Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Smartphone Disalahkan: Apakah Kita yang Sebenarnya Terkurung?

10 Agustus 2024   14:48 Diperbarui: 10 Agustus 2024   15:25 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: limeart//Getty Images 

Fenomena digital overload adalah contoh lain dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh smartphone. Kelebihan informasi yang diterima melalui berbagai platform, ditambah dengan notifikasi yang tidak pernah berhenti, dapat menyebabkan stres dan kelelahan mental. Banyak orang yang merasa kewalahan dengan informasi yang tak terbatas, sehingga mengalami kesulitan dalam mengelola prioritas dan mengambil keputusan yang tepat. Selain itu, penggunaan smartphone yang berlebihan, terutama di malam hari, telah terbukti mengganggu kualitas tidur. Cahaya biru dari layar smartphone dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu kita tidur, sehingga mengurangi durasi dan kualitas tidur yang kita dapatkan.

Kritik-kritik ini menggambarkan sisi gelap dari penggunaan smartphone yang tidak terkontrol. Meskipun perangkat ini menawarkan banyak kemudahan, penting bagi kita untuk menyadari dampak negatif yang mungkin timbul dan mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan efek buruknya.

Baca juga: Digital Overload, Mengidentifikasi Tanda-Tanda dan Solusi Efektif

Apakah Smartphone yang Menjebak Kita?

Pada dasarnya, smartphone adalah alat netral---sebuah perangkat yang dirancang untuk melayani kebutuhan dan keinginan penggunanya. Seperti teknologi lain yang pernah muncul sebelumnya, seperti televisi atau internet, smartphone memiliki potensi untuk digunakan secara positif maupun negatif. Televisi pernah dianggap mengancam kehidupan sosial dengan mengisolasi orang-orang di depan layar, sementara internet juga pernah dilihat sebagai ancaman bagi privasi dan keamanan informasi. Namun, pada akhirnya, teknologi-teknologi tersebut beradaptasi dengan cara kita menggunakannya, dan demikian pula halnya dengan smartphone.

Sebagai alat, smartphone tidak memiliki kendali atas penggunanya; sebaliknya, kita yang mengendalikan cara dan seberapa sering kita menggunakannya. Pilihan ada di tangan kita---apakah kita ingin memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas, berkomunikasi lebih efektif, dan belajar hal-hal baru, atau justru terjebak dalam kebiasaan yang merugikan seperti scrolling tanpa henti atau mengabaikan interaksi sosial nyata. Kesadaran diri dan pengelolaan waktu adalah kunci untuk memastikan bahwa kita tetap menjadi pengendali teknologi ini, bukan sebaliknya.

Baca juga: Hati-hati, Scrolling Media Sosial Bisa Jadi Jebakan "Fake Productivity"

Dalam hal ini, perilaku kita memainkan peran utama dalam menentukan apakah smartphone menjadi alat yang memberdayakan atau justru belenggu yang mengurung kita. Jika kita menggunakan smartphone dengan bijak, menetapkan batasan waktu, dan memprioritaskan interaksi dunia nyata, maka smartphone dapat menjadi alat yang memperkaya hidup kita. Namun, jika kita membiarkannya mendominasi waktu dan perhatian kita tanpa kontrol, maka kita sendiri yang menciptakan jebakan yang sulit untuk dihindari. Kesimpulannya, bukan smartphone yang menjebak kita, tetapi cara kita menggunakannya yang menentukan apakah kita merasa bebas atau terbelenggu.

Solusi dan Rekomendasi

Untuk menghindari jebakan kecanduan dan menjaga keseimbangan dalam penggunaan smartphone, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Pertama, penting untuk menetapkan batasan waktu dalam menggunakan smartphone, seperti membatasi waktu layar harian atau menggunakan fitur "do not disturb" pada waktu-waktu tertentu, terutama saat berinteraksi dengan keluarga atau saat bekerja. Selain itu, fokus pada aktivitas di dunia nyata, seperti berolahraga, membaca buku fisik, atau bersosialisasi tanpa perangkat digital, dapat membantu mengurangi ketergantungan pada smartphone dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Kesadaran juga merupakan kunci untuk penggunaan smartphone yang sehat. Edukasi tentang risiko penggunaan berlebihan dan pentingnya mengelola waktu layar harus ditingkatkan, baik di kalangan individu maupun masyarakat. Program edukasi yang mengajarkan penggunaan teknologi yang bijak, terutama di sekolah-sekolah dan tempat kerja, bisa membantu menanamkan kesadaran ini sejak dini. Selain itu, dukungan dari kebijakan dan program yang mempromosikan penggunaan smartphone yang sehat dan produktif juga sangat penting. Misalnya, kampanye yang mengajak masyarakat untuk melakukan "detoks digital" secara berkala atau inisiatif perusahaan yang mendorong karyawan untuk tidak selalu online setelah jam kerja bisa menjadi langkah konkret dalam menciptakan keseimbangan.

Dengan kombinasi strategi pribadi dan dukungan dari lingkungan, kita bisa memanfaatkan smartphone sebagai alat yang benar-benar memperkaya hidup tanpa membelenggu kebebasan kita. Edukasi, kesadaran, dan pengelolaan yang bijak adalah kunci untuk mencapai keseimbangan ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun