwa.

"Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima". - Helen Keller

Menurut KBBI 'kasih' berarti perasaan sayang (cinta, suka kepada), tetapi juga bisa diartikan memberi. Kalau memperhatikan arti dari kasih tersebut berarti ada dua sisi kasih yang pertama kasih itu tidak kelihatan karena ada pada domain perasaan. Dan yang kedua perasaan tersebut bisa di wujudkan dalam tindakan kepada orang lain bisa berupa ungkapan dan bentuk barang yang ia diberikan.

Apabila dipilah-pilah maka kita dapati 5 (lima) tingkatan kasih sebagai berikut :

Image dokpri by kris banarto
Image dokpri by kris banarto

1. Level Biadab-Melakukan Kejahatan Pada Orang Yang Melakukan Kebaikan 

Hal ini sesuai peribahasa yaitu air susu dibalas dengan air toba, dilakukan oleh orang yang biadab dan amoral, tindakan ini melebihi binatang. 

Kita masih temui bagaimana seorang anak menggugat ibu kandungnya hanya masalah menebang pohon, dia tidak sadar ibunya bersusah payah membesarkan anaknya, tetapi tidak ada balas budi. Atau di Gresik -Jawa timur, seorang anak tega menghabisi ibu kandungnya sendiri dengan celurit, hanya karena sering dimarahi.

2. Level Binatang-Melakukan Kejahatan pada Orang Yang Berbuat Jahat

Orang pada level ini cocok hidup di hutan dan berlaku hukum rimba, sebelum saya dimakan saya makan terlebih dahulu daripada mati. 

Masih ingat peristiwa pada 2001 pertikaian di Sampit dan meluas ke beberapa daerah di Kalimantan Tengah konflik antara suku Madura dengan suku Dayak  yang menewaskan lebih dari 500 orang, 100.000 lebih warga migran Madura kehilangan tempat tinggal, sungguh peristiwa yang memilukan dan melukai persatuan Indonesia.

3. Level Standar-Membalas Kebaikan pada Orang yang Melakukan Kebaikan

Level kasih sudah meningkat mereka dapat bersosialisasi dan menghormati antar satu dan lainnya, tetapi ini merupakan hal yang normal dan wajar sebagai dampak dari 'sebab' diperlakukan kebaikan dan 'akibat' nya ia membalas dengan kebaikan. 

Tetapi orang yang berada dalam level ini dapat meningkatkan levelnya ke lebih tinggi lagi, sehingga ia menjadi berbeda dengan orang lain. Para politisi pada waktu kampanye ia memberikan bantuan kepada masyarakat, tujuannya agar mereka dapat memilihnya. Dan masyarakat yang telah merasakan kebaikannya akan memilih politisi itu.

4. Level Baik- Membalas Kebaikan pada Orang yang Berlaku Jahat

Alangkah indahnya kehidupan masyarakat kalau sebagian besar orang berada pada level ini, dampaknya orang yang berbuat jahat akan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan karena sudah diperlakukan baik oleh orang itu. Walaupun ini merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. 

Mahatma Gandhi melawan kekerasan bangsa Inggris yang melarang orang India membuat, dengan perjuangan non-kekerasan ia menggalang masyarakat untuk membuat garam di laut, yang mengakibatkan dia dan 60.000 lebih pengikutnya dipenjara. Pada tahun1930 majalah Time menganugerahkan Mahatma Gandhi sebagai Man of The Year.

"Kasih sayang merupakan bentuk tertinggi dari sikap tanpa kekerasan"- Mahatma Gandhi.

5. Level Sempurna- Mengampuni, Melupakan & Mendoakan pada Orang yang Berbuat Jahat

Pada level ini menjadi impian semua orang, level 'nabi' tingkatan tertinggi peradaban manusia yang dapat dilakukan hanya oleh orang yang sudah mencapai kesadaran penuh bahwa hidupnya buka miliknya tapi milik Yang Maha Kuasa. 

Apa yang terjadi dalam kehidupannya bukan kebetulan tetapi ada maksud dari Dia untuk memurnikan imannya. Mereka tidak saja membalas kebaikan, tetapi dapat mengampuni, melupakan bahkan mendoakan kepada orang yang sudah berbuat jahat padanya.

"Hakikat cinta adalah rintihan panjang yang dikeluhkan oleh lautan perasaan kasih sayang. Ia adalah cucuran air mata kesedihan langit pikiran. Ia adalah senyuman ceria kebun-kebun bunga cinta". - Khalil Gibran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun