Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Membandingkan 3 Portofolio Investasi: Saham, Dollar, dan Properti

13 April 2020   12:33 Diperbarui: 14 Januari 2021   13:28 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image DS-Max Properties

Ketika ekonomi sedang membaik tentunya tidak sulit untuk memilih portofolio investasi entah itu emas, valas (dollar), saham, reksadana, deposito, ORI atau properti. Karena situasi keamanan kondusif, kondisi politik stabil, iklim investasi baik maka pertumbuhan ekonomi akan bagus, inflasi terjaga dan PDB meningkat.

Tetapi ketika terjadi gejolak seperti Pilpres tahun 2019 lalu, dampak dari perang dagang China Vs AS dan devaluasi mata uang Yuan, ekonomi melemah sehingga kita mengalami kesulitan untuk memilih portofolio investasi.

Apalagi saat ini ancaman pandemi virus Covid-19 telah memasuki krisis di seluruh dunia. Di Indonesia saja hantaman krisis sudah begitu terasa rupiah melemah 15% dari 14.000-an menjadi 16.000-an, IHSG merosot 30% dari 6.000-an menjadi 4.000-an, bahkan Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,1% dan prediksi DBS Bank Group PDB Indonesia tumbuh 2.5%.

Lalu sebaiknya antara Saham, Dolar dan Properti memilih yang mana?

Saham

Portofolio investasi ini begitu sensitif terhadap faktor eksternal maupun internal, bahkan sampai ke kinerja sektor ataupun kinerja emiten. 

Memang idealnya investasi saham untuk jangka panjang, tetapi realitasnya sulit dihindari, misalnya kondisi saat ini banyak saham yang perlahan tumbang karena banyak investor asing yang melakukan penjualan (profit taking). Melihat seperti ini kita akan ikut-ikutan menjual saham (cut loss) jangan sampai saham terlanjur tergelincir.

Memang kondisi saat ini ada saham-saham yang mengalami kenaikan (uptrend) misalnya saham TLKM, PGAS, FREN, BBCA, BBRI, LPKR, ADRO, ZINC, KAEF, INAF dan CARE. 

Tetapi banyak saham yang walaupun dalam kategori Blue Chip mengalami penurunan dan memang overall IHSG melemah. Jadi apabila investasi saat ini tidak cukup memilih saham Blue Chip tetapi juga saham yang mampu bertahan saat krisis.

Valas (Dolar)

Berdasarkan kalkulasi membeli valas (foreign exchange) mata uang dolar sepertinya tepat karena apabila ekonomi suatu negara buruk maka dollar akan naik dan itu sudah terbukti sampai hari ini dalam jangka waktu tiga bulan dolar menguat 15%.

Tetapi himbauan pemerintah untuk tidak menyimpan dollar sebagai bentuk nasionalisme terhadap rupiah patut diindahkan. Penguatan dolar atau pelemahan rupiah memang sulit dihindari selama ekspor tidak digenjot, tahun 2019 saja ekspor hanya 14.1 Milyar (USD), dan impor 14.26 (USD).

Kalau rupiah melemah beban utang juga menjadi berat, dan harus ada koreksi RAPBN. Apalagi kalau terjadi kegaduhan politik, pelanggaran HAM & demo buruh sehingga investor asing membatalkan investasinya dan memindahkan ke negara lain yang lebih aman, rupiah akan semakin melemah.

Properti

Pilihan investasi properti cukup beragam bisa rumah, apartemen, tanah, ruko, kios & hotel, yang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

Harga properti akan naik terus karena supply terbatas sedangkan demand akan terus bertambah, setelah menikah mereka akan memikirkan untuk membeli rumah/apartemen.

Walaupun untuk sementara waktu bisa tinggal di rumah mertua/orang tua ataupun dengan jalan menyewa hunian. Tetapi pertanyaannya seberapa lama mereka akan bertahan dengan pilihan itu.

Menunda pembelian rumah bukan keputusan yang bijak karena harga rumah akan terus naik melebihi kenaikan penghasilan. Jadi ketika sudah mampu membayar uang muka ataupun cicilan KPR sebaiknya putuskan untuk membeli rumah.

Bagi yang sudah mempunyai hunian dan dana lebih, properti menjadi portofolio investasi yang tepat, selain mendapatkan return dari kenaikan harga, properti juga bisa disewakan untuk mengurangi beban cicilan.

Berikut ini ilustrasi perbandingan portofolio investasi antara Saham, Dolar dan Properti

dokpri kris banarto
dokpri kris banarto
  • Sebagai sampel saham unggulan (blue chip) PT. Asra Internasiona, Tbk (ASII), dan saham Bank BCA (BBCA).
  • Dalam 5 tahun 2015 sd 2020, Saham BCA naik 86%, Saham Astra turun 50%, jadi saham blue chip tidak menjamin akan naik terus.
  • Sedangkan Dollar menguat  26%

dokpri kris banarto
dokpri kris banarto
  • Apabila tahun 2015 mempunyai dana sebesar 600 juta, dan masing-masing diinvestasikan maka akan memperoleh :
  • Saham Astra 73.620 Lembar (1 lembar = Rp.8.150,-) atau
  • Saham BCA 39.867 Lembar ( 1 lembar = Rp.5.050,-) atau
  • Sebesar 46.456 US Dolar ( 1 USD = Rp.12.915,-)

Setelah mengalami fluktuasi maka pada tahun ke-5 (2020) dikonversi ke rupiah akan menjadi :

  • Saham Astra = 301 juta,
  • Saham BCA = 1.1 M,
  • Dolar = 754 juta dan
  • Properti = 1.2 M

Kenaikan harga properti (rumah) = 15%/tahun (survei Rumah123.com atas rumah baru developer di Jabodetabek).

Jadi Anda mau investasi apa keputusan ada pada Anda, pelajari return dan juga risikonya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun