Mohon tunggu...
Krisantini Markam
Krisantini Markam Mohon Tunggu... -

Indonesian born, biologist and musician, live in Australia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Maafkan Generasi Kami, Anak-anakku…

24 Oktober 2015   17:38 Diperbarui: 24 Oktober 2015   17:38 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anakku, sebagian generasi saya ilmuwan yang mengetahui bahwa tingkat pengetahuan dan teknologi yang kita capai sekarang sebetulnya tidak kurang untuk menanggulangi kebakaran hutan. Teknologi deteksi dini titik-titik panas sudah ada dan sudah digunakan di banyak negara; bahwa hutan gambut memilki ekologi yang spesifik, dan jika dibuka pada musim kering dan panas – sangat mudah terbakar; bahwa eko wisata ke hutan hujan tropis dapat menjadi sumber devisa yang luar biasa besar secara berkelanjutan, ketimbang mengkonversinya  atau menggali tambang yang ada di bawahnya, lalu memberi keuntungan yang hanya bertahan selama 30-40 tahun. Kami mengetahui bahwa melakukan hal ini akan mewariskan polusi udara dan air bagi generasi kalian. Namun sebagian yang lain generasi kami memilih opsi keuntungan tinggi dalam jangka pendek, memangkas biaya produksi, ketimbang memikirkan kehidupan generasi anak cucu mereka.

Sebagian generasi kami telah khilaf dan lupa, bahwa tingkat ketergantungan dan keterkaitan kita pada alam dan makhluk hidup lain sedemikian eratnya, bahwa manusia merupakan BAGIAN dari jaringan kehidupan. Ibarat selembar kain yang terdiri atas benang-benang, jika satu persatu benang diurai dan dibuang, kain akan luruh. Bahwa merusak lingkungan dan memunahkan keragaman hayati akan membunuh manusia itu sendiri.

Maafkan generasi kami yang telah  menggunakan minyak bumi besar-besaran untuk pembangunan fisik dan ekonomi, sehingga konsentrasi CO2 udara yang kami wariskan pada kalian telah mencapai 398 ppm. Kami sesungguhnya mengetahui bahwa konsentrasi CO2 setinggi ini memaksa laut menyerapnya, dengan resiko air laut menjadi masam dan menghancurkan terumbu  karang, rumah ikan yang merupakan sumber pangan dan protein bagi kalian. Kami sesungguhnya tau bahwa agar untuk menahan pemanasan global dan kenaikan suhu rata-rata bumi maksimum 2°C -  konsentrasi CO2 maksimum di udara ialah 450 ppm. Tanpa terjadinya pembakaran hutan, ini sudah sulit sekali dicapai.

Maafkan generasi kami yang tidak tahu malu, sudah disindir bertahun-tahun oleh negara tetangga dengan menunggah berbagai berita dan video tentang pembakaran hutan Indonesia di YouTube dan media lainnya, tapi tidak mengambil tindakan yang sepatutnya.

Maafkan generasi kami, karena belum menggunakan mobil hibrida efisien bahan bakar yang sudah ada sejak 15 tahun lalu lebih, sudah beredar dan digunakan di banyak negara lain, tapi tidak di Indonesia. Sumber minyak goreng nabati sangat banyak, sudah beredar dan dipakai di banyak negara, tapi tidak di Indonesia. Teknologi daur ulang kertas dan limbah sudah ada, sehingga kami sebetulnya mampu mengurangi ekploitasi hutan untuk industri-industri ini, tidak demikian di Indonesia. Generasi saya masih gemar memakai air botolan dan air gelas yang memakan energi demikian besar untuk membuat kemasannya, dan menyumbangkan limbah berlimpah, untuk generasi kalian.

Maafkan kami bahwa generasi kami belum mampu melakukan semua ini secara baik, sehingga lingkungan yang kami wariskan untuk kalian menjadi seperti ini.

Namun saya punya berita baik: generasi kalian pandai, melek teknologi, lebih berani berbicara dan mengemukakan pendapat. Teknologi internet yang belum ada pada generasi kami memungkinkan kalian mengakses informasi terbaru melalui ponsel kalian. Belajarlah dari bangsa yang lebih bijak mengelola hidup yang lebih selaras dengan lingkungan. Belajarlah dari Freiburg, kota berusia 900 tahun yang paling ramah lingkungan di Eropa. Kota ini telah sukses menggunakan energi sinar matahari untuk keperluan penduduknya, dan mengurangi sampah kota dari 140 000 ton pada tahun 1988 menjadi 50 ribu ton pada beberapa tahun terakhir.  Pengelola kota ini sukses membangun pembatas pertumbuhan kota, melindungi lahan sekitarnya untuk produksi pangan, sehingga kebutuhan sebagian besar pangan berasal dari produksi lokal.

Kalian harus berupaya menghentikan usaha ekploitasi alam, mendorong batas-batas kemampuan alam dan daya dukungnya secara terus-menerus.

Manfaatkanlah energi, kepandaian dan kemelekan teknologi kalian untuk membuat perubahan, berpikir panjang untuk kepentingan sesama, memotong jalur birokrasi, menghindari politisasi, dan mendorong transparansi penyelenggaraan daerah dan negara.

Teriring doa belasungkawa bagi korban-korban yang telah meninggal, serta doa dan simpatiku yang paling dalam bagi teman-teman dan saudara-saudaraku di di Sumatera dan Kalimantan, serta flora fauna indah yang kini menderita terpapar asap secara berkepanjangan. Dear readers, please join me in praying to combat forest fire in Sumatra and Kalimantan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun