Penulis:Â Krisanti_kazan
Mengikuti debat capres-cawapres ternyata membuat saya belajar banyak hal dan mencoba mengaitkannya dengan bidang pendidikan yang saya geluti saat ini. Salah satu tema debat kelima atau debat pamungkas dalam rangkaian kegiatan pemilu ini adalah membahas mengenai pendidikan dan inklusi.
Saya teringat pada tahun 2021 sempat mengikuti Bimtek yang diadakan oleh Kemdikbud ristek bertemakan "Pengelolaan Pembelajaran di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif". Mengutip dari panduan pelaksanaan pendidikan inklusif, Inklusi adalah "filosofi" yang menyatakan bahwa ruang kelas dan ruang bermasyarakat tidak lengkap tanpa mengikutsertakan anak-anak dengan semua kebutuhan.
Baca Juga: UDL untuk Pendidikan Inklusi
Inklusi merupakan sebuah pola pikir bagaimana memberi kesempatan sama kepada semua anak, salah satunya untuk belajar di kelas yang sama. Jadi inklusif bukan hanya tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) saja, tetapi untuk semua anak karena setiap anak unik dan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang setara.
Praktik pendidikan inklusif di dunia telah menjadi agenda internasional di antaranya melalui SDGs yang mengamanatkan agar semua anak tanpa kecuali dipenuhi hak sosial dan pendidikan yang bermutu di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan, serta telah menjadi agenda utama dalam pendidikan untuk semua di satuan pendidikan reguler.
Di Indonesia, praktik pendidikan inklusif telah berkembang pesat sejak tahun 2003 dan sampai sekarang telah tercatat lebih dari 36.000 satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif menjadi landasan yang krusial untuk memastikan setiap anak mendapatkan haknya dalam meraih pendidikan bermutu tanpa diskriminasi. Isu terkait dengan pendidikan yang inklusif menjadi diskusi politik sebetulnya sudah terjawab dengan kebijakan Kurikulum Merdeka.
Dalam konteks ini, konsep Kurikulum Merdeka muncul sebagai solusi progresif untuk memperkuat pendidikan inklusif. Kurikulum Merdeka bukan hanya sekadar serangkaian mata pelajaran, tetapi juga representasi dari kebebasan belajar yang memberikan ruang bagi keberagaman dan kebutuhan khusus anak-anak.
Pentingnya Kurikulum Merdeka dalam Konteks Inklusi
1.Penekanan pada Kebutuhan Individual
Kurikulum Merdeka menekankan pengembangan kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan individual setiap siswa. Ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, memungkinkan anak-anak dengan berbagai tingkat kemampuan dan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensinya.