Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pengajar Praktik Angkatan 11; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat "Kekeluargaan" Menjadi Senjata Bos Toxic di Tempat Kerja

9 Juli 2024   09:41 Diperbarui: 13 Juli 2024   11:09 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan hanya merusak moral tim tetapi juga menghambat kerja sama yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Karyawan mungkin merasa terisolasi dan enggan untuk saling mendukung, yang pada akhirnya merugikan keseluruhan budaya perusahaan.

Cara Menghadapi Bos Toxic Berkedok Kekeluargaan

Menghadapi bos toxic berkedok kekeluargaan memerlukan strategi dan keberanian. Berikut beberapa tips untuk membantu karyawan mengatasi situasi ini:

  1. Mengenali Tanda-tanda Awal. Karyawan perlu belajar mengenali tanda-tanda awal dari perilaku manipulatif. Jika bos sering menggunakan konsep kekeluargaan untuk meminta hal-hal yang tidak wajar, ini adalah tanda peringatan.

  2. Membangun Batasan Sehat. Penting untuk menetapkan batasan yang jelas antara kehidupan profesional dan pribadi. Karyawan harus merasa nyaman mengatakan "tidak" ketika diminta melakukan tugas yang melampaui batas wajar.

  3. Mencari Dukungan. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari HRD, rekan kerja, atau pihak eksternal. Berbicara dengan seseorang tentang situasi yang dihadapi bisa memberikan perspektif baru dan membantu menemukan solusi.

  4. Tindakan Legal dan Resign. Jika situasi tidak membaik, karyawan mungkin perlu mempertimbangkan langkah-langkah hukum atau mencari pekerjaan baru. Kesehatan mental dan fisik lebih penting daripada mempertahankan pekerjaan di lingkungan yang tidak sehat.

***

Budaya kekeluargaan di tempat kerja bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menciptakan lingkungan yang hangat dan suportif. Di sisi lain, ia bisa menjadi senjata yang digunakan oleh bos toxic untuk mengendalikan dan memanipulasi karyawan. 

Mengenali tanda-tanda manipulasi dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri adalah kunci untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan mental di tempat kerja. 

Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, karyawan bisa menghindari perangkap bos toxic berkedok kekeluargaan dan mencari lingkungan kerja yang benar-benar mendukung dan menghargai mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun