Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Nasional Baru: Sebuah Harapan untuk Membangun Integritas dan Kejujuran dalam Dunia Pendidikan

26 Maret 2024   06:02 Diperbarui: 26 Maret 2024   08:13 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Krisanti_kazan


Foto terlampir merupakan piagam penghargaan yang diterima oleh sekolah kami, SMA Sugar Group dari Menteri Pendidikan, Bapak Anies Baswedan saat beliau masih menjabat pada tahun 2015. Tertulis Piagam Penghargaan: Sekolah dengan Indeks Integritas Penyelenggaraan Ujian Nasional yang tinggi pada tahun 2015 dengan IIUN 80,74. Mari terus menjaga integritas sekolah dan meningkatkan pembiasaan praktek kejujuran dalam setiap aspek kehidupan sekolah. 

Semoga kami bisa menjaga amanat yang tertulis pada piagam tersebut secara konsisten. Piagam tersebut membuat saya teringat kala itu ketika kami mendapat pengawas silang Ujian Nasional dari sekolah lain. Mereka sempat heran dan berucap “Saya heran, kok anak-anak ini tetap fokus mengerjakan soal ujian tanpa tengak-tengok ke kanan kiri saat kami (pengawas) izin keluar sebentar untuk ke toilet. Bahkan suasana ujian sangat terasa dengan tenang dan saat jeda istirahat, siswa mengisi waktu dengan membaca buku di koridor kelas sambil sesekali berdiskusi untuk membahas soal”.

Sebagai tuan rumah, kami yang mendengarnya merasa agak heran, bukankah itu hal yang seharusnya terjadi?

Pada masa itu, sudah rahasia umum bahwa ada beberapa oknum di sekolah-sekolah negeri ataupun swasta yang dengan sengaja dan tersistematis memberikan jawaban ujian kepada siswa-siswanya melalui berbagai cara (potongan kertas berisi foto copy jawaban, mengganti jawaban di ruang panitia sebelum mengirim lembar jawaban ke Dinas), bahkan yang parahnya ada juga yang “mengintimidasi” pengawas dari sekolah lain dengan dalih “membantu” dengan cara memberi arahan untuk melonggarkan pengawasan dan “tutup mata” dengan aksi-aksi mencontek siswa di kelas. Bahkan ada rekan kami yang menjadi pengawas silang sengaja diberi bacaan koran di ruang mengawas supaya fokus dengan baca koran dibandingkan mengawasi siswa seperti Juknis yang tertulis, ya kami seharusnya bertugas menjadi pengawas bukan membaca koran. Sungguh miris, siswa yang kita harapkan menjadi pemimpin generasi yang akan datang disuguhi dengan praktik ketidakjujuran terselubung institusi pendidikan tempat mereka menuntut ilmu.  

Sebetulnya pemerintah sudah mengupayakan supaya tidak terjadi kecurangan melalui berbagai cara seperti proses distribusi soal dengan pengamanan yang ketat dan juga menyediakan berbagai tipe soal serta penyatuan lembar jawaban dengan soal. Tetapi sepertinya cara tersebut belum bisa mengatasi fenomena kecurangan yang terjadi.

Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki.” Bung Hatta


Apakah Kurikulum Nasional Baru bisa menjadi solusi dari fenomena tersebut?

Sejatinya dunia pendidikan merupakan pondasi bagi pembentukan karakter dan moralitas generasi masa depan. Salah satu nilai fundamental yang harus ditanamkan dalam setiap siswa adalah integritas dan kejujuran. Namun, tantangan besar seringkali muncul dalam mengimplementasikan nilai-nilai ini di tengah dinamika kompleks dalam sistem pendidikan saat ini. Dalam konteks ini, Konsep Kurikulum Merdeka muncul sebagai harapan baru untuk meningkatkan integritas dan kejujuran dalam dunia pendidikan. Salah satu kebijakannya yaitu tidak adanya Ujian Nasional terstandar dari pusat sebagai syarat kelulusan siswa.

Melansir dari laman kemdikbud.go.id, “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan untuk meniadakan ujian nasional (UN) dan ujian kesetaraan di tahun 2021. Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud Nomor 1 Tahun 2021 tentang Peniadaan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan serta Pelaksanaan Ujian Sekolah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)”.

Ujian Nasional diganti dengan Asesmen Nasional yang bertujuan untuk mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Asesmen Nasional adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemdikbud untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Asesmen Nasional dilaksanakan dengan 3 (tiga) instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM Literasi, Numerasi), Survey Karakter dan Survey Lingkungan Belajar.

Kesimpulannya, Asesmen Nasional (AN) tidak menggantikan peran Ujian Nasional (UN) dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar peserta didik secara individual, melainkan digunakan sebagai sumber informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan, sebagai alat untuk mengevaluasi mutu sistem, juga menghasilkan potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di satuan pendidikan yang bisa dilihat melalui Rapor Pendidikan Satuan Pendidikan .


