Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Susah Paham? Jangan Putus Asa, Coba Kombinasi Pendekatan Scaffolding dan Coaching

6 Mei 2024   15:48 Diperbarui: 15 Mei 2024   13:45 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, strategi coaching dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum Merdeka memberikan penekanan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa didorong untuk mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka. 

Strategi coaching cocok dengan pendekatan ini karena memungkinkan guru untuk berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam mencapai potensi mereka. 

Berikut adalah beberapa contoh penerapan strategi coaching dalam Kurikulum Merdeka.

1. Mendorong Pertanyaan dan Penemuan.

Guru dapat menggunakan pendekatan coaching untuk mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi konsep-konsep baru, dan menemukan jawaban mereka sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa merumuskan pertanyaan yang relevan dan menemukan solusi melalui eksplorasi dan diskusi.

2. Memberikan Umpan Balik yang Mendalam.

Sebagai bagian dari strategi coaching, guru dapat memberikan umpan balik yang mendalam kepada siswa tentang kinerja mereka. Umpan balik ini harus bersifat konstruktif dan membantu siswa memahami kekuatan mereka dan area-area yang perlu diperbaiki. Guru juga dapat membantu siswa mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk meningkatkan kinerja mereka.

3. Mengembangkan Keterampilan Metakognitif.

Coaching dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan metakognitif, yaitu kemampuan untuk memahami, mengendalikan, dan mengatur proses belajar mereka sendiri. Guru dapat membimbing siswa dalam merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses pembelajaran mereka, sehingga mereka menjadi pembelajar yang lebih efektif dan mandiri.

4. Mendorong Refleksi dan Pemecahan Masalah.

Melalui pendekatan coaching, guru dapat mendorong siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka dan mengidentifikasi tantangan atau hambatan yang mereka hadapi. Guru dapat membantu siswa mengembangkan strategi pemecahan masalah yang efektif dan menyediakan dukungan tambahan saat diperlukan.

5. Memfasilitasi Pembelajaran Kolaboratif.

Guru sebagai coach dapat memfasilitasi pembelajaran kolaboratif di antara siswa, di mana siswa saling mendukung dan belajar satu sama lain. Guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang aman dan inklusif di mana siswa merasa nyaman berbagi ide, bertanya, dan belajar bersama.

Dengan menerapkan strategi coaching dalam Kurikulum Merdeka, guru dapat membantu memperkuat kemandirian dan motivasi siswa, serta meningkatkan keterlibatan dan pemahaman mereka dalam pembelajaran.

Namun apakah strategi coaching merupakan solusi tunggal dalam memperkuat kemandirian siswa? Ada kalanya siswa sulit memulai suatu aktifitas karena mengalami hambatan dalam memahami suatu konsep yang sulit. Scaffolding dapat menjadi solusi lain sebelum proses coaching dilakukan. Scaffolding dibutuhkan dalam proses pembelajaran ketika siswa dihadapkan pada materi atau tugas yang kompleks, baru, atau sulit.

Konsep ini dapat diartikan sebagai "bentuk bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk membantu mereka mencapai tujuan belajar mereka dengan efektif." Teori scaffolding, yang pertama kali diperkenalkan oleh Lev Vygotsky, mengemukakan bahwa siswa belajar lebih baik ketika mereka mendapatkan dukungan yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Ini berarti guru harus selalu memantau kemajuan siswa dan menyediakan bantuan yang sesuai saat diperlukan.

Ketika siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep atau menyelesaikan tugas secara mandiri, pendekatan scaffolding dapat membantu mereka meraih pemahaman yang lebih dalam dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan.

 Scaffolding juga dibutuhkan saat terdapat perbedaan dalam tingkat pemahaman atau kemampuan antara siswa, sehingga dapat membantu menyediakan dukungan tambahan kepada siswa yang memerlukan bantuan lebih.

Selain itu, scaffolding juga penting dalam konteks pengembangan keterampilan baru, di mana siswa memerlukan bimbingan dan model yang jelas dalam menguasai keterampilan tersebut. 

Dengan demikian, scaffolding menjadi kunci dalam memfasilitasi pembelajaran yang efektif, membantu siswa mengatasi tantangan, dan mencapai tujuan pembelajaran mereka dengan lebih baik. Dan ingat, pendekatan scaffolding ini bersifat sementara, untuk menjembatani siswa memahami konsep dasar ke konsep yang lebih kompleks.

Meskipun strategi coaching dan strategi scaffolding dalam pembelajaran memiliki kesamaan dalam hal memberikan dukungan kepada siswa, keduanya memiliki perbedaan dalam pendekatan dan fokusnya.

1. Fokus Utama.

*Strategi Coaching: Fokus utamanya adalah pada pengembangan keterampilan, pemecahan masalah, dan peningkatan kinerja siswa. Coaching bertujuan untuk membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka dengan memberikan bimbingan, umpan balik, dan dukungan personal.

*Strategi Scaffolding: Fokus utamanya adalah pada membantu siswa memahami konsep atau materi yang sulit. Scaffolding membantu siswa meraih pemahaman yang lebih dalam dengan memecah materi yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dipahami.

2. Pendekatan dan Metode.

*Strategi Coaching: Pendekatan coaching lebih bersifat interaktif, di mana guru atau pelatih berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan solusi mereka sendiri. Metode coaching melibatkan pertanyaan terbuka, refleksi, dan pemecahan masalah bersama.

*Strategi Scaffolding: Pendekatan scaffolding lebih terstruktur, di mana guru memberikan bantuan, petunjuk, atau model secara langsung kepada siswa. Metode scaffolding dapat mencakup demonstrasi, contoh, petunjuk langkah demi langkah, dan bantuan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

3. Waktu dan Konteks Penggunaan.

*Strategi Coaching: Coaching seringkali diterapkan dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam pengembangan keterampilan profesional, pengembangan kepemimpinan, atau bimbingan karier. Coaching dapat terjadi dalam sesi-sesi individual atau kelompok.

*Strategi Scaffolding: Scaffolding umumnya digunakan dalam konteks pembelajaran di kelas, di mana guru memberikan dukungan tambahan kepada siswa untuk membantu mereka memahami materi atau menyelesaikan tugas.

Kesimpulannya, meskipun memiliki perbedaan, kedua strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran mereka. Keduanya juga dapat saling melengkapi dalam mendukung proses pembelajaran yang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun