Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat "Kekeluargaan" Menjadi Senjata Bos Toxic di Tempat Kerja

9 Juli 2024   09:41 Diperbarui: 13 Juli 2024   11:09 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Bos Toxic di | image by Freepik

Ekspektasi tidak masuk akal adalah taktik lain yang sering digunakan oleh bos toxic berkedok kekeluargaan. Mereka meminta karyawan untuk bekerja di luar batas wajar dengan alasan "demi keluarga". 

Misalnya, bos bisa meminta karyawan untuk menyelesaikan proyek besar dalam waktu yang sangat singkat atau meminta mereka bekerja pada akhir pekan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Ketika karyawan merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi ini, mereka sering kali mengorbankan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi mereka. Akibatnya, tingkat stres meningkat, kesehatan mental menurun, dan produktivitas jangka panjang bisa terpengaruh negatif. Karyawan mungkin merasa bahwa mereka harus terus-menerus membuktikan loyalitas mereka, yang menciptakan siklus kerja berlebihan yang tidak sehat.

Pujian dan Kritik Tidak Konsisten

Bos toxic juga menggunakan pujian dan kritik yang tidak konsisten sebagai taktik manipulatif. Mereka mungkin memberikan pujian berlebihan untuk menutupi kritik yang sebenarnya tidak konstruktif atau untuk membuat karyawan merasa nyaman sebelum memberikan kritik tajam yang bisa merusak kepercayaan diri. 

Sebaliknya, mereka juga bisa mengkritik karyawan secara berlebihan untuk mengendalikan mereka melalui rasa takut dan ketidakpastian, lalu memberikan pujian sesekali untuk menjaga karyawan tetap berada di bawah kendali mereka.

Taktik ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak stabil dan membuat karyawan merasa bingung dan tidak aman. Mereka tidak pernah tahu apa yang diharapkan dari bos mereka dan merasa seperti berjalan di atas kulit telur. Ini bukan hanya merusak kepercayaan diri karyawan, tetapi juga membuat mereka ragu untuk mengambil inisiatif atau berinovasi, karena takut akan reaksi negatif dari bos mereka.

Dampak Negatif bagi Karyawan

Dampak dari keberadaan bos toxic berkedok kekeluargaan terhadap karyawan bisa sangat merusak, baik dari segi kesehatan mental maupun fisik. Karyawan yang terus-menerus berada di bawah tekanan manipulatif ini sering mengalami tingkat stres yang tinggi, kecemasan, dan bahkan depresi. 

Kondisi ini tidak hanya mengganggu kesejahteraan mental mereka tetapi juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik seperti insomnia, sakit kepala, dan penyakit kronis lainnya.

Dampak negatif juga terlihat jelas dalam produktivitas dan kreativitas karyawan. Semangat kerja yang semula tinggi dapat merosot tajam ketika karyawan merasa tidak dihargai dan terus-menerus dimanipulasi. 

Mereka mungkin menjadi kurang termotivasi untuk berinovasi atau mengambil inisiatif karena takut salah langkah atau kritik yang tidak konstruktif. Akibatnya, produktivitas menurun, dan perusahaan kehilangan banyak ide kreatif yang bisa mendukung kemajuan.

Selain itu, hubungan antar karyawan juga dapat memburuk di bawah kepemimpinan bos toxic. Lingkungan yang seharusnya kolaboratif berubah menjadi kompetitif dan penuh ketidakpercayaan. Konflik internal menjadi lebih sering terjadi, dan solidaritas di antara karyawan menurun drastis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun