Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apakah Long-Distance Marriage Harus Berakhir dengan Lonely Marriage?

29 Oktober 2024   18:02 Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Long-Distance Marriage (Sumber: Freepik)

Di era modern ini, fenomena long-distance marriage (LDM) semakin sering dijumpai. Berbagai alasan membuat pasangan suami-istri memilih atau terpaksa menjalani pernikahan jarak jauh, seperti tuntutan pekerjaan di luar kota atau luar negeri, kebutuhan pendidikan lanjutan, atau alasan-alasan personal lainnya.

Meskipun teknologi komunikasi sudah sangat maju, memungkinkan video call dan pesan instan kapan saja, tantangan emosional dalam pernikahan jarak jauh tidak sepenuhnya bisa dihilangkan.

Salah satu masalah utama yang sering muncul dalam LDM adalah risiko terjebak dalam lonely marriage, sebuah kondisi di mana pasangan merasa terikat secara hukum atau formal, namun mengalami kekosongan emosional karena jarak fisik dan keterbatasan interaksi sehari-hari.

Tanpa kedekatan fisik, bentuk dukungan emosional yang biasanya tersedia dalam hubungan pernikahan menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kesepian, kecemasan, dan, dalam jangka panjang, masalah dalam hubungan.

Namun, apakah LDM harus selalu berakhir dengan lonely marriage? Apakah jarak fisik memang secara otomatis menyebabkan jarak emosional, atau sebenarnya ada solusi dan cara untuk menjaga keintiman dan keharmonisan dalam hubungan? Yuk, lanjut baca artikel ini.

Apa Itu Long-Distance Marriage dan Lonely Marriage?

Long-distance marriage (LDM) adalah kondisi di mana pasangan yang telah menikah harus tinggal di lokasi yang berbeda untuk jangka waktu tertentu. 

Biasanya, kondisi ini terjadi karena alasan pekerjaan, pendidikan, atau kebutuhan pribadi yang tidak memungkinkan mereka tinggal bersama dalam satu tempat.

Dalam LDM, pasangan sering kali mengandalkan teknologi komunikasi, seperti panggilan video dan pesan teks, untuk mempertahankan hubungan mereka. 

Namun, kedekatan fisik yang terbatas dapat menimbulkan tantangan tersendiri dalam menjaga keharmonisan dan keintiman hubungan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Family Psychology, pasangan yang menjalani LDM mungkin memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih rendah karena terpisah jarak fisik, meskipun teknologi komunikasi dapat membantu menjaga komunikasi.

Baca juga perjalanan LDM saya: Cinta yang Menembus Jarak: Long Distance Marriage sebagai Pilihan Hidup

Lonely marriage adalah istilah untuk menggambarkan kondisi pernikahan di mana salah satu atau kedua pasangan merasa kesepian atau kurangnya keintiman emosional, meskipun mereka secara formal masih terikat dalam hubungan.

Lonely marriage tidak selalu berhubungan dengan LDM; pasangan yang tinggal bersama pun bisa mengalami lonely marriage jika komunikasi dan ikatan emosional di antara mereka lemah.

Lonely marriage biasanya ditandai dengan perasaan terisolasi, kesepian, dan kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Seperti yang dijelaskan dalam buku The All-or-Nothing Marriage karya Eli J. Finkel, dalam lonely marriage, pasangan mungkin tinggal di tempat yang sama namun merasa kehilangan kedekatan emosional, sering kali disebabkan oleh kurangnya komunikasi dan perhatian yang terarah pada satu sama lain .

Pernikahan jarak jauh (LDM) memiliki potensi yang besar untuk berkembang menjadi lonely marriage jika pasangan tidak mampu mengatasi tantangan yang ada.

Beberapa faktor yang menyebabkan LDM rentan terhadap lonely marriage antara lain:

  1. Keterbatasan Kedekatan Fisik. Kehadiran fisik memiliki peran penting dalam menciptakan perasaan dukungan emosional dan keamanan. Ketika pasangan jarang bertemu secara langsung, mereka kehilangan elemen-elemen penting dalam hubungan, seperti sentuhan fisik dan kebersamaan sehari-hari.
  2. Kurangnya Komunikasi Berkualitas. Meskipun teknologi dapat menghubungkan pasangan yang terpisah jarak, komunikasi jarak jauh sering kali lebih dangkal atau praktis dan kurang mendalam dibandingkan interaksi langsung. Percakapan sering kali terbatas pada hal-hal teknis dan jarang menyentuh topik yang lebih dalam, yang penting untuk menciptakan kedekatan emosional.
  3. Perbedaan Rutinitas dan Prioritas. Jika pasangan memiliki jadwal dan aktivitas yang sangat berbeda, mereka mungkin kesulitan untuk meluangkan waktu bagi satu sama lain. Kondisi ini dapat memicu perasaan terisolasi dan terabaikan, yang memperburuk potensi lonely marriage.

Jika faktor-faktor ini tidak ditangani dengan baik, LDM dapat berujung pada lonely marriage, di mana pasangan merasa kehilangan hubungan emosional dan kedekatan yang sebelumnya ada dalam pernikahan mereka.

