Bagi pendidikan Ki Hajar Dewantara, tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya” (Dewantara, 1961: 20).
Kekuatan kodrat dapat dimaknai bahwa setiap anak sudah memiliki garis potensinya (baik/buruk) masing-masing. Gurulah yang akan turut berperan menebalkan potensi baiknya dalam proses pendidikan di sekolah.
Menghargai Kekayaan Budaya Lokal
Salah satu prinsip penting dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah penghormatan terhadap kekayaan budaya lokal.
Anak-anak tidak harus melepaskan identitas budaya mereka dalam proses pembelajaran; sebaliknya, identitas budaya tersebut harus dihargai dan diintegrasikan dalam kurikulum dan praktik pendidikan.
Ini membantu memperkuat identitas anak-anak dan memungkinkan mereka untuk belajar dengan konteks yang berarti.
Pembelajaran Berbasis Pengalaman dan Interaktif
Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pembelajaran yang berbasis pengalaman dan interaktif.
Anak-anak belajar dengan cara terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan pengalaman langsung dan refleksi untuk memahami dunia di sekitar mereka.
Ini berbeda dengan konsep tabula rasa yang menekankan pada pengetahuan yang diberikan secara pasif kepada anak-anak.
Pembebasan dari Konsep "Tabula Rasa"
Konsep "tabula rasa" mengimplikasikan bahwa anak perlu diisi dengan pengetahuan yang dipaksakan oleh guru atau lingkungan pendidikan.
Namun, menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan seharusnya bertujuan untuk membebaskan potensi yang ada dalam diri anak, bukan untuk menanamkan pengetahuan tanpa pertimbangan terhadap keunikan individu.
Anak-anak memiliki warisan budaya, bahasa, dan pengalaman hidup yang harus dihargai dan diintegrasikan dalam proses pembelajaran.