Bagaimana Kurikulum Nasional Baru membersamai pengembangan karakter yang diharapkan?

Salah satu poin penting dari Kurikulum Nasional/Kurikulum Merdeka adalah penekanan yang diberikan pada pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. Dalam kurikulum ini, aspek integritas dan kejujuran dipromosikan tidak hanya sebagai materi tambahan, tetapi sebagai bagian integral dari setiap aspek pembelajaran. Siswa diajak untuk memahami pentingnya bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika dalam setiap situasi, baik di dalam maupun di luar kelas.

Implementasi Kurikulum Merdeka juga memberikan peluang untuk memperkuat hubungan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Melalui keterlibatan yang aktif dari semua pihak terkait, nilai-nilai integritas dan kejujuran dapat ditanamkan dengan lebih efektif. Orang tua dapat berperan sebagai contoh yang baik dalam menjunjung tinggi nilai-nilai moral di rumah, sementara masyarakat secara luas dapat memberikan dukungan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter yang kuat bagi anak-anak dan remaja.

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menawarkan kesempatan bagi pendidik untuk memperkuat pendekatan pembelajaran yang berpusat pada nilai. Melalui pembiasaan yang konsisten dan pengakuan atas perilaku positif siswa, guru dapat membentuk lingkungan yang mendukung pertumbuhan moral dan spiritual. Dengan demikian, tidak hanya pengetahuan yang diperoleh, tetapi juga karakter yang terbangun menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.


Siapa yang berperan besar membersamai proses pembentukan karakter di sekolah?

Tentu saja guru merupakan garda terdepan untuk membersamai siswa di sekolah. Proses pembentukan karakter akan berjalan jika ekosistem sekolah mendukung. Guru adalah salah satu ekosistem sekolah yang diharapkan memiliki integritas profesionalisme. Apa yang harus dilakukan untuk menjadi teladan bagi siswa dan membuktikan integritas diri?

1. Disiplin diri: masuk ke dalam kelas untuk mengajar dengan tepat waktu, menggunakan seragam sesuai ketentuan sekolah, dll.
2. Hubungan baik: tidak menyebutkan siswa menggunakan nama atau sebutan yang kurang baik karena hal ini akan mengajarkan siswa untuk berbuat bully atau buruk kepada orang lain dan tidak bersikap pilih kasih.
3. Resilien: mampu memberikan usaha yang terbaik dalam mengajar meskipun memiliki kondisi keadaan yang begitu sulit atau terbatas.
4. Pembelajar merdeka: selalu belajar agar bisa mengajarkan materi dengan baik dan mudah dipahami oleh para siswa di kelas serta melakukan pengembangan diri dengan tujuan memberi dampak bagi kemajuan siswa, bukan hanya bertujuan mendapatkan sertifikat semata.
5. Konsisten antara ucapan dan tindakan: integritas adalah kesesuaian antara hati, ucapan dan tindakan. Selaku pendidik, orang tua maupun guru sudah sepantasnya memberikan keteladanan dalam kebaikan kepada anak-anak didiknya. Masih banyakkah guru yang dengan santainya merokok di lingkungan sekolah? Apakah tidak terasa menyedihkan ketika kita melarang siswa merokok dengan berbagai slogan tertulis di area sekolah, tetapi guru memberi contoh yang sebaliknya? Kerjakan apa yang Anda katakan. Jangan menyuruh anak berbuat yang Anda sendiri tidak melakukannya.

Baca juga: Kurikulum Nasional Baru: Memilih Menjadi Guru Optimis atau Pesimis?

Integrityineducation.org 
Integrityineducation.org 

Tentu saja, perubahan tidak akan terjadi secara instan. Implementasi Kurikulum Merdeka memerlukan kesabaran, kerja keras, dan komitmen dari semua pihak terkait. Namun, dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada dan meningkatkan integritas serta kejujuran dalam dunia pendidikan, Kurikulum Merdeka memberikan harapan baru yang menyala bagi masa depan pendidikan Indonesia.

Dalam kesimpulannya, Kurikulum Merdeka tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan kualitas akademik siswa, tetapi juga sebagai wahana untuk membentuk karakter yang kuat dan moralitas yang tinggi. Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis nilai karakter, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bertanggung jawab, jujur, dan berintegritas tinggi. Itulah harapan kita dalam meraih masa depan pendidikan yang lebih baik untuk bangsa ini.

Manusia sekarang adalah bibit bagi masa datang, hanya dengan memperbaiki yang rusak itu di waktu sekarang, juga dapat dijamin pertumbuhan masyarakat yang sehat ke dalam masa yang akan datang.” Bung Hatta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun