Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pengajar Praktik Angkatan 11; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Lindungi Anak dari Campur Tangan Industri Produk Tembakau": Hari Tanpa Tembakau Sedunia

30 Mei 2024   11:16 Diperbarui: 30 Mei 2024   11:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Andi, seorang anak berusia 10 tahun, mulai sering mengalami batuk dan sesak napas, orang tuanya mengira itu hanya gejala flu biasa. Namun, setelah berkonsultasi dengan dokter, terungkap bahwa Andi menderita asma yang diperburuk oleh paparan asap rokok. Meskipun Andi bukan perokok, ayahnya adalah perokok berat yang sering merokok di dalam rumah. Situasi ini mencerminkan bahaya nyata yang dihadapi anak-anak yang terpapar asap rokok secara pasif, mengilustrasikan bagaimana industri tembakau tidak hanya membahayakan perokok aktif, tetapi juga mereka yang tidak merokok, terutama anak-anak.

Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) diperingati setiap tahun pada tanggal 31 Mei. Inisiatif ini berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan tujuan meningkatkan kesadaran global mengenai bahaya penggunaan tembakau dan mendorong kebijakan efektif untuk mengurangi konsumsi tembakau. HTTS menjadi momen penting untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif merokok dan untuk memotivasi perokok agar berhenti.

Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini, "Lindungi Anak dari Campur Tangan Industri Produk Tembakau", menyoroti pentingnya melindungi anak-anak dari pengaruh buruk industri tembakau. Industri tembakau sering kali menggunakan strategi pemasaran yang agresif dan manipulatif untuk menarik minat anak-anak dan remaja. Mereka menciptakan produk yang menarik bagi anak muda dan menargetkan iklan mereka kepada kelompok usia ini untuk memperluas pasar mereka.

Melansir dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, Prevalensi perokok aktif di Indonesia terus meningkat. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% di antaranya perokok berusia 10-18 tahun. Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).

Data yang cukup membuat kita khawatir akan masa depan anak-anak Indonesia tersebut harus segera diatasi. Perlu adanya edukasi tanpa henti ke berbagai lapisan masyarakat mengenai fenomena tersebut. Berikut ulasan mengenai dampak, peran industri, dan bagaimana bentuk upaya yang bisa dilakukan.

Dampak Tembakau pada Anak-Anak

Kesehatan 

Paparan asap rokok (perokok pasif) memiliki dampak serius pada kesehatan anak-anak. Mereka lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, asma, dan penyakit telinga. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan perokok cenderung lebih mungkin untuk mulai merokok di usia muda, meningkatkan risiko mereka untuk mengembangkan penyakit kronis di kemudian hari.

Psikologis 

Dampak psikologis dan sosial dari lingkungan yang mendukung merokok juga signifikan. Anak-anak yang melihat orang dewasa merokok mungkin menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang normal atau diinginkan. Tekanan dari teman sebaya dan keinginan untuk menyesuaikan diri juga dapat mendorong anak-anak untuk merokok, meskipun mereka menyadari bahaya kesehatannya.

Peran Industri Tembakau

Strategi Pemasaran 

Industri tembakau menggunakan berbagai taktik untuk mempengaruhi anak-anak dan remaja. Mereka mengembangkan strategi pemasaran yang dirancang untuk menarik minat kelompok usia muda, termasuk iklan yang menampilkan citra glamor dari merokok. Industri ini juga menargetkan produk mereka ke area yang sering dikunjungi oleh anak-anak, seperti dekat sekolah dan tempat bermain.

Promosi dan Iklan 

Penggunaan media sosial dan sponsorship acara menjadi alat penting bagi industri tembakau untuk menjangkau anak-anak. Iklan di platform media sosial sering kali dilihat oleh anak-anak tanpa pengawasan orang tua. Selain itu, industri tembakau sering mensponsori acara musik, olahraga, dan kegiatan lainnya yang populer di kalangan anak muda. Produk beraroma, seperti rokok dengan rasa buah atau mint, dirancang untuk menarik anak-anak dengan membuat rokok terasa lebih enak dan kurang berbahaya.

Upaya Perlindungan Anak dari Industri Tembakau

Regulasi dan Kebijakan

Pembatasan iklan produk tembakau di media yang bisa diakses oleh anak-anak dan larangan sponsor dari acara-acara yang sering dihadiri oleh anak-anak dan remaja sangat penting. Pembatasan penjualan produk tembakau kepada anak di bawah umur juga perlu diterapkan dengan ketat, termasuk pengecekan identitas yang lebih ketat di tempat-tempat penjualan.

Pendidikan dan Kesadaran 

Program pendidikan di sekolah dan komunitas tentang bahaya merokok memainkan peran penting dalam mencegah anak-anak mulai merokok. Orang tua dan guru juga harus mengedukasi anak-anak tentang risiko tembakau dan memberikan contoh yang baik.

Dukungan untuk Berhenti Merokok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun