Selain peran orangtua, sekolah juga memainkan peran penting dalam mendukung literasi keuangan. Kurikulum yang mengajarkan literasi keuangan sejak usia dini dapat membantu siswa memahami konsep dasar keuangan yang akan mereka butuhkan sepanjang hidup, seperti budgeting, investasi, hingga manajemen hutang. Sekolah dapat memfasilitasi pemahaman ini dengan metode yang interaktif dan relevan, misalnya melalui simulasi keuangan atau proyek kelas yang melibatkan pengelolaan uang.
Beberapa praktik baik di dunia menunjukkan keberhasilan literasi keuangan di kalangan siswa. Di negara-negara seperti Finlandia dan Australia, pendidikan literasi keuangan sudah menjadi bagian dari kurikulum wajib.Â
Di Finlandia, siswa diajarkan tentang uang sejak tingkat dasar, dan di Australia, sekolah-sekolah menerapkan program "MoneySmart" yang memberi siswa pengalaman nyata dalam merencanakan anggaran dan mengelola keuangan sehari-hari.Â
Pendekatan ini menunjukkan bahwa dengan dukungan dari rumah dan sekolah, anak-anak dapat tumbuh dengan kesadaran finansial yang lebih baik dan kemampuan untuk menghindari perilaku boros seperti doom spending.
***
Menghadapi fenomena doom spending dan FOMO bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan literasi keuangan yang tepat, kita dapat membekali generasi muda untuk membuat keputusan finansial yang bijak dan berkelanjutan. Dengan dukungan dari orang tua dan sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendorong pemahaman dan keterampilan keuangan sejak dini.Â
Mari bersama-sama menanamkan nilai-nilai yang benar tentang pengelolaan uang, sehingga anak-anak kita dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas dalam berbelanja, tetapi juga mampu meraih tujuan keuangan mereka dengan percaya diri.Â
Sebuah langkah kecil hari ini bisa menjadi pondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H