Pagi ini dua hari setelah peristiwa Paskah masih melekat di pikiran begitu perkasanya kuasa Allah yang sanggup membangkitan Yesus. Sebuah misi terbesar di sepanjang sejarah oleh satu orang manusia sanggup menanggung dosa seluruh dosa dunia bahkan termasuk orang dalam kubur.
Dia pribadi yang dapat berbuat dosa, tetapi tidak pernah berbuat dosa. Status-Nya sebagai Anak Allah benar-benar ditanggalkan, rela menjadi manusia, mengosongkan diri, menjadi hamba, bahkan mati dengan tidak wajar yaitu disalibkan.
Disejajarkan dengan dua orang jahat disebelah kanan dan kirinya, yang satu menghujat dan satunya mohon kepada Yesus kiranya mengingatnya manakala kelak Yesus datang sebagai Raja, sebuah permohonan yang tidak mudah dan dibutuhkan iman ditengah banyak orang yang menghujat dan menghina Yesus.
Sungguh suatu sikap yang kontradiktif ditunjukkan kesebelas murid Yesus yang selama ini mengikut Yesus, tetapi ketika Yesus bangkit dari kubur dan menampakan diri kepada murid-murid itu mereka tidak percaya, memang percaya tidak mudah, berbahagialah orang yang percaya namun tidak melihat.
Mungkin dalam pikiran Yesus itu saatnya yang tepat untuk menunjukan bahwa Dia Anak Allah yang telah menang mengalahkan maut, seharusnya menjadi momen yang menyenangakan tetapi berbalik menjadi momen yang mengecewakan hati Yesus.
Setelah sebelumnya juga dikecewakan sebelum Yesus ditangkap oleh pasukan Pontius Pilatus, Dia berpesan untuk berdoa barang satu jam saja, tetapi itu tidak dilakukan murid-murid Yesus.
Ketika Yesus disalibkan kekecewaan juga dialami Yesus, Petrus salah satu murid yang berani, menyangkal Yesus dan berkata aku tdak kenal Dia.
Betapa dalam hidup ini ada Pribadi yang sudah membela dan berkorban atas hidup kita, tetapi kita tidak menghargainya. Entah sudah berapa kali kita mengecewakan Dia, entah dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
Sejatinya dosa kita sudah ditanggung-Nya, sudah dibayar lunas di kayu salib, kita tidak berhutang lagi, tetapi hutang kita bukan hidup untuk diri kita sendiri, tetapi hidup bagi Kristus, mengikuti jejak penderitaan Yesus yang setia melakukan kehendak Bapa.
Karena tanpa penderitaan tidak akan ada kemenangan, tanpa penderitaan tidak akan ada kemuliaan.
Disaat wabah pandemi Covid-19 yang menimpa 200 negara di muka bumi ini, kesempatan bagi kita untuk tidak hanya memikirkan perkara dunia, seperti yang kita lakukan sebelumnya.
Tetapi mari arahkan hidup kita pada Kristus, pada perkara diatas dimana Dia ada yaitu perkara-perkara rohani. Karna sejatinya bumi ini bukan rumah kita, hidup kita di bumi hanya sementara 'mampir ngombe" paling hanya 70-80 tahun.
Tetapi melalui peristiwa Jumat Agung dan Paskah, Tuhan siapkan suatu tempat di sorga, untuk orang-orang yang percaya dan setia kepada-Nya.
Depok, Selasa 14 April 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H