Mengatasi Tantangan dalam Long-Distance Marriage (LDM) Agar Tidak Berkembang Menjadi Lonely Marriage

Menghadapi tantangan dalam long-distance marriage (LDM) agar tidak berkembang menjadi lonely marriage membutuhkan komitmen dari kedua belah pihak untuk menjaga keintiman dan kedekatan emosional meskipun terpisah jarak. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1. Membangun Komunikasi yang Berkualitas. Komunikasi yang konsisten dan mendalam adalah kunci untuk menjaga hubungan tetap harmonis dalam LDM. 

Selain bertukar kabar harian, buatlah waktu untuk diskusi yang lebih mendalam tentang perasaan, rencana masa depan, atau bahkan permasalahan yang sedang dihadapi.

Menyisihkan waktu secara khusus, misalnya pada malam hari atau akhir pekan, untuk percakapan yang lebih bermakna bisa membantu pasangan merasa tetap terhubung.

Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang berkualitas dalam hubungan jarak jauh berkontribusi positif terhadap kepuasan hubungan pasangan, dibandingkan sekadar melakukan komunikasi rutin tanpa makna emosional yang mendalam.

2. Manfaatkan Teknologi untuk Kedekatan Emosional. Teknologi bisa menjadi alat bantu yang efektif untuk mendekatkan pasangan.

Selain panggilan video dan pesan teks, ada banyak cara lain untuk berbagi aktivitas, seperti menonton film bersama secara online, bermain gim, atau bahkan memasak resep yang sama dan saling bertukar hasil.

Beraktivitas bersama, meski secara virtual, dapat membantu memperkuat ikatan emosional dan menciptakan pengalaman bersama yang dapat dikenang.

3. Mengatur Pertemuan Langsung Secara Teratur Jika Memungkinkan. Jika memungkinkan, mengatur waktu untuk bertemu langsung sangatlah penting. 

Pertemuan fisik secara berkala bisa menjadi kesempatan bagi pasangan untuk memperbarui ikatan emosional dan fisik mereka.

Pertemuan ini dapat dijadikan prioritas dalam perencanaan finansial dan jadwal, mengingat bahwa kebersamaan fisik bisa meningkatkan perasaan kedekatan dan kepuasan dalam hubungan.

4. Memberikan Kepercayaan dan Kebebasan yang Sehat. Dalam hubungan jarak jauh, kepercayaan adalah landasan yang sangat penting. Memberikan kepercayaan dan kebebasan yang sehat kepada pasangan membantu menghindari kecemburuan atau rasa tidak aman yang berlebihan. 

Dengan memiliki kepercayaan yang kuat, kedua pasangan dapat merasa lebih tenang dan fokus pada kualitas hubungan, alih-alih diliputi oleh kecemasan yang merusak keintiman emosional.

5. Menyusun Rencana Masa Depan yang Jelas. Memiliki visi masa depan yang jelas bersama pasangan dapat membantu mengurangi rasa tidak aman dan kesepian dalam LDM.

Rencana masa depan bisa mencakup target kapan mereka akan tinggal bersama atau tujuan bersama yang ingin dicapai dalam beberapa tahun ke depan. Dengan adanya rencana ini, pasangan memiliki tujuan yang bisa memperkuat semangat dalam menjalani pernikahan jarak jauh.

6. Fleksibilitas dalam Menghadapi Masalah. Situasi pernikahan jarak jauh sering kali memerlukan fleksibilitas yang tinggi. Kedua pasangan harus mampu menyesuaikan harapan, terutama dalam hal jadwal, rutinitas, dan cara berkomunikasi.

Dengan memiliki sikap fleksibel, pasangan dapat mengatasi tantangan yang muncul tanpa merasa tertekan atau frustrasi yang berlebihan, menjaga hubungan tetap harmonis.

Dengan strategi ini, pasangan yang menjalani LDM tidak harus berakhir dengan lonely marriage. Kunci keberhasilannya adalah komitmen bersama untuk saling menjaga dan memberikan ruang yang aman bagi hubungan untuk terus berkembang.

***

Meski LDM membawa tantangan tersendiri, seperti keterbatasan kedekatan fisik dan potensi miskomunikasi, pasangan yang menerapkan strategi yang tepat dapat mempertahankan keintiman emosional dan menjaga hubungan tetap harmonis.

Solusi seperti membangun komunikasi berkualitas, memanfaatkan teknologi untuk aktivitas bersama, dan menyusun rencana masa depan yang jelas dapat membantu mencegah LDM berubah menjadi lonely marriage.

Keberhasilan dalam LDM sangat bergantung pada komitmen bersama, kesabaran, dan kedewasaan kedua pihak untuk saling memahami dan mengatasi kendala yang muncul.

Setiap pasangan perlu menyadari pentingnya usaha bersama, saling mendukung, dan menjaga kepercayaan, terutama ketika menghadapi situasi yang sulit.

Optimisme tetap menjadi kunci untuk pasangan dalam LDM: meski tantangan hadir, hubungan tidak harus berakhir dengan lonely marriage.

Dengan komitmen dan strategi yang tepat, pasangan dapat tumbuh dan berkembang bersama, bahkan dalam kondisi yang tidak ideal, menciptakan hubungan yang kuat dan saling mendukung dalam berbagai situasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun