Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hati-Hati, Empty Nest Syndrome Bisa Memunculkan Tantangan Relasi Mertua-Menantu

14 Mei 2024   21:06 Diperbarui: 15 Mei 2024   22:15 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi empty nest syndrome (sumber: sdrelationshipplace.com)

Orangtua yang mengalami empty nest syndrome mungkin juga cenderung menjadi lebih mudah marah atau tersinggung pada orang-orang di sekelilingnya. Hal ini biasanya terjadi karena ia merasa seolah-olah tidak memiliki kuasa untuk dapat mengendalikan apa pun dalam hidupnya seperti sebelumnya.

Pengalaman empty nest syndrome dapat mempengaruhi orangtua secara emosional, sosial, dan bahkan fisik. Dalam beberapa kasus, gejala ini dapat mengganggu kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang. 

Oleh karena itu, penting untuk mengatasi perubahan ini dengan cara yang sehat dan konstruktif. Bahkan empty nest syndrome juga dapat memengaruhi relasi antara orangtua dan menantu dengan berbagai cara.

ilustrasi empty nest syndrome (sumber: sdrelationshipplace.com)
ilustrasi empty nest syndrome (sumber: sdrelationshipplace.com)

Empty Nest Syndrome dan Relasi Mertua-Menantu

Salah satu tantangan utama adalah penyesuaian terhadap peran baru dalam keluarga setelah anak-anak pergi. Orangtua mungkin merasa sulit untuk menemukan keseimbangan antara memberikan ruang kepada anak-anak mereka untuk hidup mandiri dan mempertahankan keterlibatan dan dukungan yang mereka butuhkan. 

Di sisi lain, menantu mungkin merasa sulit menjalankan peran mereka dalam keluarga, terutama jika ada perbedaan pendapat atau ekspektasi dengan orangtua pasangannya.

Potensi konflik juga dapat timbul dari perbedaan dalam nilai-nilai atau cara pandang tentang bagaimana keluarga harus dijalankan. Misalnya, orangtua dan menantu mungkin memiliki pendapat yang berbeda tentang bagaimana mengasuh anak-anak, mengelola keuangan keluarga, atau bahkan bagaimana merencanakan waktu bersama. Perbedaan ini dapat menyebabkan ketegangan dan konflik jika tidak diatasi dengan komunikasi yang terbuka dan pengertian satu sama lain.

Empty nest syndrome sering kali memberikan dampak yang signifikan pada hubungan antara mertua dan menantu. Saat anak-anak meninggalkan rumah, orangtua mungkin mencari pengalihan emosional atau keterlibatan yang hilang dengan lebih dekat kepada menantu. Namun, interaksi ini dapat menjadi kompleks karena perasaan tidak terungkap atau harapan yang tidak terpenuhi. 

Misalnya, mungkin ada ekspektasi tidak langsung bahwa menantu akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh anak-anak yang pergi, yang dapat menempatkan tekanan tambahan pada relasinya. 

Di sisi lain, menantu mungkin merasa tidak nyaman dengan perubahan dalam dinamika keluarga atau dengan rasa tanggung jawab yang dirasakan untuk "menggantikan" anak yang pergi. Konflik juga dapat timbul dari perbedaan dalam nilai, budaya, atau harapan tentang bagaimana sebuah keluarga harus berfungsi.

Oleh karena itu, penting untuk membuka saluran komunikasi yang jujur dan terbuka antara mertua dan menantu, membangun pemahaman yang mendalam satu sama lain, dan menciptakan ruang untuk pertumbuhan dan keselarasan di dalam hubungan keluarga yang berubah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun