Sharenting tidak hanya sekadar berbagi foto atau cerita, tetapi juga bisa menjadi platform bagi orang tua untuk berbagi pengalaman dan tips seputar pengasuhan anak. Banyak orang tua yang menggunakan media sosial untuk memberikan wawasan tentang bagaimana mereka mengelola kehidupan keluarga, tantangan dalam pengasuhan, serta cara mendidik anak dengan cara yang positif. Melalui berbagi pengalaman ini, orang tua dapat memberikan contoh konkret yang bermanfaat bagi orang tua lainnya yang mungkin menghadapi situasi serupa.
Misalnya, ada orang tua yang membagikan rutinitas harian anak mereka, cara mengatasi tantrum, atau tips untuk membangun komunikasi yang sehat dengan anak-anak. Konten-konten seperti ini memberikan panduan praktis yang dapat diadaptasi oleh orang tua lain yang mencari cara untuk mendidik anak dengan pendekatan yang lebih baik dan penuh kasih.
Selain berbagi pengalaman pribadi, sharenting juga dapat menjadi sumber edukasi positif yang berguna baik untuk orang tua maupun anak-anak. Banyak orang tua yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan konten yang mengedukasi tentang pengasuhan yang sehat, perkembangan anak, dan kesejahteraan keluarga. Konten seperti artikel, video, atau infografis yang membahas pentingnya pola makan yang sehat, cara mengelola stres keluarga, atau teknik pengasuhan yang berbasis kasih sayang dan disiplin, dapat membantu orang tua meningkatkan kualitas pengasuhan mereka.
Bahkan, beberapa orang tua berbagi kegiatan pendidikan yang mereka lakukan bersama anak-anak, seperti belajar melalui permainan, eksperimen sains sederhana di rumah, atau membaca buku bersama. Ini tidak hanya memberikan inspirasi bagi orang tua lain, tetapi juga membantu anak-anak tumbuh dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat untuk perkembangan mereka.
Selain memberikan tips dan edukasi positif, sharenting juga bisa menjadi sarana untuk berbagi pembelajaran dari pengalaman pribadi, termasuk kesalahan yang pernah dilakukan dalam pengasuhan anak. Beberapa orang tua menggunakan platform media sosial untuk berbagi tantangan yang mereka hadapi, seperti mengatasi perbedaan pendapat dengan pasangan dalam hal pengasuhan atau bagaimana mereka menangani situasi sulit yang melibatkan anak-anak mereka. Dengan berbagi cerita tentang kesalahan dan bagaimana mereka belajar darinya, orang tua dapat memberikan wawasan yang lebih realistis mengenai dunia pengasuhan, serta mengingatkan orang tua lain bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan ini.
Pembelajaran dari kesalahan ini bisa sangat berguna, karena memberi contoh bahwa pengasuhan bukanlah proses yang sempurna. Hal ini bisa mengurangi tekanan bagi orang tua yang merasa harus selalu tampil sempurna di depan publik dan mendorong mereka untuk menerima bahwa kesalahan adalah bagian dari perjalanan pengasuhan yang dapat mengarah pada perkembangan dan pembelajaran bersama.
Dampak Negatif dari Sharenting
Salah satu dampak negatif paling signifikan dari sharenting adalah ancaman terhadap privasi anak. Ketika orang tua terlalu sering membagikan foto atau informasi pribadi tentang anak-anak mereka tanpa batasan yang jelas, hal ini dapat menempatkan anak pada risiko pelanggaran privasi. Foto anak yang diunggah ke media sosial dapat dengan mudah tersebar dan dilihat oleh orang yang tidak dikenal. Meskipun orang tua mungkin tidak berniat buruk, anak-anak tidak selalu memiliki kontrol atas gambar atau data pribadi yang dibagikan tentang mereka.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zwitter (2020) menunjukkan bahwa meskipun orang tua percaya mereka dapat mengontrol siapa yang melihat konten mereka, kenyataannya informasi di internet seringkali sulit untuk dikendalikan. Gambar atau data pribadi yang dibagikan di media sosial dapat dengan cepat diunduh, dibagikan ulang, atau bahkan disalahgunakan, yang dapat membahayakan anak-anak saat mereka tumbuh dewasa dan mencari jejak digital mereka.
Konten yang dibagikan tentang anak-anak di media sosial tidak hanya berisiko mengganggu privasi mereka di saat ini, tetapi juga dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan di masa depan. Anak-anak yang foto atau informasi pribadinya sering dibagikan mungkin merasa tidak nyaman atau bahkan terluka ketika mereka menyadari bahwa kehidupan mereka telah terpapar di dunia maya tanpa izin mereka. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang terlalu terekspos di media sosial dapat merasa kurang memiliki kendali atas identitas mereka dan lebih rentan terhadap perundungan siber atau eksploitasi digital.
Anak-anak yang tumbuh dengan banyaknya konten pribadi yang tersebar di internet mungkin juga menghadapi tantangan dalam membangun citra diri mereka secara mandiri. Mereka mungkin merasa terjepit antara identitas yang dibentuk oleh orang tua mereka di media sosial dan identitas yang ingin mereka ciptakan untuk diri mereka sendiri ketika mereka mulai dewasa.
Orang tua memegang peran penting dalam menjaga batasan antara berbagi informasi pribadi dan melindungi hak privasi anak. Tanggung jawab orang tua dalam sharenting mencakup kesadaran bahwa anak-anak memiliki hak untuk memilih bagaimana kehidupan mereka dibagikan kepada publik, dan hak tersebut harus dihormati. Orang tua sebaiknya memikirkan dengan matang dampak jangka panjang dari berbagi informasi tentang anak mereka, serta mengevaluasi apakah tujuan dari berbagi tersebut sesuai dengan kepentingan anak.