Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pengajar Praktik Angkatan 11; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mini Urban Farming: Strategi Ketahanan Pangan bagi Golongan Rentan

21 Agustus 2024   14:57 Diperbarui: 21 Agustus 2024   21:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Urban Farming | Freepik

Selain itu, mini urban farming juga memberdayakan masyarakat melalui peningkatan keterampilan bercocok tanam dan pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan. 

Beberapa komunitas di berbagai kota besar telah berhasil memanfaatkan mini urban farming untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Misalnya, di Jakarta, beberapa kelompok masyarakat di permukiman padat telah menciptakan kebun sayur mini di lahan kosong atau pot-pot tanaman di halaman rumah mereka, yang tidak hanya membantu menyediakan pangan tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara warga. 

Contoh lain adalah di Surabaya, di mana program kebun komunitas telah berhasil meningkatkan kualitas hidup penduduk miskin kota melalui hasil panen yang mereka konsumsi dan jual di pasar lokal.

Ketahanan Pangan bagi Golongan Rentan

Golongan rentan di perkotaan menghadapi berbagai tantangan dalam mengakses pangan yang cukup dan bergizi. Kendala utama yang dihadapi adalah rendahnya pendapatan yang membuat mereka sulit memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pangan. 

Harga pangan yang fluktuatif dan cenderung tinggi di wilayah perkotaan semakin memperburuk situasi ini, sementara keterbatasan lahan dan ruang hijau di kota membuat mereka tidak memiliki akses langsung untuk menanam makanan sendiri. 

Selain itu, golongan rentan sering kali tinggal di lingkungan yang padat dan kurang layak, di mana infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan, seperti pasar murah atau program bantuan pangan, tidak selalu tersedia atau efektif.

Mini urban farming menawarkan solusi praktis untuk mengatasi masalah akses pangan di kalangan ini. Dengan memanfaatkan lahan sempit di sekitar tempat tinggal, seperti halaman rumah, balkon, atau ruang-ruang tak terpakai, golongan rentan dapat mulai menanam sayuran dan buah-buahan sendiri. 

Ini tidak hanya membantu mereka mengurangi pengeluaran untuk pangan, tetapi juga memastikan ketersediaan makanan yang lebih sehat dan segar. Lebih dari itu, mini urban farming juga memiliki potensi untuk memberdayakan ekonomi golongan rentan. Melalui peningkatan keterampilan bercocok tanam dan hasil panen yang dapat dijual, keluarga miskin dapat menciptakan sumber pendapatan tambahan. 

Hal ini pada akhirnya tidak hanya memperkuat ketahanan pangan mereka, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan, mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal, dan mendorong kemandirian.

Strategi Berkelanjutan dalam Mini Urban Farming

Untuk memastikan bahwa mini urban farming menjadi solusi jangka panjang bagi ketahanan pangan, penerapan teknik dan metode pertanian berkelanjutan sangat penting. 

Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah penggunaan sumber daya lokal, seperti memanfaatkan sisa-sisa dapur sebagai kompos dan air hujan sebagai sumber irigasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun