Oleh: Krisanti_kazan
Saat ini saya sudah pada fase tidak ada keinginan berbelanja keperluan pribadi terutama keperluan sekunder dan tersier yang bersifat konsumtif. Sejak mempraktikkan frugal living beberapa tahun belakangan ini, saya mulai terbiasa untuk membuat skala prioritas dalam membeli keperluan rumah/pribadi. Promo Ramadan yang kadang kami manfaatkan adalah promo tiket mudik dan promo belanja keperluan dapur.
Hal ini tidak terlalu mudah bagi saya dan suami karena memang kami sangat berusaha keras menghindari membeli barang jika harus mencicil apalagi yang bukan bersifat penting sekali. Kami mulai terbiasa menabung selama beberapa lama untuk bisa membeli suatu barang secara cash. Sulit di awal tetapi akhirnya bisa dijalani setelah “memaksa” diri untuk menahan keinginan dan memprioritaskan kebutuhan.
Sebenarnya apa perbedaan kebutuhan dan keinginan? Menurut buku Manajemen Inovasi dalam Bisnis, Ridwan Basalamah, Ahmad Erwaedy, dkk (2021), kebutuhan yaitu rasa kurang yang timbul pada diri seseorang yang harus segera dipenuhi, sedangkan keinginan merupakan kebutuhan yang belum menjadi prioritas.
Secara sederhana, kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap suatu barang dan jasa yang harus dipenuhi guna mempertahankan kehidupannya (contoh: makan, minum). Sementara keinginan adalah sesuatu hal yang ingin kita miliki, tetapi apabila tidak berhasil mendapatkannya maka tidak akan berpengaruh besar pada kelangsungan hidup (contoh: makan di cafe padahal makan di warung nasi biasa juga bisa membuat perut kenyang).
Baca juga: Outwear dan Baju Warna Netral: Penyelamat Padu Padan Baju Lebaran
Mari kita menghindari perilaku konsumtif. Apa itu perilaku konsumtif? Perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup individu yang senang membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang. Sedangkan menurut Setiaji dalam Konsumerisme (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku berlebihan dan membabi buta dalam membeli suatu barang. Belanja tanpa prioritas dan tidak sesuai kebutuhan termasuk dalam ciri perilaku konsumtif.
Baca juga: New Luxurious dengan Prinsip Frugal Living
Nah bagi yang belum bisa melakukan hal tersebut, ada baiknya kita mulai mencoba berlatih menahan godaan-godaan promo yang bersliweran terutama di saat Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Menjelang bulan Ramadan, kita seringkali dibanjiri dengan berbagai penawaran promosi dari berbagai toko dan pusat perbelanjaan.
Diskon besar-besaran, paket hemat, dan promo menarik lainnya seringkali menggiurkan untuk dimanfaatkan. Namun, di tengah kegembiraan menyambut bulan suci ini, ada baiknya juga untuk tetap berhati-hati dan bijak dalam berbelanja. Terlalu tergiur dengan promo-promo dapat berpotensi merugikan finansial Anda dalam jangka panjang.
Berikut tangkap layar promo Ramadan dengan satu klik saya bisa mendapat banyak tawaran yang menarik. Inilah salah satu godaan finansial yang nyata.
Salah satu risiko yang seringkali terjadi adalah terjebak dalam pola belanja impulsif. Ketika tergoda dengan diskon besar-besaran atau promo menarik lainnya, kita cenderung untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Akibatnya, uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan yang lebih penting bisa terbuang sia-sia.
Selain itu, dalam menghadapi promo-promo besar seperti ini, seringkali kita kehilangan kendali atas anggaran belanja. Rencana belanja yang awalnya telah disusun dengan baik bisa terbengkalai karena godaan-godaan promo yang terlalu menggiurkan. Hal ini dapat menyebabkan keuangan pribadi atau keluarga terganggu dan kebutuhan pokok tidak terpenuhi secara optimal.
Sebagai solusi, penting bagi kita untuk tetap berpegang pada prinsip belanja yang bijak.
Pertama-tama, tetapkan anggaran belanja yang realistis untuk bulan Ramadan dan lebaran. Dengan memiliki angka yang jelas, kita akan lebih terkendali dalam menghadapi promosi-promosi yang menggiurkan.
Kedua, buatlah daftar belanjaan yang terperinci. Tuliskan barang-barang apa saja yang memang benar-benar diperlukan dan prioritaskan untuk dibeli. Dengan demikian, kita tidak akan tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak perlu.
Ketiga, jangan lupa untuk membandingkan harga. Meskipun tergiur dengan diskon besar, ada baiknya untuk tetap memeriksa harga barang di tempat lain. Mungkin saja, ada toko yang menawarkan harga lebih murah tanpa harus mengikuti promo besar-besaran.
Sepertinya kalimat Think Before You Buy sangat pas dengan prinsip belanja bijak ini. Jika bisa kita belajar dari seorang miliarder bernama Barbara Corcoran pemilik kerajaan properti The Corcoran Group. Melansir laman CNBC, Jumat (27/7/2018), setiap akan membeli sesuatu, Corcoran selalu bertanya satu hal pada dirinya sendiri.
"Seberapa sering saya akan menggunakan benda tersebut? Jika sekiranya saya akan terus menggunakannya, saya bisa membayar berapa saja," terangnya. Hal ini lantaran Corcoran tahu betul rasanya membeli sesuatu yang tidak akan lama digunakannya. Penyesalan terbesar soal benda yang dibelinya adalah gaun Gucci seharga USD 3000 yang hanya dipakai dua kali saja.
Secara sederhana hal ini dapat dimaknai dengan, berapapun penghasilan Anda, tanyalah berapa sering Anda akan menggunakan sebuah benda sebelum membelinya. Jadi bukan berarti kita tidak boleh belanja sama sekali, tetapi seberapa penting benda tersebut bagi kita dan bukan hanya kita membeli karena keinginan semata.
Terakhir, tetaplah fokus pada makna sejati dari bulan Ramadan. Selain sebagai bulan berkah dan penuh ampunan, Ramadan juga merupakan momen untuk meningkatkan keimanan dan kebaikan. Jadi, alih-alih terbuai oleh promo-promo belanja, manfaatkanlah waktu dan energi untuk melakukan amal dan ibadah yang lebih bermakna. Semoga Ramadan kali ini menjadi momentum bagi kita untuk lebih bijak mengelola keuangan demi keberkahan hidup.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip belanja yang bijak ini, kita dapat menjalani bulan Ramadan dengan lebih sejahtera secara finansial dan spiritual. Ingatlah bahwa keberkahan tidak hanya terletak pada banyaknya barang yang kita miliki, tetapi juga pada bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H